sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Membumikan protokol kesehatan lewat bahasa daerah

"Tadinya, kami berpikir mungkin hanya 30 bahasa saja. Namun, hasilnya ada 75 bahasa daerah yang kita miliki sekarang," kata Aminudin.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Rabu, 18 Nov 2020 14:49 WIB
Membumikan protokol kesehatan lewat bahasa daerah

Satgas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerjemahkan buku Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19 ke dalam beberapa bahasa daerah. Metode ini dilakukan agar penerapan protokol kesehatan dan perubahan perilaku selama pandemi, bisa dipahami dengan baik.

"Masyarakat itu bukannya patuh terhadap protokol kesehatan, tetapi komunikasi kita dengan bahasa yang tidak mereka mengerti, menyebabkan menjadi tidak efektif," kata Ketua bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi dalam dialog daring bertajuk "Pesan Perubahan Perilaku dalam Bahasa Ibu", Rabu (18/11).

"Itu sebabnya, kita menyampaikan dari berbagai bahasa."

Menurut Sonny, selama ini informasi tentang Covid-19 lebih banyak dipahami oleh masyarakat yang ada di perkotaan dan pendidikannya tinggi. Selain itu, terdapat banyak istilah asing yang tidak dimengerti warga di daerah.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Aminudin Aziz mengatakan, buku itu disebarkan ke kantor balai bahasa di 30 provinsi di Indonesia. Prosesnya, seperti tahap penyuntingan, penerjemahan, dan uji keterbacaan memakan waktu kurang dari tiga minggu.

"Tadinya, kami berpikir mungkin hanya 30 bahasa saja. Namun, hasilnya ada 75 bahasa daerah yang kita miliki sekarang," kata Aminudin.

Sebelumnya, pihaknya memetakan ada sebanyak 718 bahasa daerah di Indonesia. Masih ada data dari 62 daerah pengamatan, yang sedang dianalisa tim badan bahasa.

Aminudin mengungkapkan, kendala yang dihadapi adalah banyak jenis bahasa dengan dialek yang berbeda-beda. "Di antara sesama dialek saja ditemukan istilah yang berbeda-beda," ujarnya.

Sponsored

Solusinya, pihaknya mempertimbangkan untuk mencari komunitas atau menentukan datanya, komunitas mana yang paling banyak penuturnya. Kemudian, bagaimana mobilitas orang terkait masyarakatnya.

"Dari 75 bahasa daerah yang kita miliki ini, merepresentasikan para penutur bahasa dengan dialek yang cukup besar," kata dia.

Berita Lainnya
×
tekid