sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

AS resmi keluar dari pakta iklim global di tengah ketidakpastian pemilu

Trump mengumumkan menarik AS dari pakta iklim global Juni 2017, dengan alasan akan merusak ekonomi negara.

Angelin Putri Syah
Angelin Putri Syah Kamis, 05 Nov 2020 16:09 WIB
AS resmi keluar dari pakta iklim global di tengah ketidakpastian pemilu

Amerika Serikat (AS) secara resmi keluar dari Perjanjian Paris pada Rabu (4/11). Ini merupakan bagian dari memenuhi janji Presiden Donald Trump menarik negara penghasil gas rumah kaca terbesar kedua di dunia dari pakta global untuk memerangi perubahan iklim.

Namun, hasil pemilu AS yang ketat akan menentukan berapa lama keluar dari perjanjian itu. Saingan Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah berjanji untuk bergabung kembali dengan perjanjian tersebut jika terpilih.

"Penarikan AS akan meninggalkan celah dalam rezim kami, dan upaya global untuk mencapai tujuan dan ambisi Perjanjian Paris," kata Patricia Espinosa, Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).

AS masih tetap menjadi anggota UNFCCC dan Espinosa mengatakan badan tersebut akan "siap membantu AS dalam upaya apa pun untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Paris".

Trump pertama kali mengumumkan niatnya untuk menarik AS dari pakta tersebut pada Juni 2017, dengan alasan hal itu akan merusak ekonomi negara. Pemerintah secara resmi memberikan pemberitahuan kepada PBB setahun yang lalu pada 4 November 2019.

Pengunduran diri tersebut, menjadikan AS satu-satunya negara dengan 197 penandatangan yang telah menarik diri dari perjanjian yang dibuat pada 2015.

UNFCCC, Inggris, Prancis, Chili, dan Italia mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka mencatat dengan menyesal penarikan AS.

"Kami tetap berkomitmen untuk bekerja dengan semua pemangku kepentingan AS dan mitra di seluruh dunia untuk mempercepat aksi iklim," kata pernyataan itu.

Sponsored

"Jika penyangkal iklim tetap mengontrol Gedung Putih dan Kongres, mewujudkan planet yang aman iklim akan lebih menantang," kata Laurence Tubiana, mantan diplomat Prancis yang berperan dalam perantara kesepakatan Paris, yang sekarang mengepalai Yayasan Iklim Eropa nirlaba.

Menyebut penarikan itu sebagai kesempatan yang hilang, Tanguy Gahouma-Bekale, ketua Kelompok Negosiator Afrika dalam pembicaraan iklim global, mengatakan, hal itu juga akan menyebabkan kekurangan dalam keuangan iklim. 

Dia menunjuk, pada janji era Obama untuk menyumbangkan US$3 miliar ke dana untuk membantu negara-negara yang rentan mengatasi perubahan iklim, yang hanya US$1 miliar yang terkirim. (Sumber: Reuters)

Berita Lainnya
×
tekid