Masyarakat ramai-ramai menyerbu sejumlah gerai penjualan emas menyusul kenaikan harga logam mulia tersebut. Antrean panjang terlihat di Butik Emas Antam, bahkan sejak toko belum dibuka.
Apakah harga emas masih berpotensi naik?
Ya, Peneliti Pusat Kajian Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Universitas Binawan, Farouk Abdullah Alwyni, memperkirakan harga emas akan terus naik seiring dinamika perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Langkah China menarik dananya dari Treasury Bills Amerika Serikat dalam jumlah besar dan memindahkan investasinya ke emas akan sangat mempengaruhi kenaikan harga emas yang sangat signifikan sekarang ini.
"Kondisi ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi global dalam jangka panjang dan pada titik tertentu akan mengubah cara investasi masyarakat, dari yang sebelumnya berinvestasi di instrumen keuangan dan perbankan yang berbasis 'fiat currency' (mata uang kertas) ke investasi berbasis emas," ujarnya, dikutip Rabu (16/4).
Pertimbangannya, katanya, jika hard currency seperti dolar Amerika Serikat (AS) terpuruk melawan emas, maka mata uang negara berkembang seperti rupiah akan lebih terpuruk lagi. Karena itu, perlu ada investasi alternatif untuk mengembangkan dana yang dimiliki.
"Bila tren penguatan harga emas ini terus berlangsung dalam jangka waktu lama, bukan tidak mungkin negara-negara besar akan kembali me-review emas menjadi satu standar untuk mem-back-up mata uangnya," imbuhnya.
Dia bilang, kondisi itu pernah terjadi pada masa sebelum diakhirinya "Bretton Woods System" di tahun 1971. Emas antara tahun 1870 hingga 1971 merupakan standard moneter internasional dalam berbagai bentuknya.
Tetap hati-hati
Mantan Direktur Bank Muamalat Indonesia ini mengingatkan masyarakat yang ingin investasi emas agar tetap berhati-hati.
Ia menegaskan emas merupakan investasi jangka panjang. Keuntungannya baru dapat dirasakan dalam waktu yang lama. Dengan demikian, aksi ambil untung dengan cara jual-beli emas dalam jangka dekat sangat tidak disarankan. Hal ini sangat berisiko mengingat sifat investasi emas sangat dinamis.
“Masyarakat perlu memperhatikan posisi harga emas yang ada sekarang dalam konteks historis. Harga emas secara historis itu berfluktuasi, naik-turun, walaupun dalam jangka panjang harga emas selalu naik,” tutur Farouk.
Farouk menjelaskan dalam kurun waktu 10 tahun, yakni April 2015 hingga 2025, harga emas telah meningkat sekitar tiga kali lipat. Dalam waktu satu hingga dua tahun, harga emas berfluktuasi dengan tren penurunan seperti terjadi di periode Juli 2020 hingga Oktober 2022.
“Jadi esensinya ketika masyarakat ingin berinvestasi emas perlu siap untuk memegangnya dalam jangka panjang karena kita tidak pernah tahu dimana titik tertinggi dan terendah dari emas,” tegasnya.
Di samping memperhatikan tren pergerakan harga emas secara historis, menurutnya, pemahaman terhadap perkembangan geo-ekonomi politik global juga menjadi hal penting dalam investasi emas.
"Karena harga emas akan sangat ditentukan oleh hal tersebut,” tambah Farouk.