sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lima negara G20 berencana membangun pusat penelitian bersama

Inisiatif ini akan difokuskan pada peningkatan kapasitas produksi negara-negara anggota G20 berpenghasilan rendah.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Selasa, 23 Agst 2022 07:15 WIB
Lima negara G20 berencana membangun pusat penelitian bersama

Indonesia, Argentina, Brasil, India, dan Afrika Selatan berencana membangun pusat penelitian bersama manufaktur vaksin, terapi, dan diagnostik (VTD). Inisiatif ini akan difokuskan pada peningkatan kapasitas produksi negara-negara anggota G20 berpenghasilan rendah.

Kesepakatan itu muncul lantaran terjadi kesenjangan kapasitas setiap negara G20 dalam menghadapi pandemi sehingga memperlambat kesiapsiagaan dan respons terhadap Covid-19. Pangkalnya, sebagian besar vaksin berbasis mRNA dikembangkan dan diproduksi perusahaan farmasi di negara berpenghasilan tinggi.

"Untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya dan ancaman kesehatan global, setiap negara harus memiliki akses dan kapasitas untuk mengembangkan vaksin, terapi, dan diagnostik, terlepas dari status ekonomi dan geografisnya," ujar Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin.

Menurutnya, berbagi pengetahuan hingga transfer teknologi di antara negara-negara G20 penting dilakukan guna meningkatkan akses global dan kapasitas produksi. Dicontohkannya dengan kesuksesan produksi Molnupiravir antivirus Covid-19 oral di negara berpenghasilan menengah ke bawah yang diaktifkan The Medicines Patent Pool (MPP) Facility.

"Model seperti itu penting untuk memungkinkan transfer teknologi untuk kesiapsiagaan pandemi," katanya, melansir situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (23/8).

Selain pengembangan vaksin, Budi melanjutkan, akses dan kapasitas yang adil dalam mengembangkan diagnostik dan terapi juga penting dalam menghadapi pandemi pada masa depan. Tanpa keduanya, akan sulit mencegah penularan lebih lanjut, mengobati secara dini, hingga mengantisipasi kematian.

Lebih jauh, dirinya menerangkan, pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bahwa respons kesehatan global perlu dilakukan dengan memutus mata rantai penularannya. Selain itu, kesiapsiagaan pandemi yang lebih kuat di setiap negara juga sangat penting.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan serta penerapan diagnostik, terapi, dan vaksin yang aman dan efektif dilakukan dalam waktu maksimum 100 hari di tingkat global menjadi tantangan terbesar. Namun, diyakininya dapat tercapai jika semua negara memiliki kapasitas memproduksi atau akses yang sama terhadap vaksin, teraputik, dan diagnostik.

Sponsored

Pun diperlukan jaringan ilmuwan global di bidang kedaruratan kesehatan masyarakat. Tujuannya, mempercepat pengendalian dan pengumpulkan patogen yang muncul dan menyebar secara eksponensial.

Berita Lainnya
×
tekid