sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mengolah sampah jadi berkah

"Kerajinan tangan bisa dijual Rp10.000-Rp250.000. Yang paling mahal tas, karena sulit membuatnya."

Tri Kurniawan
Tri Kurniawan Kamis, 25 Okt 2018 16:27 WIB
Mengolah sampah jadi berkah

Bagi masyarakat kawasan industri Sungai Gerong, Banyuasin 1, dan masyarakat Plaju, Palembang, sampah bisa menjadi berkah. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik diubah menjadi beragam kerajinan tangan.

Adalah Pertamina Refinery Unit III Plaju yang membuat program pengelolaan sampah terpadu bernama Patratura. Dalam program ini, ada inovasi patrakomposter, alat untuk mengubah sampah rumah tangga menjadi kompos.

Inovasi patrakomposter membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pertamina menyiapkan ribuan patrakomposter untuk didistribusikan kepada nasabah Patratura. 

Pupuk organik hasil olahan patrakomposter akan dihargai sesuai jenis, pupuk kompos atau pupuk cair.

Hasil penimbangan sampah dicatat di buku tabungan masing-masing nasabah. Catatan di buku tabungan ini akan menjadi bukti seluruh nasabah Patratura jika ingin menukarkannya dengan jaminan sosial seperti biaya pengobatan, pendidikan, dan bayar tagihan listrik, tentu sesuai dengan jumlah tabungan dan dalam jangka waktu tertentu.

Pertamina juga melatih kaum perempuan untuk memanfaatkan sampah anorganik dan eceng gondok yang banyak tumbuh di sungai menjadi kerajinan tangan seperti tas, tempat tisu, sandal, wadah payung, dompet, wadah air mineral, dan banyak lagi.

Sekretaris Kelompok Masyarakat Mekar Jaya, Neni Isnaeni (42) mengatakan kalau bahan lengkap, dalam sepekan kelompok ini bisa membuat tiga atau empat kerajinan tangan. Bahan bisa bekas wadah sabun cair, bungkus minyak sayur, ataupun kemasan minuman.

"Kerajinan tangan bisa kami jual Rp10.000-Rp250.000. Yang paling mahal tas, karena sulit membuatnya," kata Neni beberapa waktu lalu.

Sponsored

Kerajinan tangan karya kelompok masyarakat binaan Pertamina RU III Plaju.Alinea.id/Tri Kurniawan

Sehari-hari, Neni berjualan kue. Ia cukup menikmati program dari Pertamina ini. Menurutnya, program ini bisa menambah keahlian dan pemasukan keluarganya.

"Saya menilai ini program bagus, karena sampah jadi berkurang. Sampah plastik bisa saya buat kerajinan tangan," ujar dia.

Ia berharap ada bantuan peralatan untuk membuat kerajinan tangan dari Pertamina RU III. Neni mengatakan kalau ada alat lebih canggih, mungkin mempercepat pembuatan kerajinan tangan.

Ada juga Kelompok Melati yang membuat kerjinan tangan berbahan dasar eceng gondok. Ketua Kelompok Melati Mariah (50) mengatakan sejauh ini alat yang digunakan untuk membuat kerajinan tangan masih sangat sederhana.

Dalam sepekan, kelompok yang terdiri dari 20 anggota ini bisa membuat 100 pasang sandal atau 20 tas. Setiap anggota ada yang bertugas membersihkan eceng gondok, menggiling, dan menjahit.

Mariah juga memuji program dari Pertamina. Tetapi, ia berharap ada pelatihan lagi dengan waktu yang lebih lama. Dengan demikian, menurut dia, anggota Kelompok Melati akan lebih baik dalam membuat kerajinan tangan.

"Peralatan juga kalau bisa ada bantuan lagi, seperti mesin menjahit. Alat untuk mengepres eceng gondok juga masih menggunakan gilingan lumpia," kata Mariah.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan M.R. Karliansyah memuji program Patratura. Menurut dia, program ini tidak hanya membuat lingkungan menjadi bersih, tetapi juga memberikan insentif kepada masyarakat dari kerajinan tangan yang dijual.

Menurut dia, program Patratura mengubah pola masyarakat dari membuang dan membakar sampah menjadi mengelola dan mengolah sampah sehingga lebih bernilai. “Dulu sampah, sekarang jadi berkah. Ke depan, dari sampah menuju Arafah,” kata Karliansyah disambu tepuk tangan masyarakat.
 

Berita Lainnya
×
tekid