sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bahasa Arab dan simbol Islam dilarang di Beijing?

Karyawan di 11 restoran dan toko di Beijing yang menjual produk halal mengatakan mereka diminta menghapus simbol berkaitan dengan Islam.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 01 Agst 2019 07:27 WIB
Bahasa Arab dan simbol Islam dilarang di Beijing?

Pihak berwenang di Beijing dilaporkan telah memerintahkan restoran dan kedai makanan halal untuk menghapus tulisan Arab dan simbol-simbol terkait Islam dari tempat mereka. 

Karyawan di 11 restoran dan kedai di Beijing yang menjual produk-produk halal mengatakan bahwa para pejabat meminta mereka menghapus simbol yang berhubungan dengan Islam, seperti bulan sabit dan kata halal yang ditulis dalam bahasa Arab.

"Mereka mengatakan bahwa ini adalah budaya asing dan Anda harus menggunakan lebih banyak budaya China," ungkap seorang manajer yang menolak menyebutkan namanya atas dasar sensitivitas isu ini.

Kampanye melawan tulisan Arab dan simbol-simbol terkait Islam menandai fase baru dari upaya yang disebut telah mendapat momentum sejak 2016, yang bertujuan memastikan keyakinan sesuai dengan budaya arus utama China.

Kampanye tersebut mencakup penghapusan kubah gaya Timur Tengah di banyak masjid di seluruh negeri, mendukungnya bergaya pagoda China.

Tiongkok, rumah bagi 20 juta muslim, secara resmi menjamin kebebasan beragama. Tetapi, pemerintah dikabarkan telah berkampanye untuk membawa umat dari berbagai keyakinan sejalan dengan ideologi Partai Komunis.

Bukan hanya muslim yang telah diawasi. Pihak berwenang dilaporkan juga telah menutup banyak gereja bawah tanah, dan menghancurkan sejumlah gereja lainnya yang mereka anggap ilegal.

Hanya saja, umat Islam mendapat perhatian khusus sejak kerusuhan tahun 2009 antara sebagian besar warga muslim Uighur dan mayoritas etnis Han di wilayah paling barat Xinjiang.

Sponsored

Kekerasan antaretnis dilaporkan terjadi setelahnya. Beberapa orang Uighur, yang marah dengan kontrol pemerintah melakukan serangan pisau dan bom di tempat-tempat umum serta terhadap polisi dan pihak berwenang lainnya.

Merespons serangkaian serangan, China meluncurkan apa yang disebutnya sebagai tindakan keras terhadap terorisme di Xinjiang.

Saat ini, China menghadapi kritik keras dari Barat dan kelompok-kelompok HAM atas kebijakan-kebijakannya, khususnya penahanan massal dan pengawasan terhadap warga Uighur dan muslim lainnya.

Beijing bersikeras bahwa tindakannya di Xinjiang diperlukan untuk membasmi ekstremisme agama. Para pejabat telah mengingatkan soal merayapnya Islamisasi dan mereka telah memperluas kontrol yang lebih ketat terhadap minoritas muslim lainnya.

Para analis menuturkan, Partai Komunis yang berkuasa prihatin bahwa pengaruh asing dapat membuat kelompok agama sulit dikendalikan.

"Bahasa Arab dipandang sebagai bahasa asing dan pengetahuan tentangnya sekarang dipandang sebagai sesuatu yang di luar kendali negara," kata Darren Byler, seorang antropolog di University of Washington yang mempelajari Xinjiang. "Mereka ingin Islam di Tiongkok beroperasi melalui bahasa China."

Menurut aplikasi pengiriman makanan Meituan Dianping, Beijing adalah rumah bagi setidaknya 1.000 toko dan restoran halal.

Tidak jelas apakah setiap restoran di Beijing telah diperintahkan untuk menghapus tulisan Arab dan simbol-simbol Islam. 

Komite Pemerintah Beijing untuk urusan Etnis dan Agama menolak berkomentar, mengatakan perintah mengenai restoran halal adalah arahan nasional.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid