sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pasar properti lesu, laba bersih Intiland anjlok hingga 94%

Hingga kuartal III-2019, kinerja penjualan (marketing sales) Intiland juga belum berhasil mencapai target yang ditentukan

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 29 Okt 2019 11:20 WIB
Pasar properti lesu, laba bersih Intiland anjlok hingga 94%

PT Intiland Development Tbk. (DILD) membukukan penurunan pendapatan usaha sebesar 23,4% menjadi Rp1,9 triliun pada kuartal III-2019, dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp2,4 triliun.

Dari sisi kinerja profitabilitas, emiten pengembang properti ini tercatat membukukan laba usaha yang juga mengalami penurunan sebesar 12,9% menjadi Rp242,9 miliar pada kuartal III-2019, dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp278,9 miliar.

Seiring dengan penurunan pendapatan usaha tersebut, laba bersih perseroan juga ikut tergerus pada kuartal III-2019 dengan adanya peningkatan beban bunga. Hal tersebut mengakibatkan laba bersih emiten bersandi DILD ini anjlok 94,6% menjadi Rp6,52 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp122,9 miliar.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengatakan penurunan kinerja usaha perseroan tak lepas dari adanya perubahan kondisi pasar properti saat ini. Menurut Archied, untuk menghadapi kondisi tersebut, manajemen Intiland akan meningkatkan kinerja usaha hingga akhir tahun ini. 

"Penjualan produk-produk inventori yang sudah jadi menjadi fokus dan prioritas utama perseroan untuk meningkatkan pendapatan usaha," kata Archied dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin malam (28/10).

Archied melanjutkan, Intiland memiliki inventori produk di beberapa proyek yang sudah rampung, seperti apartemen 1Park Avenue, Praxis, Aeropolis, dan di proyek perumahan. Penjualan dari beragam produk ini, kata Archied, bisa langsung diakui dan dibukukan sebagai pendapatan usaha.

Selama ini, lanjut Archied, pendapatan usaha Intiland ditopang dari empat segmen pengembangan. Selain dari pengembangan mixed-use dan high rise, perumahan, dan kawasan industri yang merupakan sumber pendapatan dari pengembangan (development income), perseroan juga memperoleh pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang bersumber dari investasi properti seperti penyewaan ruang perkantoran, manajemen properti, dan pengelolaan sarana olah raga.

Hingga kuartal III-2019, segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat memberikan kontribusi pendapatan usaha paling besar ke Intiland mencapai Rp858 miliar, atau 46,3% dari keseluruhan. Kontribusi berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan sebesar Rp472,2 miliar atau 25,5% dari keseluruhan.

Sponsored

Kemudian, segmen pengembangan kawasan industri memberikan kontribusi sebesar Rp62,4 miliar, atau 3,4%. Sementara, segmen properti investasi yang merupakan sumber recurring income tercatat membukukan Rp461,7 miliar, atau 24,9% dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini mengalami peningkatan 7,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Kami terus berupaya meningkatkan kontribusi recurring income sehingga membuat struktur pendapatan usaha perusahaan menjadi lebih ideal. Peningkatan kontribusi dari penyewaan ruang perkantoran dan ritel menjadi prioritas untuk memperbesar pendapatan usaha yang bersumber dari recurring income,” tutur Archied.

Berdasarkan sumber pendapatannya, kontribusi development income tercatat mencapai Rp1,39 triliun atau 75,1% dari keseluruhan. Sisanya sebesar Rp461,7 miliar atau 24,9% dari keseluruhan berasal dari recurring income.

Marketing sales belum capai target

Di tengah perubahan kondisi pasar, hingga kuartal III-2019, kinerja penjualan Intiland belum berhasil mencapai target yang ditentukan. Intiland mencatatkan perolehan pendapatan penjualan (marketing sales) Rp862 miliar, atau baru mencapai 34,5% dari target tahun ini sebesar Rp2,5 triliun.

Archied menjelaskan, penjualan dari segmen pengembangan mixed-use & high rise memberikan kontribusi marketing sales sebesar Rp574 miliar. Kontribusi dari segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat sebesar Rp288 miliar. Sementara segmen pengembangan kawasan industri, tercatat belum membukukan penjualan hingga akhir triwulan ketiga tahun ini.

Ditinjau berdasarkan lokasi pengembangannya, penjualan dari proyek-proyek yang berada di Jakarta dan sekitarnya memberikan sumbangsih marketing sales sebesar Rp726 miliar. Sementara penjualan dari proyek-proyek perseroan di Surabaya dan sekitarnya tercatat mencapai Rp136 miliar.

“Faktor yang menyebabkan kami belum mencapai target marketing sales, karena penjualan di produk-produk high rise untuk pasar menengah-atas masih cukup berat. Serta tahun ini lebih konservatif dalam meluncurkan proyek baru tahun ini,” tutur Archied.

Manajemen Intiland, lanjut Archied, akan terus berusaha meningkatkan penjualan untuk mengejar target marketing sales hingga akhir tahun ini. Selain dari penjualan properti dari proyek-proyek yang berjalan, perseroan telah mendapatkan komitmen penjualan inventori yang bukan termasuk aset utama (non-core asset) dengan nilai berkisar Rp375 miliar hingga Rp400 miliar.

Menurut Archied, komitmen penjualan tersebut seluruhnya berasal dari inventori non-core asset yang berlokasi di Surabaya. Transaksi penjualan ini rencanannya akan secara bertahap dilakukan dalam tahun ini.

Menghadapi tantangan sektor properti ke depan, Intiland tetap optimistis kondisinya akan lebih baik dari tahun ini. Perseroan, ujar Archied, telah menyiapkan sejumlah strategi kunci untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perubahan pasar sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja penjualan. 

Pertama, Perseroan akan tetap fokus pada penjualan inventori. Kedua, Perseroan terus melakukan pengembangan pada proyek-proyek yang berjalan. Ketiga, pengembangan proyek baru dengan portofolio produk di segmen pasar menengah dan mempunyai pasar yang lebih besar.

“Kami telah menyiapkan beberapa pengembangan proyek baru, seperti perumahan, apartemen, dan komersial di Jakarta dan Surabaya,” kata Archied.

Untuk proyek residensial, Intiland menyiapkan dua pengembangan baru yakni Pinang Residence di Jakarta Selatan dan satu kawasan perumahan baru di Surabaya. Untuk produk komersial, perseroan sedang menyiapkan pengembangan produk SOHO di kota Surabaya dan Poin Square di Jakarta Selatan.

Berita Lainnya
×
tekid