sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Peneliti LIPI: Kita pasti berhadapan dengan ancaman tsunami

Frekuensi kejadian tsunami bisa terjadi 1 sampai 3 tahun sekali.

Zulfikar Hardiansyah
Zulfikar Hardiansyah Senin, 20 Sep 2021 12:43 WIB
Peneliti LIPI: Kita pasti berhadapan dengan ancaman tsunami

Eko Yulianto, peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengingatkan masyarakat harus waspada terhadap potensi bencana gempa megathrust dan tsunami.

"Dimanapun di Indonesia kita pasti berhadapan dengan ancaman megathrust dan tsunami," papar Eko dalam siaran pers, Senin (20/9).

Hal ini, jelasnya, berdasarkan pengalaman bencana alam yang pernah terjadi secara beruntun, seperti tsunami Aceh, gempa Padang, gempa Nias, dan sebagainya.

Lebih lanjut, Eko menjelaskan jika gempa bisa terjadi di seluruh jalur megathrust, dan waktu pengulangannya bisa berbeda di tiap wilayah.

"Di Indonesia ada jalur megathrust yang belum pernah terjadi gempa dan tidak diketahui kapan akan terjadi namun pasti terjadi," jelasnya.

Dalam kesempatan yang lain, Eko mengatakan jika pengulangan gempa dan tsunami di Aceh bisa terjadi dalam 525 tahun sekali, menurut perhitungan dari seorang ahli asal Amerika Serikat, Robert MacCaffrey.

Kemudian, untuk jalur megathrust yang berada di sepanjang Selatan Jawa sampai Nusa Tenggara Barat (NTB), pengulangannya terjadi sekitar 675 tahun sekali.

"Demikian juga jalur megathrust yang lain yang ada di Indonesia yang berpotensi gempa besar atau bahkan gempa raksasa," jelasnya.

Sponsored

Lebih lanjut Eko melanjutkan, gempa megathrust bisa terjadi karena pergeseran lempeng benua yang masuk menyusup di bawah lempeng samudra. Pergeseran ini yang kemudian menyebabkan gempa, gunung meletus, tsunami dan longsor.

Frekuensi kejadian gempa di Indonesia, sambungnya, bisa terjadi setiap 5 hingga 6 bulan sekali. Sedangkan tsunami, bisa terjadi 1 sampai 3 tahun sekali.

"Wilayah Indonesia memang dibentuk oleh mekanisme yang memicu gempa," pungkas Eko.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sejumlah wilayah di Tanah Air yang berpotensi mengalami tsunami nontektonik. Di antaranya Selat Sunda, Kota Palu Sulawesi Tengah, Pulau Seram Maluku Tengah, juga beberapa titik di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur, termasuk Pulau Lembata Nusa Tenggara Timur.

Pasalnya, wilayah itu banyak memiliki gunung api laut, palung laut atau patahan darat yang melempar sampai ke laut, sehingga berpotensi mengakibatkan tsunami nontektonik atau atypical, dengan waktu datang gelombang tsunaminya 2 sampai dengan3 menit (tsunami cepat), mendahului berbunyinya sirine peringatan dini.

"Terbaru, adalah saat terjadinya gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah, 16 Juni lalu yang juga mengakibatkan longsor lereng pantai sehingga berdampak tsunami dengan kenaikan muka air laut sekitar 50 cm," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid