sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kena Covid-19, Deddy Corbuzier akui masuk fase kritis antara hidup dan mati

Deddy sempat mengalami lonjakan panas tinggi di pekan kedua sejak terkena Covid-19 di minggu pertama.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Minggu, 22 Agst 2021 15:19 WIB
Kena Covid-19, Deddy Corbuzier akui masuk fase kritis antara hidup dan mati

Menghilang selama dua pekan dari aktivitasnya, presenter kondang Deddy Corbuzier ternyata menderita Covid-19 dan sempat memasuki fase kritis karena mengalami badai sitokin. Dalam channel YouTube-nya, Deddy menjelaskan bahwa dia sempat mengalami lonjakan panas tinggi di pekan kedua sejak terkena Covid-19 di minggu pertama. Padahal dia tidak mengalami gejala apapun.

"Saya antigen, semua negatif. Tanpa ada gejala, tanpa ada demam. Saya mulai podcast lagi karena saya pikir saya sudah sembuh. Tiba-tiba di minggu kedua, demam saya naik hampir 40 (derajat celsius). Lalu pagi naik lagi, sempat sampai 41 derajat," katanya dikutip Minggu (22/8).

Ketika kondisi mulai memburuk dengan suhu tubuh yang meningkat, dia lalu mengecek kesehatan via computerized tomography (CT) toraks ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, dan mendapati hasil CT-nya sebesar 30.

"Saya CT toraks ke RSPAD dan ternyata ada kerusakan 30 saya enggak tahu 30% atau apa. Saya diminta stay di rumah sakit, tapi saya punya oksigen masih 99. Dokter bilang waktu itu kalau mau stay di rumah boleh, tapi lihat dalam beberapa hari," ucapnya.

Namun, dalam dua hari keadaannya semakin memburuk dan harus dilarikan ke rumah sakit. Pada pengecekan CT toraks lanjutan ditemukan hasilnya meningkat menjadi 60 dan masuk momen badai sitokin.

"Saya ketemu dokter Gunawan, dia bilang ini memburuk, ketika dicek CT toraks sudah 60 dan keadaannya masuk ke momen badai sitokin," ucapnya.

Dengan kondisi demikian dia diharuskan dirawat. Menurut Deddy, kondisinya saat itu telah masuk fase kritis antara hidup dan mati. Semua obat yang yang dianjurkan telah dikonsumsi seluruhnya.

"Setahu saya badai Sitokin ini membuat orang meninggal, kondisinya pada saat itu panas demam, badan sakit semua, antara hidup dan mati," ujarnya.
 
Adapun, badai sitokin disebut-sebut sebagai penyebab kematian banyak orang di masa pandemi Covid-19. Badai sitokin sendiri adalah kondisi di mana virus yang ada di dalam tubuh menggandakan diri dengan cepat dan menginfeksi sel tubuh. Sel yang mengenali masuknya benda asing langsung melakukan bunuh diri dengan jumlah yang sama banyaknya ketika virus menginfeksinya, sehingga menyebabkan peradangan di organ tubuh. Hal itulah yang menyebabkan kondisi pasien memburuk.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid