close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kerusuhan di Iran. Foto AP
icon caption
Kerusuhan di Iran. Foto AP
Dunia
Rabu, 28 September 2022 09:03

Unjuk rasa turan hijab di Iran berujung 76 orang tewas

Ratusan warga Iran ditangkap termasuk 20 wartawan.
swipe

Setidaknya 76 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran selama 11 hari kerusuhan yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini. Perempuan itu diduga meninggal dunia karena dianiaya oleh polisi moral Iran.

Organisasi Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Norwegia menyebut, pihak berwenang menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan peluru tajam untuk menekan perbedaan pendapat.

"Risiko penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap pengunjuk rasa serius dan penggunaan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa adalah kejahatan internasional," kata Direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam seperti dikutip dari BBC, Rabu (28/9). 

Media pemerintah menyebutkan jumlah korban tewas 41 orang, termasuk beberapa personel keamanan, dan menyalahkan perusuh. Ratusan orang juga telah ditangkap, 20 di antaranya wartawan.

"Dunia harus membela tuntutan rakyat Iran untuk hak-hak dasar mereka," ujarnya.

Kantor hak asasi manusia PBB juga mengatakan sangat prihatin dengan tanggapan kekerasan pihak berwenang dan mendesak mereka untuk menghormati hak melakukan protes secara damai. Demonstrasi anti pemerintah telah menyebar ke lebih dari 80 kota besar dan kecil di seluruh Iran sejak pemakaman Mahsa Amini pada 17 September.

Wanita Kurdi berusia 22 tahun dari kota barat laut Saqez telah mengunjungi ibu kota, Teheran, pada 13 September ketika dia ditangkap oleh petugas polisi moral karena diduga melanggar undang-undang ketat yang mengharuskan wanita untuk menutupi rambut mereka dengan jilbab. Dia pingsan setelah dibawa ke pusat penahanan untuk dididik dan meninggal di rumah sakit setelah tiga hari dalam keadaan koma.

Polisi mengatakan, Amini meninggal setelah menderita gagal jantung mendadak, tetapi keluarganya menolaknya dan menuduh bahwa dia dipukuli oleh petugas.

Protes terhadap polisi moralitas dan undang-undang hijab yang dipicu oleh kematiannya dengan cepat berkembang menjadi tantangan paling serius bagi ulama Muslim Syiah Iran selama bertahun-tahun. Video yang diposting di media sosial telah menunjukkan para wanita dengan berani membakar jilbab mereka di api unggun dan memotong rambut mereka di depan umum untuk sorak-sorai dan nyanyian.

Pada Senin (26/9), protes dilaporkan di Teheran dan sejumlah kota lain, termasuk Yazd yang merupakan pusat negara itu. Kemudian, do Tabriz dan Sanandaj, di barat laut. Siswa dan guru di lebih dari 20 universitas juga melakukan aksi mogok dan keluar dari ruang kelas mereka.

img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan