sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Panitia diskusi pemecatan presiden di UGM: Keluarga saya akan dibunuh

Panitia diskusi pemberhentian presiden di UGM blak-blakan soal ancaman teror.

Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Minggu, 31 Mei 2020 15:52 WIB
Panitia diskusi pemecatan presiden di UGM: Keluarga saya akan dibunuh

Acara diskusi di Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk 'Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan' batal digelar akibat diteror oknum yang mencatut salah satu ormas terbesar di Indonesia. Rencananya, diskusi itu digelar pada 29 Mei 2020.

Muhammad Anugrah Perdana, salah seorang panitia diskusi yang merupakan mahasiswa UGM mengaku dirinya dan keluarganya mendapat ancaman teror pembunuhan.

Hal itu terjadi sehari sebelum acara diskusi tersebut digelar. "Orang tua saya mulai diancam, saya mulai dapat ancaman pembunuhan dari pesan WhatsApp yang mengaku dari salah satu ormas di Indonesia, yang menyatakan bahwa kalau misal ayah saya tidak mendidik saya dengan baik, maka keluarga saya akan dibunuh," kata Anugrah dalam diskusi virtual bertajuk 'Mengapa Diskusi dan Tulisan Diteror?', di Jakarta, Minggu (31/5).

Usai mendapat ancaman tersebut, sambung Anugrah, dia bersama dengan keluarganya sempat ketakutan untuk ke luar rumah dan sengaja mengunci diri dalam kamar. 

"Reaksi keluarga langsung panik, kacau sekali, orang tua langsung gak tau harus ngapain. Bahwa saya disuruh tutup pintu, mengunci kamar, dan orang tua kira itu intel. Jadi itu ayah saya itu kunci pintu, dan kondisikan bahwa dirumah harus hening," bebernya. 

Teror dan ancaman tersebut, ungkap dia, tak hanya dilakukan melalui pesan WhatsApp, melainkan juga diikuti orang yang tidak dikenal, diajak bertemu, sampai ada tiga pengemudi ojek online yang datang mengantarkan pesanan ke rumahnya. Padahal dia mengaku tak memesan apapun. 

"Kejadian aneh terjadi, saya mulai diikuti oleh seseorang yang misterius, saya juga diajak ketemuan di tempat, kok seperti ini dan mulai aneh-aneh," ujarnya. 

"Mulai ada kejadian janggal, nomor saya diretas untuk menghubungi gojek, semacam, ada tiga ojek online yang nganter makanan, dan Go Car. Padahal saya tidak merasa pesan, nomor saya sudah diganti dengan nomor baru, tapi ini bilangnya pesanan saya," lanjutnya. 

Sponsored

Mengalami hal aneh itu, Anugrah mengaku langsung menghubungi rekannya untuk meminta bantuan. "Teman-teman mulai membantu dan ada juga yang menawarkan bantuan terhadap saya," ungkapnya. 

Anugrah menyampaikan, diskusi tersebut sama sekali tidak memiliki tujuan untuk melakukan perbuatan makar seperti yang dituduhkan oleh sejumlah orang. Melainkan, hanya membahas dan mengkajinya secara akademis. 

"Saya tak menyangka akan viral, sempat ada berita ini gerakan makar, saya bilang ke presidennya, ini kok kita dituduh makar," tuturnya. 

Sebaliknya, jelas dia, acara tersebut justru ingin memberikan pencerahan terhadap banyak orang bahwa pada dasarnya tidak mudah untuk melakukan pemakzulan dengan hanya alasan bahwa pemerintah tidak cakap tangani Covid-19. 

"Maka kami memutuskan untuk buat diskusi, terkait apa sih itu impeachment presiden di tinjau dari ketatanegaraan dan konstitusi," katanya.

"Arah diskusi kami arahkan ini untuk jelaskan apa itu impeachment presiden dilihat dari sejarah dan ketatanegaraannya, dan impeachment dalam konstitusi itu seperti apa, hanya sebatas itu aja," imbuhnya. 

Acara yang diskusi dan silaturahmi bareng negarawan (Dilawan) itu, kata dia, sekaligus sebagai momentum halal bi halal pasca-Idulfitri kemarin. 
 
"Makannya itu semacam untuk diskusi dan silaturahmi, ini dilaksanakan setelah Idulfitri sekaligus semacam halal bi halal, sowan ke negarawan," pungkasnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid