sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Singapore Airlines layani penerbangan terpanjang 20 jam nonstop

Dengan rute Singapura-New York, penerbangan itu tiga jam lebih lama dibandingkan Qantas Airlines 787 dari Perth ke London.

Dika Hendra
Dika Hendra Minggu, 29 Apr 2018 12:27 WIB
Singapore Airlines  layani penerbangan terpanjang 20 jam nonstop

Maskapai Singapore Airlines menyiapkan penerbangan nonstop pertama selama 20 jam dari Singapura ke New York pada akhir tahun ini. Perusahaan mengklaim menjadi maskapai yang mampu melayani penerbangan terpanjang di dunia.

Dengan rute Singapura-New York, penerbangan itu tiga jam lebih lama dibandingkan Qantas Airlines 787 dari Perth ke London. Untuk penerbangan 20 jam, Singapore Airlines akan menggunakan pesawat terbaru Airbus A350-900ULR (Ultra Long-Range) yang mampu terbang sejauh 11.160 mil atau sekitar 17.960 km. Pesawat itu memang dikhususnya untuk penerbangan jarak sangat jauh seperti Singapura ke New York. Penerbangan itu akan menghubungkan dua kota metropolitan di dunia yang akan menghabiskan 24.000 liter bahan bakar.

Sebelumnya, Singapore Airlines pernah menggunakan pesawat dengan empat mesin A350-500 yang mampu terbang sejauh 9.500 mil dengan 100 kursi kelas bisnis. Tapi lantaran pelayanannya dinilai tidak efisien, Singapore Airline membatalkan penerbangan itu pada 2013.

Singapore Airlines memiliki 21 armada Airbus A350-900 dari rencana 67 pesawat. Khusus untuk edisi ULR, Singapore Airlines telah memesan tujuh pesawat AS350-900URL. Pada 23 April lalu, pesawat itu telah diuji coba di Paris, Prancis. Pesawat itu mampu terbang 11.160 mil atau meningkat 1.800 mil dari pesawat A350 standar.

Tak perlu khawatir dengan masalah kenyamanan. Direktur Marketing Interior Airbus Florent Petteni mengatakan pesawat A350 didesain untuk penerbangan jarak jauh. "Semua desain pesawat A350 menerapkan filosofi untuk membuat kabin yang nyaman seperti sebuah ruangan dibandingkan sebuah terowongan yang panjang," kata Petteni, dilansir CNN Travel.

Pesawat itu memiliki langit-langit yang tinggi, lampu LED, tembok dinding vertikal, dan tidak bising. Penumpang akan merasakan kenyamanan dan nikmatnya terbang bersama pesawat itu. "Semuanya dibuat dengan tujuan,” ujar Petteni.

Badan pesawat A350 tidak menggunakan alumunium seperti pesawat pada umumnya, melainkan dibuat dari material khusus dengan fiber karbon. Dengan begitu,badan pesawat Airbus terlihat lebih luas dengan banyak jendela panorama yang luas.

 “Kami tidak kekurangan jendela. Kapanpun penumpang memiliki kursi di dekat jendela, mereka akan mendapatkannya,” kata Petteni. Desain tersebut sekaligus bertujuan untuk menghapus kesan mengenai pesawat yang identik dengan kurangnya jendela.

Sponsored

Dengan konsep ULR, pesawat menjamin kalau kabin bisa diposisikan untuk nuansa gelap sehingga akan memberikan kenyamanan bagi penumpang untuk bisa tidur layaknya di hotel. Maskapai memiliki pilihan bik tarik-dorong, mekanik elektro, dan sistem tekan untuk memberikan suasana gelap.

Sistem sirkulasi udara pada A350 juga didesain untuk tenang dan nyaman. “Kami memutar udara dengan kapasitas penuh di kabin setiap dua hingga tiga menit,” jelas Petteni.

Dibandingkan dengan A350-900 yang standar, A350-900URL membutuhkan tambahan 24.000 liter bahan bakar untuk menyelesaikan penerbangan selama 20 jam. Pesawat itu juga memiliki struktur sayap yang sama dengan A350-1000 dengan tanki bahan utama berukuran sama.

 “ULR menggunakan volume bahan bakar disimpan di tanki utama. Kami menambahkan pipa tambahan dan saluran air sehingga bisa menggunakan bahan bakar secara penuh,” ujar Marisa Lucas-Ugena, Kepala Marketing A350. 

Airbus juga telah meningkatkan berat maksimum untuk lepas landas khusus ULR menjadi 280 ton atau 5 ton lebih berat dibandingkan pesawat standar. Dengan begitu, pesawat itu mengangkut banyak penumpang dan kargo.

Singapore Airlines akan mengumumkan kofigurasi interior A350-900ULR secepatnya. Pesawat itu diperkirakan akan mengangkut lebih sedikit penumpang dibandingkan pesawat A350-900 pada umumnya yang memiliki 2353 kursi. Bisa jadi, kursi ekonomi premium juga akan ditambah.

Tantangan paling berat yang dialami Airbus adalah masalah toilet dan air karena penerbangan memakan waktu sangat lama mencapai 20 jam. “Tidak ada perubahan kapasitas, hanya optimalisasi,” ujar Lucas-Ugena. Dia mengungkapkan, apa yang dilakukan di Airbus adalah memproduksi pesawat keluarga. “Ketika kami memiliki tipe baru atau modifikasi baru, kami akan mengambil kesempatan untuk memperbaikinya,” terangnya.

Berita Lainnya
×
tekid