sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tolak damai, Taliban deklarasikan Perang Parit

Menolak perundingan damai dengan Presiden Ashraf Ghani, Taliban mengaku akan fokus menyerang pasukan Amerika Serikat di Afghanistan.

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Kamis, 26 Apr 2018 11:48 WIB
Tolak damai, Taliban deklarasikan Perang Parit

Kelompok bersenjata Taliban mendeklarasikan dimulainya serangan musim semi pada Rabu (25) kemarin. Dengan demikian, mereka menolak tawaran perundingan damai dari Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Operasi bersenjata bernama Al Khandaq, terinspirasi dari Perang Parit yang terjadi pada saat Nabi Muhammad mempertahankan kota Madinah. Momentum itu merupakan tonggak simbolis dari pertempuran musiman.

Taliban mengaku hanya akan fokus menyerang pasukan Amerika Serikat di Afghanistan.

Namun pertempuran sudah sering terjadi di beberapa wilayah Afghanistan. Ratusan orang tewas dan terluka dalam serangkaian serangan bom yang terjadi di Kabul sejak awal tahun ini, meski Ghani sudah menawarkan perundingan damai 'tanpa syarat' pada Februari lalu.

Pernyataan tertulis Taliban pada Rabu menyebut tawaran perundingan damai itu sebagai sebuah konspirasi. "Upaya mereka adalah mengalihkan perhatian publik dari penjajahan asing terhadap negara ini, mengingat Amerika Serikat tidak punya niat serius untuk mengakhiri perang," kata Taliban, dilansir Antara.

Sementara itu pejabat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Sullivan mengatakan, deklarasi perang dari Taliban merupakan sebuah indikasi kelompok itu bertanggung jawab terhadap ketidakamanan yang menghancurkan ribuan kehidupan warga Afghanistan setiap tahunnya.

"Tidak perlu ada pertempuran musiman seperti ini," tandas Sullivan.

Menurutnya, Taliban mendeklarasikan operasi kekerasan bersenjata yang tidak bertanggung jawab. Mereka menyasar pemerintahan yang terpilih secara demokratis dan diakui dunia internasional, serta sesama warga Afghanistan.

Sponsored

Taliban sendiri beralasan bahwa serangan baru ini merupakan balasan terhadap strategi militer Amerika Serikat yang sejak tahun lalu semakin strategis, dengan tujuan memaksa kelompok bersenjata itu untuk maju ke meja perundingan.

"Sasaran utama serangan ini adalah penjajah Amerika dan agen-agen intelijen mereka. Pendukung mereka dari dalam negeri akan ditangani sebagai target kedua," kata Taliban.

Amerika Serikat kini sudah mengirim ribuah tentara tambahan ke Afghanistan untuk melatih angkatan bersenjata di sana. Para komandan sudah diberikan wewenang yang lebih besar untuk melancarkan serangan udara. Langkah ini berlawanan dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat sebelumnya yang ingin menarik diri dari Afghanistan secara bertahap.

Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, Taliban mengaku berjanji untuk melindungi nyawa warga sipil. Mereka tidak menyinggung berbagai insiden seperti serangan bom di Kabul pada Januari lalu, yang menewaskan 100 orang.

Deklarasi pertempuran ini dinilai membahayakan persiapan pemilihan umum parlemen yang rencananya akan digelar pada Oktober.

Pada Minggu, sekitar 60 orang tewas akibat bom bunuh diri di sebuah kantor pendaftaran pemilih di Kabul. Kelompok bersenjata ISIS mengaku bertanggung jawab.

Amerika Serikat sendiri memperkirakan, pemerintah Afghanistan hanya menguasai 56% wilayah negara itu. Sementara survei BBC tahun ini menyimpulkan, kelompok-kelompok bersenjata aktif di 70% wilayah Afghanistan.

Berita Lainnya
×
tekid