close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi fasilitas pengayaan uranium. /Foto Pixabay
icon caption
Ilustrasi fasilitas pengayaan uranium. /Foto Pixabay
Peristiwa
Kamis, 26 Juni 2025 13:10

Kenapa Iran tak boleh punya senjata nuklir?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan tegas menyatakan Iran tak boleh punya senjata nuklir.
swipe

Tak lama setelah perang Iran-Israel pecah, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bikin unggahan di akun Social Truth miliknya. Ditulis dalam huruf kapital, Trump mengatakan: IRAN TAK BOLEH PUNYA SENJATA NUKLIR!

Tak hanya itu, Trump juga mengancam akan membunuh pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei. Militer AS, kata Trump, sudah tahu lokasi persembunyian Khamenei. 

"Kami tahu persis di mana yang disebut 'pemimpin tertinggi' bersembunyi. Dia adalah sasaran empuk, tetapi aman di sana. Kami tidak akan menghabisinya (membunuhnya!). Setidaknya, tidak untuk saat ini," kata Trump. 

Perkembangan senjata nuklir Iran memang jadi salah satu alasan Israel meluncurkan serangan roket dan rudal ke Iran, Jumat (13/6) lalu. Tak hanya menghancurkan sejumlah bangunan, serangan rudal Israel juga membunuh Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC) Hossein Salami, Kepala Staf IGRC Mayjen Mohammed Bagheri, dan sejumlah ilmuwan nuklir Iran. 

Sehari sebelum serangan itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), salah satu lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merilis sebuah resolusi yang isinya menuding Iran melanggar kesepakatan non-proliferasi nuklir. 

"Iran berulang kali tak menjawab pertanyaan agensi terkait keberadaan partikel-partikel uranium buatan manusia di tiga lokasi, yakni Varamin, Marivan dan Turquzabad," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam sebuah pernyataan pers. 

Kepemilikan teknologi nuklir diatur dalam Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) yang ditandatangani pada 1 Juli 1968. Traktat itu didorong PBB untuk mencegah penyebaran senjata nuklir serta menyorong penggunaan nuklir untuk tujuan damai. 

Saat ini, senjata nuklir dimiliki oleh sembilan negara yakni, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Inggris, China, India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel. Namun, keempat negara terakhir tak terikat traktat NPT. 

Lantas kenapa Iran tak boleh mengembangkan senjata nuklir? Salah satu narasi politik yang dikembangkan di dunia internasional ialah karena pemerintahan Iran berbentuk teokrasi atau bahkan sudah mendekati tirani. 

Narasi semacam itu rutin diutarakan politikus-politikus AS, baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik, saat konflik terkait nuklir Iran kembali mengemuka.

Sejumlah senator dan anggota Kongres AS bahkan menyebut Iran sebagai gerombolan orang jahat. Senator AS John Fetterman bahkan sempat mengutarakan harapan agar militer AS membumihanguskan Iran. 

"Saya benar-benar berharap Presiden Trump akhirnya mengebom Iran dan menghancurkannya," kata Fetterman dalam salah satu wawancara di media massa. 

Negara teokrasi seperti Iran hampir tak mungkin disetujui dunia internasional untuk punya senjata pemusnah massal. Kekhawatiran utamanya ialah senjata nuklir digunakan oleh pemimpin "bersumbu pendek" dalam konflik. 

Selain itu, Iran juga potensial menyebarluaskan senjata nuklir ke kelompok-kelompok radikal. Iran, misalnya, bisa mensponsori Hezbollah untuk ikut-ikutan mengembangkan teknologi nuklir demi mengimbangi kekuatan militer Israel. 

Dalam sebuah opini yang tayang di Project Syndicate, Director of the Iranian Studies Program at Stanford University, Abbas Milani mengatakan hanya perubahan rezim yang memungkinkan Iran punya senjata nuklir. Iran harus bergeser menjadi negara demokratis sejati. 

"Hanya Iran yang demokratis yang bisa menjawab perdebatan tentang itu (nuklir Iran). Tanpa ada perubahan rezim yang diinisiasi sendiri oleh rakyat Iran dan untuk rakyat Iran, maka tidak akan pernah ada stabilitas keamanan dan kesejahteraan di Iran dan di kawasan," kata Milani. 

Foto: AA

Tak adil? 

Bagi Iran, sikap AS dan lAEA terhadap program nuklir mereka tak adil. Pasalnya, Israel juga punya senjata nuklir. Israel bahkan tidak ikut serta menandatangani NPT. Israel hanya mau terikat pada Limited Test Ban Treaty yang disepakati pada 1963. 

Menurut data Center for Arms Control and Non-Proliferation yang dipublikasi di New York Times baru-baru ini, Israel diperkirakan punya kisaran 90 hulu ledak nuklir dan material fisi untuk memproduksi lebih banyak bom atom. Korea Utara hanya punya kisaran 20-30 hulu ledak nuklir. 

Di gudang senjata Israel, kini tersimpan Jericho 3, intercontinental ballistic missile (ICBM) yang mulai diproduksi masif sejak 2011. Pada 2008, Isaac Ben-Israel, seorang mantan jenderal IDF, sempat mewanti-wanti agar Israel tak diganggu. 

"Semua orang bisa menghitung dan paham... Dengan mesin roket, kami bisa mencapai semua belahan dunia," kata Ben-Israel. 

AS bermuka dua soal program nuklir Israel. Pada 1993, Kongres AS merilis laporan bertajuk “Proliferation of Weapons of Mass Destruction: Assessing the Risks.” Laporan itu turut menyinggung program senjata nuklir Israel. 

Laporan ditutup dengan sebuah pertanyaan: "Mungkinkah AS bersedia mengorbankan hubungannya dengan Israel—termasuk di dalamnya keberlangsungan hidup Israel—demi menekan negara itu untuk menyerahkan senjata nuklir mereka?"

Jawabannya? Tentu saja tidak. 


 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan