sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Arie Kriting: Komika muda bikin saya insecure

Arie Kriting menilai terjadi kemajuan dalam dunia seni komedi tunggal di Indonesia.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Rabu, 14 Agst 2019 14:37 WIB
Arie Kriting: Komika muda bikin saya insecure

Komedian tunggal atau komika Arie Kriting merasa terancam dengan lahirnya para komika baru. Namun dia juga mengapresiasi hal itu, karena menjadi bukti kemajuan yang terjadi dalam dunia seni komedi tunggal di Indonesia.

“Kalau dulu, headliner (penampil puncak) untuk acara-acara pertunjukan stand-up comedy dari komedian yang sudah lama atau dianggap lebih berpengalaman. Sekarang, justru penutupnya dari yang lebih muda,” kata Arie Kriting, saat ditemui usai bedah buku "Untuk Republik: Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa", di Galeri Nasional, Jakarta, Selasa (13/8).

Arie tak menampik komentar sejumlah komika yang menilai kualitas komedi tunggal menurun seiring bertambahnya jumlah komika Tanah Air. Namun, sejak menggeluti stand-up comedy delapan tahun lalu, Arie menilai penampilan komika muda lebih lucu daripada generasi seangkatannya.

Beberapa nama komika muda seperti Arif Brata dan Bintang Emon, menurut Arie, memiliki kualitas yang tak kalah dibanding komika terdahulu. Bagi dia, hal ini menunjukkan proses regenerasi komika berjalan dengan baik.

“Komika muda sangat berbakat dan berkelas, bahkan saya mulai insecure,” ujarnya. 

Arie menjelaskan, ada perbedaan dalam menyajikan materi humor yang disampaikan komika muda dengan komika generasinya. Namun ia menekankan setiap komika memiliki karakter berbeda yang memberi ciri khas dalam setiap penampilannya. 

“Kalau kami, komika yang lebih dulu, mungkin lebih kuat untuk menyinggung isu-isu sosial, seperti identitas atau diskriminasi. Kualitas komika ada pada kelucuan. Mereka (komika muda) lebih lucu daripada kami, mereka men-twist komedi dengan lebih serius,” ucapnya.

Debat di media sosial

Sponsored

Sebagai komika yang aktif menggunakan media sosial, Arie memiliki kegelisahan dari potensi perdebatan yang sering terjadi di media sosial.

“Penting bagi kita untuk concern atau memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting. Boleh kita berdebat di media sosial, tapi buat apa?” ucapnya.

Semestinya, kata dia, media sosial didayagunakan untuk menyebarkan ajakan positif kepada masyarakat. Arie mencontohkan persoalan lingkungan hidup yang membutuhkan sikap aktif dan tanggap dari publik, seperti dalam isu pelestarian alam, pengembangan ekonomi masyarakat bawah, dan pencemaran lingkungan oleh plastik.

Namun, menurutnya, selama ini isu tersebut masih banyak berhenti sebatas wacana. Perlu niat dan cara kreatif untuk mewujudkan ide-ide positif menjadi tindakan dan karya konkret. 

Dia mencontohkan pembatasan dan pengurangan penggunaan material plastik, Menurutnya, selama ini isu tersebut terlalu sering dibicarakan daripada dipraktikkan.

“Saya khawatir misi-misi baik cuma jadi hura-hura, sebatas gaya hidup atau gaya-gayaan. Maka cara pandang kita harus diubah. Mau difokuskan untuk kepentingan apa dan siapa perhatian kita?” ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid