sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jenderal yang dibunuh AS, ujung tombak Iran di Timur Tengah

Pada 2019, Qasem Soleimani dianugerahi Ordo Zulfiqar, penghargaan militer tertinggi Iran.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 03 Jan 2020 18:15 WIB
Jenderal yang dibunuh AS, ujung tombak Iran di Timur Tengah

Mayor Jenderal Qasem Soleimani, komandan tertinggi Pasukan Quds yang merupakan unit elite Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), membantu perang proksi negaranya di Timur Tengah dengan mengilhami militan di medan perang dan bernegosiasi dengan para pemimpin politik.

Kematian Soleimani pada Jumat (3/1) oleh serangan udara Amerika Serikat terhadap konvoinya di bandara Baghdad, Irak, menandai akhir perjalanan seorang pria yang menjadi "selebritas" di dalam negeri, dan diawasi dengan ketat oleh AS, Israel, dan Arab Saudi.

Pentagon mengatakan, serangan yang menewaskan Soleimani bertujuan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan.

Soleimani bertanggung jawab atas operasi klandestin di luar negeri. Sosoknya kerap muncul di medan perang, memandu kelompok-kelompok militan syiah Irak dalam perang melawan ISIS.

Sang jenderal terbunuh bersama dengan komandan militan Irak Abu Mahdi al-Muhandis. Keduanya dipandang sebagai pahlawan dalam perang Iran melawan musuh-musuhnya. 

Televisi pemerintah Iran membanjiri keduanya dengan pujian tidak lama setelah kematian mereka diumumkan. Ditampilkan pula sejumlah tayangan, termasuk saat Soleimani tengah bersama dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei dan ketika dia berada di zona perang dalam pakaian militer.

Soleimani bergabung dengan IRGC pada 1979/1980 pascarevolusi Iran, yang menggulingkan Mohammad Reza Pahlavi dan membuat Ayatullah Khomeini mengambil alih kekuasaan.

Kariernya di IRGC naik dengan cepat hingga akhirnya Khamenei menunjuknya untuk memimpin Pasukan Quds pada 1998. Lewat Quds, Soleimani membantu Iran membentuk aliansi di Timur Tengah menyusul tekanan yang datang dari sanksi AS yang menghancurkan ekonomi Negeri Para Mullah.

Sponsored

Selama bertahun-tahun, Soleimani memperkuat relasi Iran dengan Hizbullah di Lebanon, pemerintah Suriah, dan kelompok-kelompok militan syiah di Irak.

AS memasukkan IRGC dalam daftar organisasi teroris asing pada 2019. Itu merupakan bagian dari kampanye tekanan maksimum untuk memaksa Iran menegosiasikan ulang kesepakatan rudal dan nuklir.

Soal negosiasi tersebut, Soleimani dengan tegas menyatakan, "Setiap perundingan dengan AS akan menjadi penyerahan diri sepenuhnya."

Pasukan Quds memberi dukungan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad ketika dia nyaris kalah dalam perang saudara yang berkecamuk sejak 2011. 

Sejumlah keberhasilan, membuat Soleimani berperan dalam penyebaran kekuatan Iran di Timur Tengah.

Perkembangan otoritas Soleiman disebut terlihat jelas pada 2019, ketika Khamenei menganugerahinya Ordo Zulfiqar, penghargaan militer tertinggi Iran. Itu adalah kali pertama seorang komandan menerima medali tersebut sejak Republik Islam Iran berdiri pada 1979.

Dalam sebuah pernyataan pascakematian jenderalnya, Khamenei menuturkan bahwa balas dendam yang kejam menanti "para penjahat" yang membunuh Soleimani.

"Kematiannya, sekalipun menyakitkan, akan menggandakan motivasi perlawanan terhadap AS dan Israel," ujar Khamenei.

Seorang mantan pejabat senior Irak dalam wawancara pada 2014 mengatakan, "Soleimani ... bukan seorang pekerja kantoran. Dia pergi ke garis depan untuk memeriksa pasukan dan memantau pertempuran."

"Rantai komandonya hanya pemimpin tertinggi (Khamenei). Jika dia butuh uang, dia akan mendapatkannya. Jika dia butuh amunisi, dia akan mendapatkannya."

Pernah pada 2018, Soleimani secara terbuka menantang Presiden Donald Trump.

"Saya peringatkan Anda, Trump, ketahuilah bahwa kami dekat dengan Anda. Di tempat yang tidak pernah Anda duga," tutur Soleimani dalam video yang didistribusikan secara online. "Anda yang akan memulai perang, tapi kami yang akan mengakhirinya."

Soleimani, pendengar yang baik

Dia berasal dari keluarga yang sederhana, lahir dari keluarga petani di Kota Rabor pada 11 Maret 1957.

"Soleimani adalah pendengar yang baik. Dia tidak memaksakan pendapatnya sendiri. Meski demikian, dia selalu mendapat apa yang diinginkannya," ujar seorang pejabat Irak lainnya yang menambahkan bahwa sosok Soleimani juga bisa mengintimidasi.

Pada puncak perang saudara antara kelompok militan suni versus syiah di Irak pada 2007, militer AS menuduh pasukan Quds memasok alat peledak improvisasi kepada kelompok syiah yang menyebabkan kematian banyak tentara AS.

Menurut kabel diplomatik yang dirilis Wikileaks, Soleimani memainkan peran yang sangat penting dalam keamanan Irak lewat berbagai kelompok militan hingga Jenderal David Petraeus, kepala pasukan AS di Irak saat itu, mengirim pesan kepadanya melalui para pejabat Irak.

Setelah referendum kemerdekaan di utara Kurdi pada 2017, Soleimani merilis peringatan kepada para pemimpin Kurdi, yang menyebabkan penarikan pasukan dari daerah yang diperebutkan dan memungkinkan pasukan pemerintah pusat untuk menegaskan kembali kendali mereka.

Tidak hanya di Irak, Soleimani juga dapat dibilang berpengaruh di Suriah.

Kunjungan Soleimani ke Rusia pada musim panas 2015 merupakan langkah pertama dalam perencanaan atas intervensi militer Rusia yang membentuk kembali perang Suriah dan aliansi baru Iran-Rusia untuk mendukung Assad.

Berbagai kegiatan Soleimani membuatnya menjadi target berulang Kementerian Keuangan AS. Dia dijatuhi sanksi atas dukungan pasukan Quds terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya.

Keberhasilan Soleimani dalam memajukan agenda Iran menempatkannya dalam bidikan musuh regional Teheran, Arab Saudi dan Israel.

Menurut laporan New York Times pada 2018, para pejabat tinggi intelijen Arab Saudi melihat peluang pembunuhan Soleimani pada 2017. The Times menyebut, juru bicara pemerintah Arab Saudi menolak berkomentar soal itu, tetapi pejabat militer Israel secara terbuka membahas kemungkinan menargetkannya.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid