sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Survei Continuum: 95,9% masyarakat Indonesia tak khawatir isu resesi 2023

Bahkan di media sosial pun masyarakat cenderung aktif membagikan tips untuk menghadapi resesi, contohnya berhemat namun tetap konsumtif.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 08 Nov 2022 15:49 WIB
Survei Continuum: 95,9% masyarakat Indonesia tak khawatir isu resesi 2023

Analis Continuum Data Indonesia Natasha Yulian menyebutkan, hanya sedikit sekali masyarakat Indonesia yang merespons khawatir terhadap isu resesi di 2023. Pernyataan ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Continuum Data Indonesia mengenai respons masyarakat terhadap resesi 2023 dengan pendekatan big data yaitu, media sosial.

Survei ini dilakukan dengan mengumpulkan akun media sosial pribadi masyarakat Indonesia yang telah dipastikan bebas dari keterlibatan media dan buzzer. Kemudian kutipan perbincangan di media sosial tersebut dianalisis melalui analisis eksposur perbincangan, analisis sentimen, dan analisis topik perbincangan.

“Profil data diperoleh dengan periode 17 Oktober 2022 hingga 1 November 2022. Data berhasil dikumpulkan dari 51.525 akun media sosial dengan pembicaraan sebanyak 60.871 kali. Perbincangan terjadi paling banyak berasal dari Pulau Jawa yang mencapai 78,5%,” jelas Natasha dalam pemaparannya di diskusi publik “Respons Indef terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022”, Selasa (8/11).

Dari data yang dihimpun, hasilnya menunjukkan secara keseluruhan terjadi tren penurunan yang fluktuatif. Natasha mengungkapkan, perbincangan soal resesi 2023 akan mengalami kenaikan jika terjadi peristiwa tertentu. Salah satunya pada 20 Oktober 2022 yang ramai di media sosial tentang influencer yang membuat video fear mongering tentang resesi 2021.

Fear mongering ini adalah kampanye yang menjual ketakutan masyarakat dengan mencampurkan rumor atau isu yang sedang hangat di masyarakat ditambah dengan “bumbu menakut-nakuti” dengan tujuan untuk memengaruhi pendapat atau tindakan publik terhadap sesuatu,” ujarnya.

Pascaperistiwa tersebut, perbincangan perihal resesi kembali menurun. Namun naik lagi pada 28 Oktober 2022 bersamaan dengan peristiwa “Pre Order” iPhone seri 14 terbaru. Ponsel pintar ini kata Natasha, dikenal publik sebagai piranti kelas atas dengan harga tinggi. Namun faktanya, ramai di pemberitaan terjadi antrean panjang untuk memesan ponsel pintar tersebut.

“Ini yang akhirnya membuat masyarakat ragu terkait resesi 2023, karena untuk preorder hape mahal saja harus antre lama,” lanjut Natasha.

Selama periode survei, hasil menunjukkan 4,1% perbincangan yang menunjukkan masyarakat khawatir terhadap isu resesi di 2023, sedangkan yang tidak khawatir mencapai 95,9%.

Sponsored

Kemudian Natasha menyampaikan, perbincangan masyarakat yang bernada positif menghadapi resesi terbagi dua. Pertama adalah optimisme Indonesia aman dari resesi yang mencapai 69,3% dan kedua adalah konsumsi masyarakat yang masih tinggi dengan dibuktikan tingginya permintaan iPhone 14 mencapai 21,6%.

“Lalu pada perbincangan masyarakat bernada negatif terhadap resesi 2023 dibagi dua. Pertama kritik terhadap pemerintah yang ketar ketir dengan kemungkinan resesi 2023 mencapai 45%. Kedua tentang fear mongering dari influencer mencapai 30,33%,” tandas Natasha.

Lebih lanjut, beberapa hal yang paling dikhawatirkan masyarakat antara lain isu kenaikan harga yang dibahas hingga frekuensi pembicaraan mencapai 52,8%, kemudian krisis pangan dengan frekuensi 30,6%, disusul isu pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 11,1%, dan susah mencari kerja dengan frekuensi 4,2%, serta sisanya adalah lain-lain.

Dengan demikian masyarakat dominan tidak khawatir soal isu resesi 2023, bahkan di media sosial pun masyarakat cenderung aktif membagikan tips untuk menghadapi resesi, contohnya berhemat namun tetap konsumtif dengan cukup. 
 

Berita Lainnya
×
tekid