sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berkenalan dengan Morimoto 'pribadi sewaan' dari Jepang

Saya pikir peradaban hanya ada ketika orang yang tidak berguna bisa hidup," kata Morimoto berfilosofi.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Jumat, 19 Jan 2024 17:06 WIB
Berkenalan dengan Morimoto 'pribadi sewaan' dari Jepang

Kehidupan masyarakat Jepang boleh jadi cukup berbeda dari negara lain. Budaya sosialnya kerap terdengar aneh. Salah satu buktinya adalah munculnya profesi 'orang sewaan' yang ditekuni Shoji Morimoto, 39. Ia menyewakan diri namun ia dibayar untuk 'tidak melakukan apa pun'. Sejak menjalani profesi 'pribadi sewaan' itu, jasanya telah dipesan sebanyak 4.000 kali.

Namun kini, wirausaha kreatif tersebut mengungkapkan bahwa ia sudah tidak lagi menagih uang kepada kliennya untuk menghabiskan waktu bersamanya. Kini ia memberi jasa secara gratis.

“Kami memulai layanan yang disebut 'Orang yang tidak menyewa apa pun,'” Morimoto memposting di X pada bulan September.

“Silakan gunakan dalam situasi yang mengharuskan kehadiran satu orang saja, seperti toko yang sulit dimasuki sendirian, menyesuaikan jumlah orang untuk permainan, dan mencari tempat untuk melihat bunga sakura. Harganya gratis.”

Klien sekarang memiliki kemewahan yang memungkinkan Morimoto untuk menemani mereka dengan kehadirannya hanya dengan mengganti biaya perjalanannya dan makanan serta minuman apa pun yang dikonsumsi selama pertemuannya.

Sayangnya, mereka yang mencari percakapan mendalam atau membangun hubungan pribadi, tidak bisa berharap apa pun pada Marimoto. “Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain memberikan tanggapan yang sangat sederhana,” tulisnya dalam postingan.

Alasan perubahan strategi bisnis ini datang dari kepentingan Morimoto sendiri — hal ini hanya untuk bersenang-senang, ungkapnya dalam memoarnya yang baru-baru ini dirilis, “Rental Person Who Does Nothing.”

“Do-nothing Rental memberi saya hiburan pasif serupa, meskipun dalam kasus ini, saya adalah penyedia layanan, bukan pengguna layanan,” tulisnya dalam bukunya, menurut Business Insider.

Sponsored

Morimoto memulai jasa 'penyewaan diri' terinspirasi dari ocehan bosnya, di pekerjaannya dulu."Bos itu mengatakan 'ada kamu atau tidak, itu enggak pengaruh'. Ini membuat saya berpikir bahwa saya tidak cukup mampu dalam bekerja. Saya akhirnya bertanya-tanya apakah baik-baik saja jika tidak melakukan sesuatu yang produktif? dan menjadi sedikit 'mengabaikan diri sendiri'.

Morimoto biasanya mengenakan biaya sekitar 10.000 yen Jepang (sekitar Rp1 juta) untuk bergaul dengan berbagai klien karena berbagai alasan.

Sebelum COVID-19, Morimoto mengungkapkan bahwa dia menghasilkan hampir Rp4.6 juta setiap hari.

Ketika masa pandemi mereda dan pembatasan lockdown berkurang, bisnisnya mulai bangkit kembali.

Selama bertahun-tahun, klien telah mempekerjakannya untuk segala hal mulai dari pertemuan rutin sambil minum kopi dan interaksi sosial hingga sesi yang lebih aneh.

Dia merinci bagaimana dia pernah disewa untuk mengawasi seorang istri mencari melalui situs kencan online untuk menemukan suaminya.

“Dia berteriak (seperti di DM-nya) setiap 10 menit atau lebih. Pada satu titik, dia membuat kesalahan dengan sebuah aplikasi, mengklik 'Suka' untuk pria yang ingin dia lewati. Dia menatap langit-langit dan terlihat sangat kesal,” tulis Morimoto, menurut Business Insider.

Namun demikian, dia mengatakan dia “menikmati teh sore yang nikmat dan sangat menikmati” selama pertemuan mereka.

Morimoto juga menulis bahwa ia pernah harus menemani kliennya untuk mengajukan surat cerai ke pengadilan.

Anehnya, dia juga dipekerjakan untuk berada di sana untuk klien pada saat-saat yang sangat pribadi.

Ia menceritakan bahwa ia pernah mengantar klien berangkat dari stasiun kereta api, dan di kesempatan lain, ia menyapa klien di garis finis maraton.

Meskipun dicap sebagai “gigolo zaman baru” oleh para kritikus, wirausahawan yang cerdas ini memiliki batasan mengenai kliennya.

Pertama, tidak ada seks.

Seorang pria beristri dan memiliki anak, Morimoto mengungkapkan dalam bukunya bahwa ia pernah menolak klien yang meminta untuk berhubungan seks dengannya.

Satu lagi larangan baginya – konser pop.

“Saya juga telah menolak sejumlah permintaan untuk pergi ke konser pop,” tulisnya.

“Saya tidak tahu banyak tentang musik, dan sebagian besar konser yang diminta untuk saya hadiri dilakukan oleh artis-artis yang belum pernah saya dengar.”

Dia juga menolak pekerjaan untuk memindahkan lemari es dan melakukan perjalanan ke Kamboja.

Pria yang menggambarkan dirinya sebagai “introvert” ini menyinggung bahwa dipekerjakan untuk menemani orang lain adalah hal yang sangat cocok dengan kepribadiannya.

“Klien ingin melakukan sesuatu, dan saya ikut saja. Tidak diperlukan komitmen mendalam dan tidak diperlukan kepribadian,” tulisnya dalam memoarnya.

Salah satu kliennya, Aruna Chida, seorang analis data berusia 27 tahun dari Jepang, menjelaskan bahwa dia mempekerjakannya untuk perusahaannya sehingga dia tidak merasa perlu untuk “menghibur” dia seperti dia memperlakukan teman aslinya.

“Dengan teman-teman, saya merasa harus menghibur mereka,” kata Chida tentang layanan Morimoto pada tahun 2022. “Tetapi dengan pria rental itu, saya tidak merasa perlu untuk banyak bicara.”

“Lucu sekali kalau seseorang seperti rental orang banyak diminati. Saya kira bisa dibilang kurangnya individualitas saya telah menjadi ‘produk’ saya,” tulis Morimoto.

Satu di antara pengalamannya, yang ia ceritakan cukup emosional didengar. Morimoto berkisah bahwa ia pernah disewa oleh seseorang yang pindah dari Tokyo ke Osaka. 

Dalam drama atau film, kita sering melihat dua sahabat bertemu di stasiun kereta, untuk perpisahan yang dramatis. Kliennya ingin merasakan pengalaman itu," katanya. 

Menurut Moriomoto, kliennya itu baru mengalami hal berat dalam hidup. Sahabatnya secara tiba-tiba melakukan bunuh diri. Mendiang sahabatnya itu sering menggunakan topi putih di mana pun mereka bertemu."Dan dia meminta saya menggunakan topi itu. Dia mengobrol soal kenangannya dan ingin mengeluarkan segala perasaannya. Kisahnya cukup berat sehingga ia tidak bisa bercerita kepada teman atau keluarganya," ujarnya.

Tetapi penyewanya kadang bukan berarti orang yang soliter, alias penyendiri dan tidak memiliki teman. Seorang wanita yang menggunakan jasa Morimoto mengaku, ia meminta ditemani Morimoto karena sungkan untuk mengajak temannya pergi. 

Perempuan lain yang menggunakan jasa Morimoto mengungkapkan latar belakang yang hampir serupa. Ia meminta Morimoto untuk menemaninya saat ulang tahun, karena ia sensitif terhadap sinar matahari, dan ia ingin berjalan-jalan tanpa perlu memiliki perasaan tidak enak dengan temannya.

Tetapi memang kebanyakan yang menyewanya adalah orang yang memiliki masalah dalam pergaulan. Pria kurus itu mengatakan bahwa sebelum memulai bisnisnya, ia melihat orang berjalan di tempat publik dan berpikir bahwa mereka bisa beradaptasi dengan masyarakat dengan baik, tidak seperti dirinya. 

"Tetapi sekarang saya merasa bahkan orang yang terlihat normal di permukaan, mereka mungkin menderita dari sesuatu dan memiliki konflik dalam kehidupan mereka."

"Saya pikir kesenderian berkorelasi dengan alasan kenapa mereka membayar saya, tetapi itu bukan satu-satunya alasan. Sepengelaman saya banyak saya temui mereka datang karena memiliki hubungan interpersonal yang rumit."

"Ini mungkin egoistis.Tetapi saya tetap merasa bahwa terlalu sempit jika beranggapan bahwa tidak melakukan sesuatu yang produktif adalah tidak bernilai. Bagaimana pun saya melihat banyak orang dan kasus, saya menemukan bahwa tidak semua orang harus melakukan sesuatu yang membantu masyarakat. Jika masyarakat menuntut kita untuk melakukan hal yang penuh manfaat untuk hidup, akan tetap ada hukum rimba. Saya pikir peradaban hanya ada ketika orang yang tidak berguna bisa hidup," kata Morimoto berfilosofi. (BBC, Nypost)

Berita Lainnya
×
tekid