sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Debat kedua capres sarat teatrikal dan nihil adat ketimuran

Dalam debat, Anies dan Prabowo terlihat lebih sering menyerang satu sama lain.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Selasa, 09 Jan 2024 18:18 WIB
Debat kedua capres sarat teatrikal dan nihil adat ketimuran

Debat kedua calon presiden (capres) 2024, Minggu (7/1) malam, dinilai menjadi panggung teatrikal. Sebab, didominasi penyerangan kepada subjek dan menjauh dari tema debat.

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, menilai, debat tersebut tidak lagi menghadirkan adat ketimuran. Alih-alih berdialog santun, justru terjadi pernyataan frontal yang menyerang satu sama lain.

Padahal, terangnya, debat mestinya menjadi arena adu visi misi dan program para kontestan. Ini seperti yang sempat dilakukan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, sedangkan kedua kandidat lainnya, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto, lebih banyak saling serang.

"Debat presidensial bukan UMPTN (ujian masuk perguruan tinggi negeri) atau sipenmaru (seleksi penerimaan mahasiswa baru). Debat capres mengandung drama, kontroversi, emosi, uji nyali. Semua harus diaktivasi. Debat semalam sudah semakin mengarah ke situ. Ewuh pakewuh (sikap sungkan) menipis, komunikasi langsung dan terbuka sudah lebih kasat mata. Yang lazim disebut sebagai 'adat ketimuran' tak lagi terkecap," katanya kepada Alinea.id, Selasa (9/1).

Secara penampilan tiap kandidat, Reza berpandangan, Ganjar sudah seperti Tom Cruise dalam film "Top Gun" karena enggan mengurus hal yang tidak penting dan tak sesuai konteks. Ini digenapi dengan jaket bomber yang dikenakannya dalam debat.

Sementara itu, Anies dinilai intensif menyerang Prabowo, yang juga Menteri pertahanan (Menhan) aktif. Setiap celah dimanfaatkan capres nomor urut 1 ini terus-menerus tanpa ampun.

Prabowo juga mencoba melakukan serangan. Capres nomor urut 2 tersebut berupaya membangun opini bahwa Anies melakukan kampanye hitam (black campaign). Namun, yang terjadi justru hanya gertakan (bluffing) lantaran tak didukung data-data kuat.

"Apalagi, ketika di-Google, angka-angka dan ilustrasi 'ordal (orang dalam)' yang ABW (Anies Baswedan) lontarkan ternyata dengan mudahnya terkonfirmasi," jelasnya.

Sponsored

Hal senada diutarakan, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Ia mengakui bahnya serangan pribadi berlangsung dalam debat kedua capres. Dicontohkannya dengan pernyataan Prabowo yang mengkritik Anies terkait etika.

"Dalam debat terakhir terlihat lebih banyak manuver penyerangan pribadi daripada fokus pada substansi debat," ujarnya kepada Alinea.id. Padahal, tegasnya, publik menanti gagasan, pikiran, isu, program, kebijakan, dan ide dalam forum tersebut.

Ipang, sapaannya, melanjutkan, Anies terlihat tidak tega dengan Prabowo lantaran tidak menjabarkan lebih jauh tentang pelanggaran etik di balik terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023, yang menjadi alas hukum putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, dapat berlaga pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sayangnya, ungkap dia, Prabowo justru tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Ia justru terlihat kesal, yang tecermin dari intonasi dan ucapannya. "Prabowo harusnya tidak perlu emosional."

Lebih jauh, Ipang menyayangkan konflik Anies dan Prabowo berlanjut usai debat karena keduanya tidak bersalaman sehingga diketahui publik. Baginya, perseteruan mestinya hanya terjadi selama acara. Ia pun menyarankan Prabowo agar mencontoh pertandingan sepak bola, di mana kedua tim yang berhadapan saling bersalaman usai laga.

"Tidak saling salaman pascadebat antara Anies dan Prabowo, menurut saya, juga problem tersendiri, terlepas apakah itu aslinya Pak Prabowo dan Anies," ujarnya.

Menurutnya, langkah itu justru merugikan Prabowo. Apalagi, Ketua Umum Partai Gerindra itu tidak bisa "unjuk gigi" pada debat, termasuk memamerkan kinerjanya selama memimpin Kementerian Pertahanan (Kemhan). Padahal, temanya sesuai bidang dan latar belakangnya.

Berita Lainnya
×
tekid