sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mencari tahu jejak Multatuli di Rangkasbitung

Peran Multatuli bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tidaklah kecil.

Khaerul Anwar
Khaerul Anwar Jumat, 22 Feb 2019 16:22 WIB
Mencari tahu jejak Multatuli di Rangkasbitung

Multatuli? Mungkin tidak semua orang familier dengan nama ini. Apalagi, Multatuli yang merupakan nama pena Eduard Douwes Dekker, bukanlah pahlawan nasional. Namanya juga belum banyak termuat di buku pelajaran sekolah.

Kendati begitu, peran Multatuli bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tidaklah kecil. Novel berjudul "Max Havelaar" yang pertama kali diterbitkan pada 1860, membuka mata dunia tentang busuknya kolonialisme di Hindia Belanda. Ide-ide itu, menginspirasi tokoh-tokoh pendiri bangsa, seperti Sukarno, untuk memerdekakan Indonesia.

Tidak heran kalau, cukup banyak wisatawan yang berupaya mencari tahu profil Multatuli. Mereka datang Museum Multatuli, untuk mendapatkan informasi lengkap sepak terjang Multatuli selama bertugas dan tinggal di Rangkasbitung pada Januari hingga Maret 1856.

Menurut Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, sejak diresmikan pada Mei 2017, Museum Multatuli sudah dikunjungi, setidaknya  57.945 wisatawan lokal dan 250 wisatawan mancanegara sudah mengunjungi museum ini.

"Ini sejalan dengan konsentrasi kami terhadap pengembangan pariwisata," kata Iti saat menghadiri acara di Museum Multatuli, Kamis (21/2).

Selain itu, guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lebak, Iti akan membuat konsep city tour dan one day trip dengan target satu juta wisatawan. City tour akan mengunjungi lokasi wisata seperti Museum Multatuli, makam pahlawan, cagar budaya, wisata kuliner, dan lainnya.

"Kami harap pariwisata bisa menjadi favorite di Banten. Lebak ada Baduy, batik, budaya sabaki, kasepuhan banten kidul, 19 kasepuhan dan sebagainya," ujarnya.

Sebagai catatan, Multatuli tiba di Rangkasbitung pada 21 Januari 1856. Bertugas sebagai Asisten Residen Lebak. Kurang lebih 84 hari, Multatuli bekerja di Rangkasbitung lalu mengundurkan diri setelah berselisih paham dengan atasannya. 

Sponsored

Multatuli kemudian pergi menuju Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar.

Museum Multatuli mengambil inisiatif sebagai museum antikolonial pertama di Indonesia. Museum ini berlokasi di Jl Alun-Alun Timur No.8 Rangkasbitung. Menempati bangunan cagar budaya eks rumah Wedana Rangkasbitung yang dibangun pada 1923.

Museum Multatuli dibuka dengan tujuan untuk menjadi wahana pembelajaran sejarah bagi masyarakat, sarana rekreasi sejarah yang mudah terjangkau

Di Museum Multatuli, setidaknya ada 34 artefak asli maupun replika Eduard Douwes Dekker ditampilkan. Misalkan saja, tegel yang dulu jadi rumah tinggal Douwes Dekker dan miniatur kapal VOC. Bahkan, beberapa di antaranya didatangkan langsung dari Belanda.

Beberapa barang asli yang dipamerkan dibungkus dalam kotak kaca, seperti novel Max Havelaar edisi pertama dalam bahasa Prancis, peta Lebak terbitan pertama, biografi Eduard Douwes Dekker, hingga buku zaman Kerajaan Belanda. 

Di museum itu juga dipajang patung perunggu Eduard Douwes Dekker, karya Dolorosa Sinaga. Selanjutnya, ada lima ruangan yang memiliki cerita berbeda-beda, seperti ruangan yang bercerita tentang perjuangan rakyat Lebak melawan penjajahan.

Ruangan lainnya bercerita tentang potensi Lebak, kisah tentang suku Baduy, hingga kisah tentang tambang emas Cikotok yang terbesar pertama di Indonesia.

Akses menuju museum ini amat mudah, dari Ibu Kota. Pengunjung tinggal naik kereta api sekitar dua jam perjalanan menuju Stasiun Rangkasbitung. Lalu naik angkutan umum menuju Museum di Jl. Alun-Alun Timur No. 8 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Salah satu pengunjung Wahyu Arya asal Kota Serang mengatakan, museum ini bagus. Apalagi tempatnya nyaman dan edukatif. Masyarakat yang datang bisa menikmati sejarah dengan santai.

"Supaya masyarakat mengerti sejarah kolonialisme di Banten. Di kisah yang ditulis Multatuli, kita bisa belajar bagaimana praktek kolonialisme berkolaborisi dengan pemimpinan lokal," katanya.
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid