sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menilik mistik dan religi dalam FTV Indosiar

Ide cerita FTV Indosiar biasanya datang dari keseharian masyarakat. Berkisah soal moralitas, baik dan buruk.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Kamis, 20 Sep 2018 19:30 WIB
Menilik mistik dan religi dalam FTV Indosiar

Sudah empat bulan Nia tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia, sejak dia mendapat pekerjaan baru di sebuah perusahaan multinasional di Negeri Jiran itu. Dia selalu merindukan pulang ke Indonesia, demi bisa menonton film televisi (FTV) kesayangannya di layar televisi Indosiar.

”Filmnya renyah dan mudah dicerna. Nontonnya tidak perlu susah mikir,” kata Nia kepada saya, Rabu (19/9).

Nia merupakan satu dari sekian banyak penggemar FTV Indosiar. FTV Indosiar menayangkan tiga program, yakni Azab, Kisah Nyata, dan Pintu Berkah. Kisah-kisah yang diangkat dalam film berdurasi sekitar dua jam itu, menurut Nia, erat sekali dengan kehidupan sehari-hari.

Ketika masih bekerja di Jakarta, Nia biasa mencuri waktu istirahat untuk menonton salah satu acara unggulan Indosiar ini. Merantau ke Malaysia, sekarang Nia harus menjadi pejuang streaming di laman situs resmi Indosiar, demi menonton program televisi kesayangannya.

Selain Nia, yang berasal dari kalangan menengah ke atas, penggemar tontonan ini banyak pula dari kalangan bawah. Cobalah pergi makan di warung tegal dekat rumah. Niscaya, si ibu penjaga warteg tengah asyik menonton tayangan Azab, Kisah Nyata, atau Pintu Berkah, sembari menunggu pembeli.

Jam tayang padat

Tren FTV di Indonesia sendiri dipelopori SCTV pada 1995, dengan program Gala Sinema. Kemudian, stasiun televisi lainnya mengekor, membuat program serupa. Termasuk Indosiar yang mulai menayangkan FTV sejak 2011.

Program Kisah Nyata, Azab, dan Pintu Berkah sendiri dipasok rumah produksi Mega Kreasi Films (MKF) sejak 2013. Tema yang diangkat sebenarnya itu-itu saja, mistis dibalut religi.

Sponsored

Program Azab barangkali yang banyak ditonton orang. Itulah mungkin sebabnya, Indosiar menambah jam tayang Azab, menjadi dua kali sehari. Inti kisah Azab berkutat soal ganjaran yang didapat seseorang di dunia hingga wafat, akibat perbuatan jahatnya kepada orang lain.

Salah satunya kisah suami-istri pengelola bisnis travel umrah dan haji bodong, berjudul “Banjir Bandang Menerjang Jenazah Sepasang Pemilik Biro Haji yang Tidak Amanah.” Membaca judulnya saja, penonton barangkali sudah dibuat terperangah. Selain kalimatnya yang panjang membuat terengah, pemilihan katanya pun membuat orang penasaran.

Dalam Azab episode tersebut, suami-istri ini menipu para peserta haji yang sudah menabung dana di perusahaan travel milik mereka. Di akhir cerita, pasangan penipu tersebut mendapat azab mengerikan. Mereka mati tak wajar, dan jenazahnya terendam air bah.

Jam tayang program FTV Indosiar ini dibuat merapat. Sehingga penonton seolah-olah kerap melihat tayangan ini. Pintu Berkah tayang pukul 08.30, Kisah Nyata pukul 11.30, sedangkan Azab tayang dua kali, yakni pukul 16.30 dan 18.30.

Azab kerap menayangkan kisah baik dan buruk. Yang jahat selalu kena hukuman Tuhan yang mengerikan. (twitter.com/megakreasifilms). 

Ide dari keseharian

Tak salah bila Nia mengatakan, cerita-cerita di program FTV Indosiar kegemarannya dekat dengan keseharian. Hal itu ditegaskan oleh penulis skenario untuk MKF Abhie Albahar, yang menuturkan ide penulisannya memang berasal dari keseharian masyarakat.

“Konsepnya memang dari kisah nyata dan terjadi di lingkungan sekitar kita. Mudah ditemukan. Misalnya, perselingkuhan, anak durhaka kepada orang tua, dan sebagainya,” kata Abhie ketika dihubungi, Kamis (19/9).

Sejak dikontrak pada 2014 lalu, Abhie mengaku sudah menulis skenario FTV untuk MKF sebanyak 700 judul. Menurut Abhie, meski bersifat film lepas, tapi produksinya dilakukan secara kejar tayang. Termasuk penulisan naskahnya. Satu plot film, Abhie bisa menghabiskan waktu 8 hingga 24 jam.

Melalui cerita di FTV Indosiar ini, Abhie ingin menyampaikan kepada penonton, manusia bakal dapat ganjaran atas apa yang sudah dilakukannya sepanjang hidup. Adanya azab, kata Abhie, merupakan akibat dari kehidupan di dunia.

“Saya ingin tontonan ini juga jadi tuntunan buat masyarakat,” katanya. Harapan yang tentu saja sangat mulia didengarnya.

Pedoman dari KPI

Perihal kisah-kisah mistik dan religi yang diangkat dalam FTV Indosiar, sesungguhnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat sudah memberikan rambu-rambu.

Beberapa waktu lalu, KPI Pusat meminta seluruh lembaga penyiaran televisi untuk memperhatikan batasan dalam menayangkan program siaran mistik, horor, dan supranatural. Hal itu tertuang dalam surat edaran KPI Pusat Nomor 481/K/KPI/31.2/09/2018 tertanggal 5 September 2018.

Program siaran televisi diminta untuk tak semata-mata mengeksploitasi efek ketakutan para pemeran atau pengisi acara, yang diakibatkan berbagai adegan atau peristiwa yang terjadi dalam proses pengambilan gambar. Selain itu, muatan mistik, horor, dan supranatural harus disertai pendekatan atau pemaknaan secara rasional, budaya, dan keagamaan.

“Jadi, poin yang mau disampaikan, mistik tidak boleh hanya mengumbar ketakutan,” kata Koordinator Bidang Isi Siaran KPI Pusat Hardly Stefano Fenelon Pariela, saat saya hubungi, Senin (17/9).

Menurut Hardly, sebaiknya di balik peristiwa mistik itu, ada penjelasan secara rasional ilmiah, budaya, dan agama. Semisal, agama akan hadir sebagai solusi atas permasalahan.

“Bahkan, masalah mistik sekalipun ada solusinya,” ujar Hardly.

Moralitas satu pihak

Lembaga studi dan pemantauan media Remotivi memandang, kisah FTV Indosiar biasanya dibuat menyesuaikan moralitas yang berlaku di masyarakat. Hal tersebut disampaikan Wakil Direktur Remotivi Yovantra Arief.

Menurutnya, narasi di FTV tak jauh berbeda dengan kebanyakan film lain yang mengedepankan pesan moral positif. Meski dibalut dengan tema mistik, religius, dan supranatural.

“Film produksi Marvel misalnya, juga bertema fantasi. Tapi, tetap ada pesan moral. Meskipun kita juga tahu film ini tidak rasional,” katanya.

Sayangnya, kata Yovantra, FTV di Indonesia kerap ditulis berdasarkan nilai moral yang dipercaya satu pihak saja. Misalnya, sudut pandang Islam.

FTV ini, kata Yovantra, tak dibentuk dengan pembangunan karakter yang baik. Tapi, lebih menekankan moralitas yang dipercaya si penulis naskah. Dari segi penceritaan pun masih lemah. Maka, melahirkan pelabelan karakter tertentu.

“Semua jadi dipandang hitam-putih. Misalnya, orang kaya itu jahat, orang miskin itu baik,” kata dia.

Yovantra mengatakan, sebaiknya FTV digarap lebih elegan. Salah satunya, dengan mengembangkan karakter serta memperdebatkan kembali moralitas yang berlaku di masyarakat, dengan pandangan yang kritis.

Tak bisa disangkal, program FTV Indosiar, baik itu Pintu Berkah, Azab, dan Kisah Nyata, memang menjadi santapan harian para penggemarnya. Tak hanya kalangan bawah, namun juga menengah ke atas.

Para pemasok FTV tersebut, memiliki tanggung jawab moral yang berat. Bukan hanya materi dan rating yang selalu dikejar. Tapi juga tayangan yang sehat.

“Apalagi saat ini FTV sudah punya posisi yang penting di hati pemirsa televisi Indonesia,” kata Yovantra.

Berita Lainnya
×
tekid