Kepala pengadilan administratif tinggi Yunani Katerina Sakellaropoulou terpilih sebagai presiden melalui pemungutan suara parlemen pada Rabu (22/1).
Sakellaropoulou mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen lintas partai sebagai pengganti Presiden Prokopis Pavlopoulos, yang masa jabatannya akan berakhir pada Maret.
Sakellaropoulou yang berusia 63 tahun akan menjadi presiden wanita pertama dalam sejarah Yunani.
Meskipun wewenang presiden dibatasi oleh konstitusi, pemegang jabatan kepala negara merupakan panglima angkatan bersenjata dan sering menjadi penasihat mengenai urusan penting.
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis merupakan salah satu pihak yang mendukung Sakellaropoulou menjabat sebagai presiden selama lima tahun ke depan.
"Sudah waktunya bagi Yunani untuk membuka diri bagi masa depan," ujar PM Mitsotakis pekan lalu.
Sakellaropoulou juga mendapat dukungan dari Partai Demokrasi Baru, yang dipimpin PM Mitsotakis, dan partai oposisi Syriza yang dipimpin mantan PM Alexis Tsipras.
Sebelumnya, Tsipras sempat memuji Sakellaropoulou, menyebutnya sebagai hakim yang luar biasa dan pembela hak asasi manusia.
Wanita yang lahir di Tesalonika itu merupakan putri seorang hakim agung. Dia belajar hukum di Athena dan menyelesaikan studi pascasarjana di Sorbonne University, Prancis.
Terlepas dari kariernya selama puluhan tahun di tingkat tertinggi peradilan Yunani, Sakellaropoulou tidak memiliki aliansi partai dan dianggap sebagai "orang luar" dalam dunia politik.
Ahli politik Yunani Stella Ladi mencatat bahwa selama menempuh karier di bidang peradilan, Sakellaropoulou bukan tokoh yang kerap mencari konfrontasi.
"Sikap ini sangat penting saat menjabat sebagai presiden," kata Ladi. (Deutsche Welle)