close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi fasilitas pengayaan uranium. /Foto Pixabay
icon caption
Ilustrasi fasilitas pengayaan uranium. /Foto Pixabay
Peristiwa
Jumat, 20 Juni 2025 19:05

Yang terjadi jika Iran keluar dari NPT

Iran mengancam bakal keluar dari traktat nonproliferasi nuklir jika Israel terus memaksakan perang.
swipe

Rencana Iran keluar dari Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) potensial menciptakan insatabilitas di kawasan Timur Tengah. Keputusan itu bisa memicu konflik panjang dengan Israel karena Iran selama ini selalu mau diawasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam pengembangan teknologi nuklirnya. 

"Hari ini, pemerintah Iran mengeluarkan pernyataan bahwa mereka mundur dari NPT. Reaksi dunia internasional pasti ada kekhawatiran karena ada eskalasi konflik dengan Israel," kata pengamat hubungan internasional dari Universitas Budi Luhur (UBL) Andrea Abdul Rahman kepada Alinea.id di Jakarta, Kamis (19/6). 

Perang antara Israel dan Iran pecah setelah militer Israel menyerang sejumlah instalasi militer dan fasilitas nuklir milik Iran, Jumat (13/6) lalu. Israel berdalih perlu menyerang Iran untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. 

Tak hanya menghancurkan sejumlah bangunan, serangan rudal dan misil Israel juga membunuh Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC) Hossein Salami, Kepala Staf IGRC Mayjen Mohammed Bagheri, dan sejumlah ilmuwan nuklir Iran. 

Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi mengatakan Iran telah mengupayakan diplomasi dalam mengatasi persoalan-persoalan terkait nuklir. Boroujerdi mengungkap kemungkinan Iran keluar dari NPT lantaran Israel menyerang Iran saat negosiasi terkait nuklir sedang berjalan. 

"Dalam kondisi saat ini, kelanjutan negosiasi nuklir tidak lagi memiliki pembenaran rasional dan pihak yang bertanggung jawab atas penghentian negosiasi ini adalah rezim yang memaksakan perang agresif kepada Iran,” kata Boroujerdi  dalam konferensi pers di kediamannya di Jakarta, Selasa (17/5).

Serangan terencana terhadap Iran dinamai Operasi Rising Lion. Operasi itu direspons Iran dengan mengancam mengembangkan teknologi nuklir mereka hingga pada spesifikasi senjata. "Ini juga leverage. Mereka ingin mendapatkan upper hand dalam negosiasi ke depannya," jelas Andrea.

Andrea menganggap wajar jika Iran akhirnya keluar dari NPT. Pasalnya, regulasi yang sama tidak dipakai untuk mengekang pengembangan teknologi nuklir Israel. Padahal, kedua negara berada di kawasan yang sama. 

"Israel sendiri sebagai negara non-anggota NPT diizinkan untuk menggunakan energi nuklir sebagai program nuklirnya untuk urusan energi maupun untuk urusan senjata pemusnah massal," papar Andrea. 

Menurut Andrea, perang antara kedua negara akan berlarut-larut jika Iran akhirnya keluar dari NPT dan menunjukkan gelagat untuk mengembangkan senjata nuklir. 

Jika keputusan itu tidak disokong oleh China, Korea Utara, atau Rusia, bukan tidak mungkin rezim Khamenei dijatuhkan oleh koalisi Israel, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

"Tetapi, kalau Iran mendapatkan dukungan mempunyai teknologi senjata nuklir, maka akan ada negosiasi lainnya karena langkah ini sebenarnya counter bluffing dari Amerika Serikat maupun Israel," kata dia. 

Situasinya bakal makin ruwet jika langkah Iran diikuti negara-negara Timur Tengah lainnya, semisal Arab Saudi dan Mesir yang kuat secara ekonomi dan militer. 

Terkait perang, Andrea menilai Iran membutuhkan bantuan dari negara sekutunya jika ingin mengimbangi kekuatan Israel yang disokong AS. Korea Utara, China, atau Rusia potensial jadi beking Iran dalam perang tersebut. 

"Kita lihat nanti perkembangan seperti apa, apakah akan kembali ke meja perundingan dengan leverage dari Iran tersebut atau memang jadi eskalasi," ujar Andrea.

 

img
Adityia Ramadhani
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan