Suami jurnalis senior Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief Assegaf, meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Jakarta Timur pada Selasa (20/5). Menurut keterangan keluarga, pria berusia 47 tahun itu wafat karena pendarahan di otak pasca-strok. Kondisi kesehatan itu disebut strok hemoragik atau pecahnya pembuluh darah, istilah berbeda dari strok iskemik—pembuluh darah tersumbat.
Di Indonesia, mengutip hasil penelitian beberapa periset dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta bertajuk “Gambaran Karakteristik Penderita Stroke Hemoragik dengan Jaminan BPJS Kesehatan di Indonesia Periode Januari 2021-Desember 2022” (2023), jumlah kasus strok hemoragik pada periode Januari 2021-Desember 2022 sebanyak 226.047 kasus. Angka ini meningkat dari 43% pada 2021 menjadi 57% pada 2022.
Mengutip Cleveland Clinic, strok hemoragik sangat berbahaya karena menyebabkan gejala parah yang memburuk dengan cepat. Pendarahan mengganggu sirkulasi normal di otak, mencegahnya mendapat darah dan oksigen yang dibutuhkan untuk berfungsi. Strok itu juga menambah tekanan ekstra di dalam otak, yang dapat merusak atau membunuh sel-sel otak.
Gejala strok hemoragik mencakup sakit kepala seperti tersambar petir; sensitivitas pada cahaya; pusing atau vertigo; kesulitan memahami atau berbicara; bicara tidak jelas; kelumpuhan; kehilangan indra penglihatan, pendengaran, atau sentuhan; kekakuan leher; mual dan muntah; kejang; pingsan; dan koma.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya strok hemoragik. Kondisi lainnya yang bisa menyebabkan strok hemoragik, antara lain aneurisma otak, tumor otak, penyakit moyamoya, angiopati amiloid serebral, cedera kepala, Covid-19, dan strok iskemik.
Seseorang memiliki risiko tinggi strok hemoragik kalau berusia lebih dari 65 tahun, merokok, dan menggunakan obat-obatan rekreasional atau nonresep. Selain itu, memiliki kondisi kesehatan yang memengaruhi sistem peredaran darah, seperti hipertensi, gangguan penggunaan alkohol, kolesterol tinggi, sakit kepala migrain, dan diabetes berisiko tinggi terkena strok hemoragik. Ibrahim pun diduga memiliki penyakit diabetes.
Jika dilihat risiko tinggi strok hemoragik berusia lebih dari 65 tahun, usia Ibrahim masih relatif muda, yakni 47 tahun. Temuan para peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, strok hemoragik di Indonesia lebih banyak diderita laki-laki, yakni 52% pasien. Sedangkan orang berusia 46-65 tahun yang menderita strok hemoragik sebesar 60%.
NYU Langone Health menyebut, strok hemoragik memang dapat terjadi pada orang dewasa muda. Mayoritas strok pada orang muda terkait dengan faktor yang sama yang membuat orang berisiko terkena penyakit jantung, yakni tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, dan diabetes tipe 2. Gaya hidup yang tidak banyak bergerak menjadi salah satu penyebabnya.
“Orang-orang bekerja dari rumah. Mereka bahkan tidak berjalan di kota atau menaiki tangga kereta bawah tanah. Mereka berpindah dari tempat tidur ke meja kerja,” kata direktur neurologi vaskular di Rumah Sakit NYU Langone, Brandon Giglio dalam situs web NYU Langone Health.
Pola makan cepat saji yang banyak mengandung makanan olahan pun berkontribusi terhadap masalah kesehatan ini. Sebab, berbagai penelitian mengaitkan konsumsi makanan tersebut dengan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.
Menurut Cleveland Clinic, sulit bagi para ahli memperkirakan harapan hidup atau tingkat kelangsungan hidup penderita strik hemoragik. Alasannya, tubuh dan kesehatan setiap orang berbeda-beda. Strok hemoragik lebih mungkin berakibat fatal daripada strok iskemik.
“Tubuh setiap orang bereaksi berbeda terhadap strok. Apa yang dapat Anda harapkan setelah strok bergantung pada beberapa faktor, termasuk area otak mana yang terpengaruh, seberapa cepat masalah ini ditangani, dan kesehatan Anda secara keseluruhan,” tulis Cleveland Clinic.