sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Fasilitas minyak Arab Saudi diserang, AS siaga

Trump menyatakan bahwa posisi AS siap merespons serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi. Riyadh sendiri belum menyalahkan siapapun.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 16 Sep 2019 11:13 WIB
Fasilitas minyak Arab Saudi diserang, AS siaga

Donald Trump pada Minggu mengatakan bahwa Amerika Serikat dalam posisi siap menyerang untuk merespons serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, yaitu pabrik pengolahan Abqaiq dan ladang minyak Khurais. 

Trump juga mengizinkan penggunaan cadangan minyak darurat AS untuk memastikan pasokan yang stabil pascaserangan.

"Berdasarkan serangan terhadap Arab Saudi, yang mungkin berdampak pada harga minyak, saya telah mengesahkan pelepasan minyak dari Strategic Petroleum Reserve, jika diperlukan, dalam jumlah yang harus ditentukan yang cukup untuk menjaga pasar tetap tersuplai dengan baik," twit Trump.

Sebelumnya, pada hari yang sama, seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa bukti dari serangan yang menghantam fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia, mengindikasikan Iran ada di belakangnya bukan kelompok pemberontak Yaman yang telah mengklaim bertanggungjawab.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengatakan tidak ada bukti bahwa serangan tersebut berasal dari Yaman, di mana koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah memerangi Houthi selama lebih dari empat tahun. Secara luas, konflik di Yaman dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.

"Di tengah semua seruan untuk deeskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia," kata Pompeo.

Sponsored

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi merespons tuduhan Pompeo dengan mengatakan, "Tuduhan serta komentar seperti itu tidak beralasan dan sia-sia dan tidak dapat dapat dipahami dalam kerangka diplomasi."

"Dalam hubungan internasional, bahkan 'permusuhan' harus memiliki sejumlah persyaratan minimum dan kerangka logis agar dapat dipercaya, tetapi pejabat AS telah mengabaikannya," ungkap Mousavi seperti dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri Iran. "Komentar dan tindakan seperti itu lebih seperti perencanaan oleh dinas rahasia dan intelijen untuk menodai citra suatu negara."

Ditambahkannya, "AS mengadopsi kebijakan 'tekanan maksimum' terhadap Iran, yang karena kegagalannya, kini condong beralih ke 'kebohongan maksimum'."

Dalam pernyataan yang sama, Mosauvi menekankan bahwa satu-satunya cara untuk membangun ketenangan di kawasan dan mengakhiri krisis tidak berguna di Yaman adalah dengan menghentikan serangan dan agresi oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi. "Menghentikan dukungan politik dan senjata negara-negara Barat terhadap para agresor, dan melakukan upaya untuk mencari solusi politik."

Seorang komandan senior Pengawal Revolusi memperingatkan bahwa Iran siap untuk berperang habis-habisan.

"Seluruh pangkalan dan kapal induk AS yang berada dalam jarak hingga 2.000 km di sekitar Iran masuk dalam jangkauan rudal kami," sebut laporan Tasnim mengutip Komandan Amirali Hajizadeh.

Ketegangan antara Washington dan Teheran sudah berlangsung lama menyusul program nuklir dan rudal Iran yang membuat AS berang dan menjatuhkan sanksi. Namun, eskalasi signifikan terjadi setelah Trump menghuni Gedung Putih. Dia menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan sanksi yang bertujuan mencekik sumber utama pendapatan Iran.

Hanya minyak melonjak lebih dari 15% pada pembukaan di hari Minggu di tengah kekhawatiran atas pasokan global dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Saudi Aramco sendiri menuturkan bahwa serangan yang terjadi pada Sabtu (14/9) telah memangkas produksi minyak sebesar 5,7 juta barel per hari.

Seorang pejabat AS, yang meminta namanya untuk tidak disebutkan, pada Minggu mengatakan bahwa ada 19 titik dampak dalam serangan terhadap fasilitas Arab Saudi. Menurutnya, bukti menunjukkan bahwa daerah peluncuran berada di barat-barat laut dari target, bukan selatan dari Yaman.

Pejabat AS itu menambahkan bahwa sejumlah pejabat Arab Saudi mengindikasikan mereka telah melihat tanda-tanda bahwa serangan tersebut menggunakan rudal jelajah. Sementara, kelompok Houthi Iran mengklaim bahwa mereka melancarkan serangan dengan 10 drone.

"Tidak ada keraguan bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan ini ... Tidak ada tersangka lain," ungkap pejabat AS tersebut.

Riyadh, sebelumnya, pernah menuduh Iran sebagai dalang di balik serangan terhadap stasiun pompa minyak dan ladang minyak Shaybah. Tuduhan tersebut dibantah Teheran. 

Arab Saudi sendiri belum menyalahkan siapapun atas serangan pada Sabtu.

Saudi Aramco tidak memberikan batas waktu untuk memulihkan kembali produksinya. Sebuah sumber yang dekat dengan masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa kembali ke kapasitas penuh dapat memakan waktu berminggu-minggu, bukan berhari-hari.

Riyadh menuturkan akan mengompensasi kerusakan di fasilitasnya dengan menarik stoknya, yang mencapai 188 juta barel pada Juni.

Bursa Arab Saudi ditutup turun 1,1% pada Minggu (15/9), dengan saham perbankan dan petrokimia mengalami pukulan terbesar. Perusahaan-perusahaan petrokimia Arab Saudi mengumumkan pengurangan pasokan bahan baku yang signifikan.

"Abqaiq adalah pusat saraf sistem energi Saudi. Bahkan jika ekspor berlanjut dalam 24 hingga 48 jam ke depan, citra kekebalan telah berubah," tutur Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets.

Reaksi berbagai pihak

Sejumlah media Irak melaporkan bahwa serangan berasal dari sana. Baghdad membantahnya dan bersumpah akan menghukum siapa saja yang menggunakan Irak sebagai landasan peluncuran serangan.

Kuwait, yang berbatasan dengan Irak, mengatakan sedang menyelidiki penampakan drone di wilayahnya dan berkoordinasi dengan Arab Saudi dan sejumlah negara lain.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan pada Sabtu dan meminta seluruh pihak untuk menahan diri dan mencegah eskalasi. Uni Eropa memperingatkan bahwa serangan dapat menjadi ancaman nyata bagi keamanan regional, sejumlah negara mendesak pihak-pihak terkait menahan diri.

Pemerintah Indonesia turut mengecam serangan terhadap fasilitas Saudi Aramco. Lewat Kementerian Luar Negeri, pemerintah menyatakan, "Serangan tersebut membahayakan keamanan dan stabilitas kawasan serta berdampak negatif terhadap ekonomi global."

Serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco terjadi setelah Trump mengungkap peluang untuk bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pada bulan ini. Adapun Teheran telah menegaskan bahwa pembicaraan tidak akan berlangsung sampai sanksi dicabut.

Beberapa hari lalu, Menlu Pompeo menyatakan bahwa Trump siap bertemu tanpa prasyarat. Namun, kemarin Trump mentwit pernyataan yang bertolak belakang. Dia menyebut pernyataan itu tidak akurat.

Sementara itu, perang Yaman tengah menghadapi jalan buntu. Aliansi Arab Saudi memang memiliki supremasi udara tetapi berada di bawah pengawasan menyusul kematian warga sipil dan krisis kemanusiaan yang telah memicu jutaan orang dilanda kelaparan. (Reuters dan BBC)

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid