sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Haji yang meninggal dominan karena penyakit jantung

Jemaah haji Indonesia didominasi oleh mereka yang risiko tinggi karena faktor usia dan penyakit.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Senin, 18 Jul 2022 11:15 WIB
Haji yang meninggal dominan karena penyakit jantung

Jemaah haji meninggal masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Hingga Minggu (17/7) tercatat 58 orang meninggal dengan penyebab kematian terbanyak penyakit jantung. Jemaah haji wafat didominasi jenis kelamin laki laki.

"Yang meninggal lebih banyak dari kelompok umur di bawah 60 tahun," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, Budi Sylvana, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Senin (18/7).

Menurut Budi, ada tiga faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan jemaah haji. Pertama, adanya ancaman suhu dan kelembaban di Arab Saudi. Sementara ancaman kedua adalah adanya aktivitas yang berlebihan.

Faktor berikutnya adanya kerentanan kesehatan jemaah haji. Jemaah haji Indonesia didominasi oleh mereka yang risiko tinggi karena faktor usia dan penyakit. Selain itu juga ada kekambuhan penyakit yang dipicu oleh kelelahan dan kondisi fisik yang menurun.

Faktor ketiga adalah kapasitas tenaga kesehatan, antisipasi, dan respons petugas kesehatan terhadap permasalahan kesehatan jemaah. "Dengan berbagai cara, angka kematian bisa kita kendalikan, walaupun jemaah lansia, walaupun jemaah punya komorbid, tapi bisa kita kendalikan," kata Budi.

Menurut Budi, kerentanan kesehatan jemaah dapat diantisipasi melalui penguatan promosi kesehatan. Berbagai upaya promosi kesehatan dilakukan tim, mulai dari kampanye #jangantungguhaus dari awal sebelum keberangkatan jemaah haji. 

Selain itu, juga seruan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri, terutama saat keluar pondokan dan beribadah. Serta adanya kampanye untuk minum obat teratur bagi jemaah haji berisiko tinggi dan memiliki komorbid.

"Untuk menjaga jemaah tetap sehat dan mencegah atau memperburuk kekambuhan," kata dia.

Sponsored

Dari sisi kapasitas tenaga kesehatan, dilakukan melalui penguatan formasi 30. Artinya, setiap 30 jemaah paling berisiko tinggi di masing masing kloter harus selalu didampingi oleh tenaga kesehatan haji (TKH) kloter. 

Selain itu juga ada screening atau pemeriksaan ulang serta kontrol rutin bagi jemaah haji risti di tiap tiap kloter.

Budi berterima kasih kepada Kementerian Agama atas kerja sama yang baik di lapangan. Ini membuat penyelenggaraan kesehatan selama operasional haji berjalan baik. Selain itu pihaknya juga meminta agar kerja sama yang baik dapat terus terjalin, sehingga angka kesakitan dan kematian jemaah dapat terus terjaga.

"Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ini sesuai dengan yang kami prediksi. Mudah-mudahan dengan kerja sama berbagai pihak angka 1 per mil bisa kita jaga," kata Budi

Selama bertahun-tahun angka kematian jemaah haji bertahan di angka 2 per mil. Tahun ini ditargetkan bisa ditekan menjadi 1 per mil. 

Pihaknya juga mengusulkan untuk rekomendasi kebijakan haji di tahun mendatang perlu adanya rekomendasi dari tenaga kesehatan haji (TKH) kloter bagi jemaah yang akan menjalankan ibadah sunnah.

"Jika dimungkinkan ke depannya untuk ritual ibadah sunnah, para KBIH membawa jemaah konsul dulu ke dokter kloter untuk mendapatkan izin. Sehingga betul betul jemaah sehat yang bisa lakukan ibadah sunnah," jelas Budi.

Berita Lainnya
×
tekid