sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Langkah KSAD Dudung antisipasi kelompok radikal disambut positif

Respon TNI dianggap sudah saatnya bukan hanya sebatas tanggap darurat.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Kamis, 27 Jan 2022 12:31 WIB
Langkah KSAD Dudung antisipasi kelompok radikal disambut positif

Jaringan Muslim Madani (JMM) menyambut baik langkah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman dalam mengantisipasi pergerakan kelompok-kelompok radikalisme di Tanah Air. Dudung menyampaikan arahannya terkait hal itu saat memimpin apel gelar pasukan yang diikuti 2.655 prajurit TNI AD wilayah Jabodetabek di Monas, Jakarta, Selasa (25/1).

Dudung menyebut, kelompok radikal telah memasuki beberapa elemen masyarakat, salah satunya elemen mahasiswa. Hal itu diketahui Dudung dari hasil Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan Tahun 2022 beberapa waktu lalu.

"Respon TNI sudah saatnya bukan hanya sebatas tanggap darurat. Ada kejadiannya terlebih dahulu, baru kemudian melakukan penangananya. Unsur pencegahannya belum menjadi prioritas," kata Direktur Eksekutif JMM, Syukron Jamal dalam keterangannya, Kamis (27/1).

Menurut Jamal, berdasarkan undang-undang, salah satu tugas pokok TNI menegakan kedaulatan negara dan mempertahankan NKRI berdasarkan UUD 45 NKRI dan Pancasila. Segala bentuk ideologi yang akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa sudah sepatutnya ditindak tegas tanpa kompromi oleh TNI.

"Dan salah satunya paham-paham radikalisme yang kembali massif melalui media sosial dengan menyasar anak-anak muda di sekolah-sekolah, kampus dan masyarakat umum," ujar dia.

Jamal menegaskan, kembali maraknya infiltrasi gerakan Negara Islam Indonesia (NII) di Garut, Jawa Barat, terhadap para remaja merupakan alarm bagi TNI. Kata dia, ideologi paham radikal NII belum padam di wilayah itu.

"Garut memiliki sejarah panjang sebagai basis dan embrio NII. Ditambah hasil kajian terbaru dari PCNU Garut yang menemukan sebanyak 41 dari 42 kecamatan di Garut telah terpapar ideologi radikal NII," ujar dia.

Dari hasil analisis JMM, menurut Jamal, kelompok Negara Islam Indonesia (NII) turut menyumbang signifikan dalam gerakan terorisme di Indonesia. Kelompok ini terlibat aksi-aksi terorisme kurang lebih sejak 2000 sampai dengan 2015 adalah berasal dari aktivis NII dari berbagai wilayah atau dari faksi-faksi yang tersedia di NII.

Sponsored

Sebut saja Imam Samudra dan Mukhlas, pelaku bom Bali 12 Oktober 2002, keduanya berawal dari aktivis NII. Iwan Darmawan, pelaku bom di kedutaan Australia pada 2004 yang dihukum seumur hidup juga berasal dari aktivis NII. Selanjutnya jaringan teroris kelompok Abu Umar, kelompok bom buku Pepi Fernando, Kelompok Santoso Daeng Koro, dan Pelaku Bom Kuningan Heri Gulun adalah bagian dari NII.  

Dia menambahkan, TNI merupakan institusi strategis sebagai garda terdepan dalam mempertahankan NKRI. Nasionalisme prajurit TNI akan dipertanyakan oleh masyarakat jika tidak mampu mengatasi masalah ideologi radikalisme yang secara nyata telah merusak persatuan dan kesatuan Indonesia.

"Institusi TNI selayaknya membuat kajian empiris dari dalam untuk memeriksa personel prajurit di seluruh Indonesia akan pemahaman nasionalisme sebagai tindak pencegahan TNI disusupi oleh paham radikalisme," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid