close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi tato./Foto ilovetattoos/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi tato./Foto ilovetattoos/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Kamis, 06 Maret 2025 06:11

Tato meningkatkan risiko kanker?

Peneliti dari Universitas Denmark Selatan dan Universitas Helsinki menemukan, orang bertato berisiko terkena kanker limfoma.
swipe

Orang-orang kerap kali berpkir panjang untuk membuat tato, seperti mau digambar di bagian tubuh yang mana atau gambar apa yang bakal diabadikan. Akan tetapi, kebanyakan orang lupa memikirkan dampak tato terhadap kesehatan mereka dalam jangka panjang. Misalnya, apa yang bakal terjadi pada tinta usai tato sudah berada di kulit?

Para peneliti dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Departemen Penelitian Klinis di Universitas Denmark Selatan, bersama peneliti dari Universitas Helsinki menerbitkan hasil riset mereka di jurnal BMC Public Health (Januari, 2025) terkait hubungan tato dan kesehatan.

Penelitian ini berdasarkan data dari Danish Twin Tattoo Cohort—tempat para peneliti mendapatkan informasi lebih dari 5.900 saudara kembar di Denmark, yang lahir antara tahun 1960 dan 1996 hingga 2017.

Dengan menganalisis pola tato bersamaan dengan diagnosis kanker, para peneliti menemukan, kejadian kanker kulit dan limfoma yang lebih tinggi pada orang bertato.

“Kami membandingkan pasangan kembar di mana salah satu dari mereka mengidap kanker, tetapi mereka memiliki banyak kesamaan faktor genetik dan lingkungan,” kata salah seorang peneliti dan profesor biostatistik di Universitas Denmark Selatan, Jacob von Bornemann Hjelmborg, dikutip dari Science Daily.

“Hal ini memberi kita metode yang lebih kuat untuk menyelidiki apakah tato itu sendiri dapat memengaruhi risiko kanker.”

Tinta tato sebenarnya tak cuma tertinggal di tempat yang disuntik. Partikel dari tinta itu bisa berpindah ke kelenjar getah bening, tempat partikel tersebut terkumpul. Kelenjar getah bening merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi dan menyaring zat-zat berbahaya dari tubuh.

Saat tinta tato menembus kulit, sebagian tinta akan terserap ke dalam kelenjar getah bening. Para peneliti melihat, tinta tato dapat memicu peradangan kronis pada kelenjar getah bening, yang seiring waktu bisa menyebabkan pertumbuhan sel abnormal dan peningkatan risiko kanker.

“Kami dapat melihat, partikel tinta terakumulasi di kelenjar getah bening, dan kami menduga, tubuh menganggapnya sebagai zat asing,” ujar peneliti lainnya yang juga konsultan hematologi di Rumah Sakit Universitas Odense serta profesor klinis di Universitas Denmark Selatan, Henrik Frederiksen.

“Ini mungkin berarti, sistem kekebalan tubuh terus-menerus mencoba merespons tinta, dan kami belum mengetahui apakah strain yang terus-menerus ini dapat melemahkan fungsi kelenjar getah bening atau menimbulkan konsekuensi kesehatan lainnya.”

Para peneliti pun menemukan, hubungan antara tato dan kanker paling jelas terlihat pada mereka yang memiliki tato ukuran besar—lebih besar dari telapak tangan. Untuk limfoma, angkanya hampir tiga kali lebih tinggi bagi kelompok individu dengan tato ukuran besar dibanding mereka yang tak bertato. Angka itu memperhitungkan usia, waktu pembuatan tato, dan berapa lama individu tersebut telah dipantau dalam penelitian.

“Hal ini menunjukkan, semakin besar tato dan semakin lama tato tersebut ada, semakin banyak tinta yang terkumpul di kelenjar getah bening,” kata asisten profesor biostatistik di Universitas Denmark Selatan, yang juga ikut dalam penelitian, Signe Bedsted Clemmensen.

Penelitian sebelumnya, yang diterbitkan di jurnal Applied and Environmental Microbiology (Juli, 2024) yang dikerjakan para peneliti dari Amerika Serikat menemukan, dari 75 tinta tato dan make-up permanen yang biasa digunakan di Amerika Serikat, 26 di antaranya terkontaminasi bakteri penyebab infeksi. Termasuk Staphylococcus epidermidis, yakni infeksi yang bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah, serta Cutibacterium acnes yang menyebabkan jerawat.

Para peneliti dari Universitas Lund, Swedia, dalam riset mereka yang diterbitkan jurnal eClinical Medicine (2024) menemukan hal yang lebih serius terkait tato dan kesehatan. Para peneliti menemukan, tato dengan ukuran berapa pun dikaitkan dengan peningkatan risiko 21% untuk limfoma.

Dalam menganalisis hubungan tersebut, para peneliti melihat data dari Swedish National Cancer Register, dengan fokus orang-orang berusia 20-60 tahun ketika mereka menerima diagnosis limfoma antara tahun 2007 dan 2017.

Dikutip dari The Sun, para peneliti mengakui, peningkatan risiko tersebut mungkin tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan faktor lain, seperti paparan sinar matahari atau merokok, yang sudah diketahui bisa meningkatkan risiko kanker.

Studi para peneliti dari Denmark dan Finlandia itu juga mengangkat kekhawatiran tentang penghapusan tato laser dan potensi risikonya. Sebab, pemecahan partikel tinta bisa menyebabkannya menyebar ke seluruh tubuh.

Mereka menyarankan pula penelitian yang lebih banyak, terutama mengenai potensi risiko tato selama kehamilan atau menyusui. Karena tato semakin populer, para peneliti merekomendasikan riset lebih lanjut untuk lebih memahami risiko kesehatan jangka panjang.

"Kebijakan kesehatan masyarakat untuk mencegah karsinogenesis akibat tinta tato adalah bersikap hati-hati sampai diperoleh pengetahuan lebih lanjut," tulis para peneliti, dikutip dari The Sun.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan