sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ford V Ferrari, sejarah rivalitas di sirkuit dan bisnis

Kehadiran Christian Bale, Matt Damon, Tracy Letts, Josh Lucas dan Jon Bernthal membuat Ford V Ferrari bertabur bintang.

Rizki Febianto
Rizki Febianto Sabtu, 23 Nov 2019 15:27 WIB
Ford V Ferrari, sejarah rivalitas di sirkuit dan bisnis

Cerita Ford V Ferrari berawal saat pemimpin tim marketing Ford Motor Company, Lee Iacocca (John Bernthal) mengusulkan kepada Presiden Ford, Henry Ford II (Tracy Letts) untuk mengakuisisi divisi balap Scuderia Ferrari.

Menurut Lee, akuisisi dapat membantu Ford masuk ke salah satu ajang balapan bergengsi saat itu, Le Mans 24 Hours, di Perancis. Akuisisi juga dianggap Lee dapat menjadi solusi atas penjualan mobil Ford yang tengah sepi pembeli, bahkan mencapai rekor penjualan terburuk di Amerika pada masa tersebut. 

Mendengar usulan meyakinkan Lee, Henry Ford II menyetujuinya. Dia mengutus Lee bersama timnya ke kantor Ferrari untuk berunding dengan bos Ferrari, Enzo Ferrari (Remo Girone). 

Lee tahu rundingan akan sulit. Ia mengibaratkan akuisisi ini bak mafia yang ingin membeli Liberty dari Amerika Serikat. 

Benar saja dugaannya, Enzo menolak mentah-mentah tawaran dari Lee. Cacian pun keluar dari mulut Enzo. Dia menghina Ford sebagai produsen mobil keluarga, bukan mobil balap, hingga mengejek Henry Ford gendut.

Henry Ford sangat tersinggung. Dia memerintahkan Lee untuk membentuk divisi balap Ford, bersumpah akan mengalahkan Ferrari di Le Mans 24 Hours.

Lee yang antusias segera menunjuk penjual mobil dan mantan pembalap asal AS yang pernah memenangkan Le Mans 24 Hours pada 1959, Caroll Shelby (Matt Damon), sebagai ketua tim teknisi. 

Shelby menerima tawaran tersebut dengan satu syarat; ia dapat menentukan sendiri siapa pembalapnya. Kata sepakat tercapai. Ken Miles (Christian Bale), yang tidak lain teman Shelby, dipinang untuk jadi pembalap bagi Ford. 

Sponsored

Terpilihnya Ken terjadi sehari setelah sebelumnya Shelby menonton balapan jalanan yang diikuti temannya itu. Ken mampu memenangkan balapan hanya dengan mobil 'rongsok' yang bagasinya bahkan tidak bisa ditutup. 

Namun, ajakan Shelby justru ditertawakan oleh Ken. Menurutnya, butuh ratusan tahun bagi Ford untuk menciptakan mobil balap yang dapat menyalip Ferrari.

Shelby tidak patah arang. Dia terus membujuk Ken dengan memintanya mencoba mobil balap Ford GT40. Setelah dicoba Ken dan Shelby setuju bahwa GT40 punya potensi, meski masih banyak kekurangan. 

Atas berbagai pertimbangan seperti ekonomi keluarganya yang tengah seret dan dorongan untuk membanggakan anaknya, Peter Miles (Noah Jupe), Ken pun setuju jadi pembalap Ford. 

Latar belakang Ken sebagai pembalap asal Inggris serta penampilannya yang urak-urakan tidak disukai oleh eksekutif senior Ford, Leo Bebee (Josh Lucas). 

Bebee menilai karakter Ken sangatlah tidak "Ford" dan itu dianggap buruk bagi citra perusahaan. Tidak peduli Ken adalah pembalap tangguh, Bebee lebih memilih pembalap yang lamban asal memenuhi karakter "Ford". 

Highlights

Nuansa olahraga balap terasa sangat kental sejak awal film. Sebagai adegan pembuka, penonton akan disuguhkan ketegangan saat Shelby mengikuti balapan di Le Mans 24 Hours 1959 menggunakan Aston Martin RB6 2.5 L6, di mana ia menyisakan satu putaran lagi. 

Kepanikan terjadi. Mobilnya sudah sangat panas karena telah dipacu selama hampir 24 jam dan fisik Shelby tampak kacau. Perutnya lapar dan kantuk yang tidak tertahankan membuat pandangannya mengabur. Semua menjadi hitam.

James Mangold, sang sutradara yang juga menyutradarai Logan (2017) jelas berpengalaman dalam membangun sisi emosional penonton. Bagaimana tidak, sepanjang film emosi penonton akan diaduk-aduk lewat adegan yang membuat emosi, bingung, panik, hingga takut. Sebut saja, ketika Ken sedang test drive Ford GT40. 

Tiba-tiba rem mobilnya blong dan ia kecelakaan hingga menimbulkan ledakan yang cukup besar. Air mata anaknya serta teriakan histeris istrinya, Mollie Miles (Caitríona Balfe), ikut membuat mata saya berkaca-kaca. 

Saya juga sempat dibuat bingung atas masalah yang ada pada mobil Ford GT40. Remnya dinilai tidak akan bertahan lama jika dipakai selama 24 jam di Le Mans. Agar tahan lama, teknisi menyarankan Ken harus menurunkan kecepatan. Namun, jika kecepatan dikurangi, pertanyaan saya untuk apa teknisi menciptakan penambah tenaga di Ford GT40. 

Penurunan kecepatan juga akan menyebabkan Ford kalah di balapan. 

Christian Bale, peraih gelar aktor terbaik di Golden Globes 2019 lewat film Vice (2018), mampu menggambarkan sosok Ken Miles yang urakan dengan baik. Gaya berdiri yang agak bungkuk serta cara bertutur yang sering memajukan bibir bawah dapat mengubah bayangan kita pada Bale yang gagah saat berperan menjadi Batman. 

Tak melulu soal balapan, film keluaran rumah produksi 20th Century Fox ini juga akan memanjakan mata para pencinta otomotif saking banyaknya mobil-mobil klasik.

Soal penataan suara dan musik, Marco Beltrami, jelas berpengalaman mengurusi musik di film-film yang menawarkan ketegangan tinggi seperti World War Z (2013) dan A Good Day to Die Hard (2013). Di Ford V Ferrari, Marco seakan ingin membawa penonton masuk ke dalam film sebagai orang yang duduk disamping kursi pengemudi. 

Lewat musik dari band lawas seperti Gimme Shelter milik The Rolling Stone dan Money oleh The Kingsmen penonton seakan dibawa melintasi lorong waktu ke era 60-an.

Sisi lain dunia balap

Balapan bukan sekadar adu cepat, tapi juga perkara bisnis. Inilah gagasan utama yang ditonjolkan film ini. Lewat Ford V Ferrari penonton menjadi tahu, bahwa dibalik lomba balap antara Ford GT40 dengan Ferrari 330 P3 di Le Mans 24 Hours, ada permainan bisnis yang kuat didalamnya.

Sebuah garis finish menjadi tidak penting jika tidak menguntungkan perusahaan. Itu tercermin dari penolakan Bebee terhadap Ken yang dianggapnya dapat merusak citra perusahaan. Padahal Bebee tahu jika Ford GT40 dikemudikan Ken, potensi kemenangan akan bertambah. 

Pada adegan terakhir, penonton akan dibuat terkejut dengan keputusan Ford saat Ken sedang memimpin balapan di Le Mans 24 Hours.

Di November ini pun tayang beberapa film biografi seperti A Beautiful Day in the Neighborhood, Harriet, The Irishman, Dark Waters, dan Ford V Ferrari. 

Ford V Ferrari membawa angin segar di tengah rentetan film drama yang tayang pada bulan ini.

Secara keseluruhan, film berdurasi dua jam 32 menit ini sangat menarik untuk ditonton. Ford V Ferrari mendapatkan ulasan positif dari para pencinta film. Di situs Rotten Tomatoes, film ini meraih 92%. Sementara itu, di Internet Movie Database (IMDb) ratingnya 8,3/10.  

Kelemahan

Kalau ditanya soal kelemahan, saya hampir tidak menemukan  fatal yang dapat merusak film ini. Hanya ada beberapa adegan yang menurut saya tidak cukup realistis, di mana sepanjang balapan berlangsung, Ken tampak sangat mudah menyalip lawan-lawannya hanya dengan oper persneling tanpa ada tambahan teknik lain. 

 

starstarstarstarstar

Ford V Ferrari membawa angin segar di tengah rentetan film drama yang tayang bulan ini.

Berita Lainnya
×
tekid