sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bangladesh dihantam wabah DBD paling mematikan dalam sejarah

Badan kesehatan PBB memperingatkan pada bulan Januari bahwa penyebaran cepat demam berdarah merupakan ancaman tingkat pandemi.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Selasa, 08 Agst 2023 06:36 WIB
Bangladesh dihantam wabah DBD paling mematikan dalam sejarah

Wabah demam berdarah terburuk di Bangladesh telah menewaskan lebih dari 300 orang tahun ini. Situasi ini membuat sistem medis negara itu kewalahan.

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu telah merenggut sedikitnya 303 nyawa dan menginfeksi hampir 63.700 orang di seluruh negara Asia Selatan itu, menurut angka terbaru pemerintah pada Sabtu (5/8). Rekor ini menjadikan tahun ini paling mematikan sejak negara itu mulai melacak wabah demam berdarah pada tahun 2000. Sebagian besar kematian berada di Dhaka, ibu kota padat penduduk Bangladesh, di mana rumah sakit semakin kesulitan untuk menampung masuknya pasien.

Raman Velayudhan, yang memimpin program Organisasi Kesehatan Dunia untuk pengendalian penyakit tropis yang terabaikan, mengatakan sekitar setengah populasi dunia sekarang berisiko terkena demam berdarah, karena iklim yang berubah dengan cepat menghasilkan cuaca yang lebih hangat dan lebih basah yang menyediakan kondisi perkembangbiakan yang ideal untuk nyamuk dan risikonya memperburuk situasi.

“Dengue adalah masalah yang sebagian besar terkait dengan perubahan iklim, dan kita perlu menemukan cara untuk mengurangi dampaknya di setiap tingkat negara,” kata Velayudhan selama webinar pekan lalu. Ia menambahkan bahwa lebih banyak wabah diperkirakan terjadi di Bangladesh dan bagian lain Asia setelah musim hujan.

Kasus yang dilaporkan ke WHO mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 2019, yaitu 5,2 juta di 129 negara. “Kami perkirakan 2023 juga akan menjadi tahun yang buruk seperti indikasinya,” kata Velayudhan.

Badan kesehatan PBB memperingatkan pada bulan Januari bahwa penyebaran cepat demam berdarah merupakan ancaman tingkat pandemi.

Secara global, tingkat demam berdarah terus meningkat. Pada bulan Maret, WHO menyatakan demam berdarah sebagai “masalah kesehatan masyarakat yang utama” untuk wilayah Amerika, dan Peru memperpanjang keadaan darurat kesehatan musim panas ini setelah mengalami wabah demam berdarah terbesar dalam sejarah negara tersebut.

Yang terburuk, demam berdarah dapat menyebabkan demam tinggi, kegagalan organ yang serius, dan kematian. Ada empat jenis virus, dan infeksi kedua dengan variasi yang berbeda dari yang pertama meningkatkan risiko demam berdarah yang parah.

Sponsored

Di Bangladesh, hingga Sabtu pagi, hampir 2.500 pasien yang menderita demam tinggi, nyeri sendi, dan muntah telah dirawat di rumah sakit di seluruh negeri itu selama 24 jam sebelumnya, menurut Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan setempat.

Kementerian Kesehatan Bangladesh telah meminta rumah sakit umum besar untuk menambah ratusan tempat tidur buat pasien demam berdarah, dan pemerintah telah meluncurkan kampanye kesadaran guna mendorong penggunaan kelambu, mengurangi penumpukan air di dekat rumah dan tempat umum, dan membunuh jentik nyamuk setelah hujan.

Meski begitu, para peneliti telah memperingatkan bahwa puncak wabah demam berdarah di Bangladesh belum tiba.

Nyamuk Aedes, spesies yang menularkan demam berdarah dan zika, dua virus pembawa nyamuk yang paling serius, mulai berkembang biak selama musim hujan, yang diikuti oleh musim kemarau, ketika mereka bermigrasi ke daerah perkotaan untuk mencari air. Musim hujan di Bangladesh biasanya berlangsung dari Juni hingga Oktober.

Mushtaq Hossain, penasihat senior Institut Epidemiologi, Pengendalian, dan Penelitian Penyakit Bangladesh, mengatakan pemerintah jauh dari siap menghadapi krisis demam berdarah yang berkepanjangan.

Dalam sebuah opini untuk surat kabar independen Bangladesh Pratidin, dia memperingatkan bahwa jumlah pasien demam berdarah dapat terus meningkat hingga akhir November setelah musim hujan.

Virus itu, tambahnya, juga cenderung menimbulkan risiko bagi negara “sepanjang tahun.”

"Kami tidak cukup siap untuk menangani DBD," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid