sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 minus 3,49%, Indonesia sah resesi

Jika dilihat secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,05% (qtq) dibandingkan kuartal II-2020.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Kamis, 05 Nov 2020 12:17 WIB
Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 minus 3,49%, Indonesia sah resesi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi sebesar 3,49% secara tahunan, atau year on year (yoy), sedikit membaik dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 yang kontraksi 5,32%.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 masih mengalami kontraksi 3,49% tetapi tidak sedalam kuartal sebelumnya, dan harus terus dipertahankan dan dijaga," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (5/11).

Jika dilihat secara kuartalan (qtq), pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,05% (qtq) dibandingkan dengan kuartal II-2020 yang minus 4,19% (qtq).

"Apa yang bisa kita lihat dari tiga angka ini secara qtq? PDB menunjukan pertumbuhan positif 5,05%. Artinya terjadi perbaikan signifikan dan modal bagus untuk melangkah ke 2021," ujarnya.

Secara umum, kata Suhariyanto, struktur produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020 masih ditopang oleh lima sektor utama dengan porsi 64,13%, yaitu sektor industri yang masih minus 4,31% (qtq), sektor pertanian 2,15%, perdagangan 5,03%, konstruksi -4,52%, dan pertambangan -4,28%.

"Dari 17 lapangan usaha yang ada tujuh sektor masih tumbuh positif meski melambat, kecuali sektor informasi dan komunikasi (Infokom), jasa kesehatan dan pengadaan air," ucapnya.

Tujuh sektor yang masih tumbuh positif adalah sektor jasa kesehatan sebesar 15,33%, infokom 10,61%, pertanian 2,15%, jasa pendidikan 2,44%, real estate 1,98%, pengadaan air 6,04%, dan administrasi pemerintahan 1,86%.

Sementara itu, jika dilihat dari sisi pengeluaran, PDB kuartal III-2020 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi dengan porsi 88,34%.

Sponsored

Setelah mengalami kontraksi yang sangat dalam pada kuartal II-2020 sebesar 6,53%, pada kuartal III-2020 konsumsi rumah tangga mulai tumbuh di angka 4,70%.

Sedangkan kelompok pengeluaran lainnya yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah konsumsi pemerintah sebesar 16,93%, setelah kuartal sebelumnya tumbuh 22,33%.

"Di sana terlihat pertumbuhan tertinggi terjadi untuk belanja pemerintah karena adanya kenaikan realisasi belanja APBN yang besar di kuartal ketiga, terutama di belanja barang dan jasa dan belanja bantuan sosial," ucapnya.

Adapun secara berurutan, kelompok pengeluaran yang mengalami pertumbuhan positif adalah PMTB sebesar 8,45% atau tumbuh dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus 9,71%.

Lalu ekspor 12,14% atau tumbuh dari kuartal sebelumnya yang minus 12,83%. Kemudian, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) 0,56% atau naik dari 0,77% di kuartal dua.

Sedangkan, satu-satunya komponen pengeluaran yang masih sulit bangkit adalah komponen impor yang masih mengalami kontraksi 0,08% setelah kuartal sebelumnya anjlok hingga minus 14,18%.

"Artinya menunjukkan ke arah positif di mana seluruh lapangan usaha bergerak ke arah positif kecuali komponen impor," tuturnya.

sumber: BPS

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid