sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ultimatum AS berbau agresi, Iran tak gentar

AS mengancam akan memberi sanksi berat pada Iran jika mengabaikan ultimatum mereka.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Selasa, 22 Mei 2018 12:39 WIB
Ultimatum AS berbau agresi, Iran tak gentar

Amerika Serikat (AS) memberikan 12 ultimatum terhadap Iran pascakeluar dari kesepakatan nuklir yang dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).  Sekitar 12 tuntutan disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo dalam sebuah pidato di Heritage Foundation di Washington, Senin (21/5) waktu setempat.

Ada empat hal penting yang menjadi benang merah dalam 12 poin tuntutan AS tersebut. Pertama, Iran harus benar-benar menghentikan program nuklir yang sempat mereka kembangkan. Kedua, Iran harus menghentikan pengembangan sistem rudal balistik berkemampuan nuklir.

Ketiga, dukungan Iran terhadap sejumlah pasukan yang dicap teroris oleh AS, yang tersebar di Timur Tengah, harus dihentikan. Hizbullah, Hamas, dan Jihad Islam, termasuk dalam pasukan yang dimaksud. Lalu keempat, AS menginginkan gangguan Iran terhadap mitra dekatnya di kawasan juga dihentikan, yaitu terhadap Arab Saudi dan Israel. Caranya adalah dengan menghentikan dukungan terhadap pemberontak Houthi Yaman yang berkonflik dengan Saudi, serta menarik semua pasukan di Suriah, baik militer Iran maupun milisi yang didukung Iran, yang dinilai menjadi ancaman bagi Israel.

AS menyiapkan hukuman berat jika Iran abai terhadap tuntutan tersebut. Sanksi ekonomi super berat telah disiapkan untuk mencocok hidung Iran agar mengikuti kemauan AS.

Namun hal tersebut diyakini tidak benar-benar diinginkan oleh AS di bawah kepemimpinan Donald Trump saat ini. Pengamat politik National Iranian American Council (NIAC), Jamal Abdi, mengatakan bahwa AS tahu betul jika Iran akan membangkang pada tuntutan sepihak tersebut. Namun itu justru memberi jalan bagi AS untuk mengerahkan kekuatan militernya pada Iran, persis seperti yang terjadi pada Irak, atau Suriah pada April lalu, yang diserang karena tudingan penggunaan senjata kimia.

Perlawanan Iran dan Eropa

Seperti diperkirakan, Iran menolak mentah-mentah ultimatum AS. Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan bahwa era AS untuk mengatur negara lain sudah berakhir.

"Kalian siapa, mengatur Iran dan dunia?" kata Rouhani dilansir Aljazeera (22/5).

Sponsored

Iran tampaknya juga tidak gentar jika akhirnya AS menggunakan kekuatan militer mereka untuk menggempur Teheran, mengingat mereka kerap kali memberikan ancaman akan menyerang AS. Dalam daftar kekuatan militer dunia 2018 yang dirilis Global Fire Power, Iran berada di ranking 13. AS berada di posisi puncak, dibuntuti Rusia yang merupakan mitra dekat Iran.

Meski demikian, Iran dan lima negara lain yang tersisa di JCPOA; Rusia, Jerman, China, Inggris, Prancis, masih berupaya mempertahankan kesepakatan yang diteken pada 2015 tersebut. Meski merupakan sekutu AS, Eropa, yakni Jerman, Inggris, Prancis memilih untuk mendukung Iran. Sebab seperti dinyatakan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Iran mematuhi kesepakatan untuk menghentikan program senjata nuklir mereka. Selain itu, sejak aktivasi JCPOA, volume perdagangan Uni Eropa meningkat drastis. Tahun lalu perdagangan kedua belah pihak menembus angka US$23,5 miliar.

Hanya saja, Iran menilai dukungan Eropa belum bulat. Sebab sejumlah perusahaan yang melakukan bisnis dengan Iran justru membatalkan transaksi, bahkan ada yang berniat menghentikan operasi perusahaan di negara tersebut karena takut terkena sanksi dari AS, karena bertransaksi dengan Iran.

Untuk itu, Eropa tengah mematangkan rencana penerbitan undang-undang yang melarang perusahaan-perusahaan Eropa mematuhi sanksi AS pada Iran.

Berita Lainnya
×
tekid