Sekitar 100.000 tentara Rusia telah ditempatkan di perbatasan dengan utara dan timur Ukraina. Namun, "Negeri Beruang Putih" membantah bakal melakukan invasi terhadap negara bekas Republik Soviet itu.
Lalu, mengapa Rusia mengancam Ukraina?
Dilaporkan BBC, Rusia sudah sejak lama menentang langkah Ukraina yang mendekati lembaga-lembaga Eropa juga NATO. Rusia pun meminta barat memastikan Ukraina tidak bergabung dengan NATO.
Sebagai bekas Republik Soviet, Ukraina, yang berbatasan dengan Uni Eropa dan Rusia, memiliki ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan Rusia dan bahasa Rusia digunakan secara luas di sana.
Ancaman tersebut dianggap serius mengingat Rusia pernah menginvasi Ukraina sebelumnya, saat "keranjang roti Eropa" menggulingkan presiden pro Rusia pada awal 2014.
Rusia pun membalas dengan mencaplok Semenanjung Krimea di selatan Ukraina. Bahkan, mendukung separatis yang merebut sebagian besar wilayah timur Ukraina.
Pemberontak telah memerangi militer Ukraina sejak konflik yang menelan lebih dari 14.000 korban jiwa.
Rusia menyatakan, pihaknya tidak berencana menyerang Ukraina dan Kepala Angkatan Bersenjata, Valery Gerasimov, pun mengecam laporan invasi yang akan dirilis sebagai kebohongan.
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengancam "langkah-langkah teknis militer pembalasan yang tepat" jika apa yang dia sebut pendekatan agresif barat berlanjut.
Petunjuk soal pemikiran Putin tentang Ukraina tecermin dalam pernyataannya pada 2021. Kala itu, dirinya menyebutkan Rusia dan Ukraina "satu negara", tetapi para pemimpin sekarang diklaim tengah menjalankan "proyek anti Rusia".
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memperingatkan, invasi skala penuh akan menjadi bencana bagi Rusia.
Namun, apabila hanya serangan kecil yang diluncurkan, Biden mengatakan, barat "pada akhirnya harus berjuang tentang apa yang harus dilakukan".
Putin dan Biden telah berbicara soal konflik Rusia-Ukraina ini dalam beberapa kesempatan. Diharapkan pertemuan menemukan solusi, sayangnya para pejabat Rusia mengancam, penolakan barat terhadap tuntutan utamanya bakal mengarah ke "jalan buntu".
Nahas, peluang rekonsiliasi Rusia-Ukraina semakin jauh mengingat Gedung Putih terus melancarkan serangan psikologis dengan menyebut Rusia memiliki senjata lain, termasuk serangan dunia maya dan taktik paramiliter.
Dicontohkannya dengan masalah yang mendera sekitar 70 situs web pemerintah Ukraina pada Januari lalu. Rusia pun menampik tudingan Ukraina bahwa mereka berada di balik serangan itu.