

Lengan mana yang paling tepat disuntikan vaksin?

Masih ingat, lengan mana yang divaksinasi saat pandemi Covid-19? Lengan kanan atau kiri? Ternaya, lengan yang divaksinasi bisa memengaruhi respons imun langsung.
Sekelompok ilmuwan dari Institut Penelitian Medis Garvan dan Universitas New South Wales di Sydney, Australia dalam penelitiannya yang diterbitkan di jurnal Cell (April, 2025) bertajuk “Macrophages direct location-dependent recall of B cell memory to vaccination” menemukan jawabannya.
Hanya sedikit penelitian yang meriset apakah kita harus pindah lengan antara suntikan pertama dan kedua. Misalnya, pada 2023 para peneliti di Jerman yang hasil penelitiannya diterbitkan di jurnal Lancet eBioMedicine menemukan, pemberian beberapa suntikan pada lengan yang sama menghasilkan respons imun yang lebih baik dua minggu kemudian.
Lalu, pada awal 2024 para peneliti di Amerika Serikat, dalam hasil studi yang diterbitkan The Journal of Clinical Investigation menemukan, pergantian kelompok vaksin menghasilkan peningkatan empat kali lipat antibodi spesifik Covid-19 empat minggu setelah suntikan kedua.
Penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti asal Australia menggunakan eksperimen terhadap tikus dan manusia. Eksperimen terhadap manusia melibatkan 30 peserta yang belum pernah terpapar Covid-19.
Semua peserta menerima dua suntikan vaksin Pfizer, dengan jarak tiga minggu. Sebanyak 20 orang di antaranya menerima kedua suntikan pada lengan yang sama, sedangkan 10 orang lainnya menerima suntikan penguat pada lengan yang berlawanan dengan suntikan pertama.
Hasilnya, menurut analisis darah dan kelenjar getah bening, mereka yang berada dalam kelompok yang menerima suntikan di lengan yang sama menunjukkan peningkatan respons imun sepekan setelah suntikan kedua.
“Mereka yang menerima kedua dosis pada kelompok yang sama menghasilkan antibodi penetral terhadap SARS-CoV-2 secara signifikan lebih cepat dalam minggu pertama setelah dosis kedua,” ujar salah seorang peneliti yang berasal dari Institut Kirby Universitas New South Wales, Alexandra Carey Hoppe, dikutip dari Science Alert.
Menurut imunolog dari Universitas New South Wales, yang juga ikut dalam penelitian, Mee Ling Munier, antibodi dari kelompok lengan yang sama juga lebih efektif melawan varian Delta dan Omicron.
Selain itu, dikutip dari situs Garvan Institute of Medical Research para peneliti menemukan, ketika vaksin diberikan, sel-sel imun khusus yang disebut makrofag menjadi “siap” di dalam kelenjar getah bening.
Makrofag ini kemudian mengarahkan posisi sel-sel B memori agar lebih efektif merespons vaksin penguat ketika diberikan pada kelompok yang sama.
“Ini adalah penemuan mendasar tentang bagaimana sistem imun mengatur dirinya sendiri untuk merespons ancaman eksternal dengan lebih baik,” ujar Direktur Program Imunologi Presisi di Garvan, yang juga salah satu peneliti, Tri Phan dalam situs Garvan Institute of Medical Research.
Imunisasi memasukkan versi patogen yang tidak berbahaya, yang dikenal sebagai antigen vaksin ke dalam tubuh, yang disaring melalui kelenjar getah bening—“kamp pelatihan” imun yang melatih tubuh untuk melawan patogen yang sebenarnya.
Para peneliti sebelumnya menemukan, sel B memori yang sangat penting untuk menghasilkan respons antibodi saat infeksi kambuh, bertahan di kelenjar getah bening yang paling dekat dengan lokasi suntikan.
Menggunakan pencitraan intravital mutakhir di Garvan, para peneliti menemukan, sel B memori bermigrasi ke lapisan luar kelenjar getah bening lokal, tempat mereka berinteraksi erat dengan makrofag yang berada di sana.
Saat suntikan penguat diberikan di lokasi yang sama, makrofag yang “siap” ini, secara efisien menangkap antigen dan mengaktifkan sel B memori untuk membuat antibodi berkualitas tinggi.
“Makrofag diketahui melahap patogen dan membersihkan sel-sel mati, tetapi penelitian kami menunjukkan, makrofag di kelenjar getah bening yang paling dekat dengan lokasi suntikan juga memainkan peran utama dalam mengatur respons vaksin yang efektif di waktu berikutnya,” ucap peneliti lainnya, Rama Dhenni.
“Jadi lokasi memang penting.”
Meski begitu, peningkatan kekebalan yang tampak dari vaksinasi pada lengan yang sama pada akhirnya hanya bertahan sebentar. Empat minggu setelah vaksin penguat, mereka yang menerima suntikan pada lengan yang sama menunjukkan kadar antibodi yang sama dengan mereka yang menerima suntikan pada lengan yang berlawanan.
“Jika Anda sudah menerima suntikan vaksin Covid-19 di lengan yang berbeda, jangan khawatir. Penelitian kami menunjukkan, seiring waktu, perbedaan perlindungan akan berkurang,” ujar Mee Ling Munier.
“Namun, selama pandemi, minggu-minggu pertama perlindungan dapat membuat perbedaan besar pada tingkat populasi.”
Untuk menyelidiki mengapa hal itu mungkin terjadi, para peneliti menggunakan tikus. Ketika tikus diberi vaksin kedua pada sisi tubuh yang sama, vaksin tersebut meningkatkan respons imun pada kelenjar getah bening di sisi tersebut.
Pada tikus, ketika vaksin kedua diberikan di sisi tubuh yang sama, makrofag penjaga kelenjar getah bening yang mengalir sudah siap untuk merespons ancaman tersebut.
Artinya, mereka bertindak lebih cepat, berkomunikasi dengan kelompok besar sel B memori yang diaktifkan kembali untuk mengirim 10 kali lebih banyak sel B memori ke pabrik antibodi dibandingkan kelenjar getah bening yang tidak mengalir.
Mirip dengan data pada tikus, ketika 18 peserta manusia menjalani biopsi kelenjar getah bening dengan jarum halus, para peneliti menemukan, mereka yang menerima suntikan pada lengan yang sama, punya persentasi sel B memori yang meningkat di “pabrik” antibodi tersebut.
“Alam telah menciptakan sistem yang cemerlang ini dan kita baru mulai memahaminya,” ucap Tri Phan, dikutip dari Science Alert.


Tag Terkait
Berita Terkait
Bukan eksperimen, Menkes pastikan uji klinis vaksin TBC tahap 3 aman
Nigeria jadi negara Afrika pertama penerima vaksin mpox
Mengapa vaksin mpox baru sekarang tiba di Afrika setelah dua tahun tertunda?
Cakupan imunisasi rendah, Kemenkes ingatkan risiko KLB

