sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rektor Unika Atmajaya: Kendaraan berlistrik dapat meminimalisir biaya perawatan

Menggunakan mobil listrik memang ongkosnya lebih murah. Pelumas, operasional, dan pajaknya juga lebih murah.

Raihan Putra Tjahjafajar
Raihan Putra Tjahjafajar Jumat, 14 Okt 2022 19:14 WIB
Rektor Unika  Atmajaya: Kendaraan berlistrik dapat meminimalisir biaya perawatan

Indonesia sedang gencar berganti jenis kendaraan mobil dan motor yang berbahan bakar fosil menjadi kendaraan yang berbasis baterai.

Rektor Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atmajaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, menggunakan kendaraan berlistrik dapat meminimalisir biaya pengguna dan perawatan. Akan tetapi, untuk membeli kendaraan roda empat akan merogoh kantong yang lumayan.

“Menggunakan mobil listrik memang ongkosnya itu lebih murah. Pelumas, operasional, dan pajaknya lebih murah. Tetapi harga pertama membeli mobil itu masih tinggi,” kata agus dalam pantauan online di acara OJK Mengajar 2022, Jumat (14/10). 

Tetapi terdapat hal yang masih menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia untuk memilih penggunaan kendaraan roda empat berbasis BBM atau listrik. Sebab, ketika dalam perhitungan selama lima tahun, cost of ownership antara kendaraan roda empat yang berbasis BBM biayanya lebih murah, bila dibandingkan mobil listrik.

“Kalau mau dihitung selama lima tahun antara punya mobil listrik atau mobil konvensional BBM, ternyata masih murah mobil BBM. Nah, ini menjadi salah satu permasalahan tantangan baru. Perlu ada upaya lain yang kira-kira itu harus mendukung, supaya total cost of ownership mobil listrik ini turun. Sehingga bisa menjadi perpindahan kepemilikan dari mobil BBM ke listrik,” kata Agus. 

Sementara, untuk jenis kendaraan roda dua sudah termasuk kategori harga yang standar dibandingkan jenis kendaraan roda empat berbasis listrik. Sehingga masyarakat bisa lebih dahulu beralih kekendaraan roda dua berbasis listrik. 

“Untuk motor sudah lebih murah. Jadi, saya kira sudah visible motor listrik ini di produksi secara masal,” tuturnya. 

Selain itu, Agus beranggapan menggunakan kendaraan roda dua berbasis listrik itu lebih inklusif. Buktinya, ada warga Agats, Asmat, Papua, telah menggunakan motor listrik sejak 2009. Ini karena di Papua pada saat itu untuk membeli bahan bakar masih sangat cukup mahal. Maka dari itu, mereka beralih ke motor listrik. Di Papua juga motor listrik lebih dahulu populer daripada BBM. 

Sponsored

“Jadi dengan listrik ini, tentu dengan infrastruktur yang dibangun itu lebih memberikan kesempatan kepada masyarakat kita yang secara geografis, itu punya kendala untuk menikmati kendaraan motor listrik. Saya kira targetnya 13 juta sepeda motor listrik di 2030 dengan tahapan-tahapan transisi. Saya kira sesuatu sangat logis, visible untuk dijalankan. Dan karena itu kita semua perlu mendukung upaya pemerintah untuk mengkonversi kendaraan motor konvensional ke listrik. Ketika anda punya motor konvensional bisa ditukar dengan motor listrik. Tentu dengan mekanisme tertentu,” tuturnya.  

Berita Lainnya
×
tekid