sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mengunjungi pameran karya tiga seniman Asia di Museum Macan

Pameran ini berlangsung pada 16 November 2018 hingga 10 Maret 2019.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Sabtu, 17 Nov 2018 19:58 WIB
Mengunjungi pameran karya tiga seniman Asia di Museum Macan

Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan), Jakarta, menggelar pameran dengan menggandeng tiga seniman Asia. Ketiga seniman tersebut, antara lain Arahmaiani (Indonesia) bertajuk Masa Lalu Belumlah Berlalu, Lee Mingwei (Taiwan-Amerika) bertajuk Seven Stories, dan On Kawara (Jepang) bertajuk One Million Years Reading. Pameran dibuka pada 16 November 2018.

Menampilkan karya-karya kritis

Seorang pengunjung berpartisipasi di instalasi

Berjalan ke dalam ruang pamer, pengunjung akan menemukan sejumlah bendera warna-warni tergantung di langit-langit ruang pamer. Instalasi ini berjudul “Flag Project”, karya Arahmaiani.

Seniman Indonesia ini menampilkan karya-karya selama lebih dari 30 tahun berkreasi. Dia menampilkan 70 karya. Pengunjung bisa melihat pesan kritik sosial dalam karya-karya Arahmaiani.

Salah satu karya instalasi Arahmaiani yang banyak menarik perhatian pengunjung berjudul “Nation for Sale”. Instalasi ini berwujud puluhan kotak kecil dalam sebuah kotak besar, diatur dan rapi. Kotak-kotak kecil tersebut, masing-masing berisi diorama militer, stoples pil, stoples air, stoples pasir, dan senjata laras panjang.

Instalasi ini pertama kali dipamerkan pada 1996. Arahmaiani berusaha mewujudkan situasi sosial budaya Indonesia pada masa itu dalam karya ini.

“Nation for Sale” menyinggung industri kebudayaan Indonesia yang didukung oleh investasi modal yang besar. Karya ini merupakan salah satu karya kritis Arahmaiani yang ditampilkan pada pameran kali ini.

Sponsored

Arahmaiani juga menampilkan karya penting lainnya berjudul “Sacred Coke” (1993), “Lingga-Yoni” (1994), dan “A Piece of Land for Sale” (1996). “Lingga-Yoni”, yang berwujud lukisan serupa alat kelamin laki-laki dan perempuan sempat mendapatkan protes dari kelompok Islam radikal, ketika dipamerkan pada 1994.

Penyebabnya, dalam lukisan tersebut ada tulisan Arab, yang menurut para penentang termasuk penistaan agama, karena disandingkan dengan gambar serupa alat kelamin.

Salah satu instalasi karya Lee Mingwe berjudul

Arahmaiani juga punya perhatian pada komodifikasi lahan, yang dia kreasikan dalam karya “A Piece of Land for Sale”. Wujudnya, kotak persegi panjang berukuran 240 x 600 cm, berisi tanah dan rumput, tertempel di salah satu dinding ruang pamer. Di sebelahnya terdapat tabung oksigen berwarna biru, dilengkapi selang yang menjulur ke kotak persegi panjang.

Arahmaiani mengobservasi, bagaimana manusia melalui pandangan modernnya menaklukkan alam. Alam merupakan sesuatu yang diobjektivikasi dan menjadi pasif, yang harus ditaklukkan manusia-manusia modern.

Berjalan ke sisi lain museum, pengunjung akan menemukan instalasi gambar peta Indonesia, yang dibuat dari batang-batang korek api dan sebuah pakaian tradisional kebaya digantung di atasnya. Pada instalasi ini, Arahmaiani mengalihkan fokusnya pada kekerasan seksual saat kerusuhan Mei 1998. Instalasi berjudul “Burning Country” ini dibuat ulang Arahmaiani pada 2018.

Instalasi lain yang cukup menarik banyak perhatian adalah “11 June 2002”. Instalasi tersebut menceritakan pengalaman Arahmaiani tertahan oleh badan imigrasi Amerika Serikat di Los Angeles pasca-serangan 11 September 2001. Salah satu ruangan di dalam museum yang tidak begitu besar digunakan untuk memajang instalasi ini.

Interaksi dalam karya Lee Mingwei

Interaksi jadi kunci bagi Lee Mingwei dalam karya-karya yang dia tampilkan di Museum Macan. Salah satu karya yang membuat pengunjung berinteraksi berjudul “The Mending Project”. Wujud karya ini berupa puluhan gulung benang warna-warni, tergantung di dinding.

Pengunjung pun diajak untuk berinteraksi dengan karya Mingwei ini. Mereka diundang untuk membawa pakaian yang akan diperbaiki sendiri. Lalu, pengunjung akan duduk di balik meja, dan berinteraksi dengan seniman sembali memperbaiki pakaian sendiri. Pakaian yang telah diperbaiki kemudian diletakkan di atas meja, dengan keadaan masih terhubung gulungan benang yang tergantung di dinding.

Tajuk Seven Stories sendiri berarti tujuh proyek seni yang dipamerkan Mingwei. Seniman Taiwan-Amerika ini mengeksplorasi ide-ide seputar rasa percaya, keintiman, dan kesadaran diri. Mingwei memberikan pengalaman asli kepada pengunjung yang tak akan ditemukan di manapun.

Perjalanan karya Arahmaiani sejak awal1980-an ditampilkan di Museum Macan. (Alinea.id/Annisa Saumi).

Karya lain Mingwei di pamerannya kali ini berjudul “The Dining Project”. Instalasi seni ini dibangun pada media campuran. Terdapat sebuah kotak besar yang menyerupai lantai, meja pendek, serta peralatan makan.

Interaksinya di karya ini, dua orang akan berbagi makanan dan bercakap-cakap dengan intim. Ide karyanya ini didapatkan Mingwei saat dirinya menjalani tahun pertama di Universitas Yale, Amerika Serikat.

Saat itu, Mingwei merasa terisolasi di lingkungan sekitarnya, lantas meletakkan sejumlah poster di seluruh area kampus. Dia mengundang siapapun yang tertarik untuk berbagi makanan dan bercakap-cakap intens.

Selain instalasi, Mingwei juga menampilkan seni pertunjukan partisipatif. Seni pertunjukan tersebut dia beri nama “Sonic Blossom”. Seorang penyanyi perempuan akan berjalan secara perlahan mengelilingi ruangan. Dia memilih salah seorang pengunjung untuk dimintanya duduk di sebuah kursi.

Kemudian, si penyanyi menyanyikan lagu, diiringi nada piano kepada pengunjung museum. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.

Setelah dari pertunjukan “Sonic Blossom” tadi, pengunjung bisa melihat tiga bilik yang berisi surat, meja, alat tulis, dan amplop. Instalasi yang diberi judul “The Letter Writing Project” tersebut mengajak pengunjung untuk berpartisipasi menulis surat.

Pengunjung bisa memasuki salah satu dari tiga bilik, dan menulis apapun yang selalu ingin mereka tuliskan. Surat-surat ini dapat disegel dan diberi alamat, kemudian dikirimkan oleh pihak Museum Macan, atau dapat ditinggalkan tanpa tersegel untuk dibaca oleh pengunjung lainnya.

Sementara itu, On Kawara memamerkan karyanya untuk pertama kali di Indonesia. Dia menampilkan karya parsitipatif yang melibatkan seorang pria dan seorang perempuan. Kemudian, mereka membaca nama tahun di dalam karya “One Million Years (Past)” dan “One Million Years (Future)”. Kowara ingin pengunjung membaca konsep waktu secara kronologis. Pameran ini sendiri akan berakhir pada 10 Maret 2019 mendatang.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid