sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

"Saya ditegur Tuhan dan diingatkan untuk kembali ke jalan-Nya"

Sisil dinyatakan positif Covid-19 pada 12 Oktober 2020 dan dirujuk ke Wisma Atlet.

Lismei Yodeliva
Lismei Yodeliva Selasa, 10 Nov 2020 20:02 WIB

"Kacau, hilang semangat, kebebasan gue terenggut, dan merasa terpenjara," tutur Sisil membuka percakapan dengan Alinea.id, belum lama ini.

2020 merupakan salah satu tahun terberat yang dirasakan sepanjang hidupnya. Baru 25 Oktober 2020 lalu dia pulang ke kosnya, di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, setelah hampir dua pekan dirawat di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

Sisil yang bekerja sebagai customer relation salah satu rumah sakit swasta mentereng di Indonesia itu dikonfirmasi positif pada 12 Oktober. Awalnya, dia merasa indra penciumannya tak berfungsi normal. Setelah dinyatakan positif, dia langsung dirujuk ke Wisma Atlet. 

"Pertama kali dinyatakan positif Covid-19 rasanya down banget dan takut, apalagi saya ini anak rantau yang jauh dari keluarga, terutama orang tua," ujar perempuan 27 tahun itu. Sisil hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib sejak Oktober 2017 lalu. Sementara orang tuanya tinggal di Riau. 

Sisil mengaku tak berani bilang ke keluarga di kampung kalau virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu telah menjangkiti tubuhnya. Jauh dari keluarga, dia merasa tertekan. Ditambah harus dikarantina bersama pasien terkonfirmasi positif Covid-19 lainnya di Wisma Atlet. 

Sisil tinggal dalam sebuah ruangan bersama seorang pasien lainnya, masing-masing menempati satu kamar yang berbeda. Penggabungan pasien, perempuan berambut ikal itu bilang, berdasarkan gejala penyakit dan jenis kelamin yang sama. 

Di dalam kamar disediakan kasur lengkap dengan bantal dan selimut, pendingin ruangan alias air conditioner (AC), serta lemari pakaian. 

Ilustrasi stres. Foto Pixabay.

Sponsored

Selain dua kamar, ruangan itu juga memiliki fasilitas yang cukup komplet, yaitu satu kamar mandi, wastafel, toilet duduk, dan shower air yang dapat diatur suhunya. Selain itu juga ada satu ruang tamu, terdiri dari sofa, meja tamu, serta bebas mengakses wifi. Gedung eks keperluan Asian Games 2018 itu juga menyediakan satu ruangan untuk menjemur pakaian dan handuk.

"Tapi makanan nasi kotak yang diberikan kurang fresh. Misalnya ikan tepung yang sudah mulai bau karena telah lama dimasak, daging sapi tidak ada rasanya sama sekali, dan bakso tepung yang teksturnya basah," kata Sisil. 

Tak lama setelah dirawat, rasa bosan mulai menghinggapi Sisil. Pasien memang diperbolehkan keluar ruangan, namun ruang gerak tak leluasa. Hiburan pun terbatas. Perempuan berkulit putih itu hanya bisa menghibur diri dengan sesekali duduk santai di lintasan joging alias jogging track, berjemur, atau olahraga di atap tower Wisma Atlet.   

"Setelah pukul 20.00 WIB, perawat akan patroli sekaligus mengimbau setiap pasien untuk masuk ke ruangan masing-masing agar beristirahat dan tidak boleh keluyuran lagi, terutama di area jogging track dan rooftop untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Sisil.

Maklum, karantina bisa memicu stres. Tak ada yang menjenguk, apalagi tempat curhat. Kehidupan terasa monoton dan hanya bisa bergantung pada obat-obatan yang wajib dikonsumsi setiap hari. 

Untunglah, Sisil hanya dirawat selama 13 hari di Wisma Atlet. Satu hari sebelum pulang dari Wisma Atlet, dia baru bilang ke orang tuanya kalau terkonfirmasi positif. 

"Orang tua menangis mendengar kabar saya, naluri seorang ibu ketika mengetahui anaknya sakit akan sedih. Gue anak rantau, semuanya harus mandiri, enggak mau merepotkan keluarga," ujar Sisil. 

Meski telah sembuh, Sisil tak kunjung dapat bertemu keluarganya. Coronavirus menyebabkan orang tuanya tidak berani bertemu dan datang ke Jakarta. Demikian juga dengan Sisil yang membatalkan niatnya untuk pulang kampung. "Saya memilih untuk menghindari penyebaran virus ke keluarga," ujarnya.

Gagal naik jabatan

Virus yang telah menulari hampir seluruh belahan dunia itu juga berimbas terhadap kariernya. Promosi jabatan yang telah dijanjikan oleh rumah sakit tempatnya bekerja, terpaksa ditunda. 

"Perusahaan mengalami masalah keuangan karena bukan merupakan rumah sakit rujukan Covid. Akibatnya, tidak ada penerimaan karyawan baru sehingga promosi ditunda," kata perempuan berbadan gempal itu.  

Covid mengubah banyak hal dalam hidup Sisil. Dia mulai menjaga kesehatan, rajin berolahraga, dan memperbanyak istirahat.

Tak hanya itu, Sisil menjadi rajin beribadah. Perempuan bertubuh pendek ini tak pernah absen berdoa kepada Tuhan dan rutin mengikuti renungan teduh secara online.

"Sepertinya saya sedang ditegur Tuhan dan diingatkan untuk kembali ke jalan-Nya. Memang saya akui keimanan saya agak berkurang selama pandemi ini, karena ya itu tadi hilang semangat," tutur Sisil.

Ilustrasi berdoa. Foto Pixabay.

Mendekatkan diri kepada Tuhan juga menjadi salah satu jurusnya agar tetap waras selama pandemi. Selain itu, dia juga mengisi waktu dengan mendengarkan musik, menonton drama Korea, serta mengonsumsi makanan manis untuk meningkatkan suasana hati.  

Psikiatri dr. Tara Aseana, Sp.K.J.(K) mengatakan menjaga kesehatan jiwa sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi seperti saat ini. Selain menyerang fisik, Covid juga menyerang kesehatan mental seseorang.

Menurut Tara, kesehatan mental seseorang bisa dipengaruhi dari pemberitaan tentang Covid-19 yang sangat cepat menyebar namun belum ada obatnya. Selain itu juga disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan ia jauh dari keluarga maupun orang sekitarnya dalam waktu yang lama akibat pandemi Covid-19.

"Situasi jauh dari dukungan sosial yang selama ini diterimanya bisa menjadi salah satu stresor bagi seseorang yang bisa mengakibatkan stres," ujar Tara dalam keterangan resminya, Rabu (12/8).  

Stres merupakan reaksi tubuh menyesuaikan diri baik secara fisik maupun psikis untuk beradaptasi dengan lingkungan. Stres bisa menguntungkan yang disebut eustress atau merugikan yang disebut distress. Tara menuturkan, eustress berarti stres yang membantu seseorang meningkatkan kinerja kerjanya dan distress membuat kinerja seseorang menjadi menurun.

"Stres perlu dikelola supaya tidak menjadi distress yang bisa memengaruhi kinerja seseorang bahkan bisa menurunkan daya tahan tubuh seseorang. Pengelolaan stres bisa dengan mengelola kognitif, menulis jurnal, mengatur waktu, dan tekhnik relaksasi," ujar Tara.

Saat seseorang menerima stresor, otak menerima sinyal tersebut dan melepaskan hormon adrenalin dan noradrenalin. Sinyal tersebut diterima sistem saraf otonom yang mengatur sistem pernapasan, jantung, dan tekanan darah. Hal itulah yang bisa menjelaskan saat seseorang stres, napasnya akan bertambah cepat, detak jantung meningkat, tekanan darah meningkat, dan otot semakin tegang. Kecuali fisik, stres juga bisa memengaruhi mental seseorang yang berhubungan dengan hypothalamic-pituaitary-adrenal axis (HPA axis) yang bisa meningkatkan HPA stress hormone sehingga menghasilkan gejala kecemasan dan depresi.

Tara menuturkan jauh dari keluarga bisa menjadi salah satu stresor bagi seseorang karena adanya perubahan kehidupan yang tiba-tiba muncul sehingga ia mengkhawatirkan kondisi keluarga yang ditinggalkan selama pagabluk. Pada saat seseorang berada di situasi jauh dari keluarga, sinyal di otak mengeluarkan hormon adrenalin dan noradrenalin sehingga menghasilkan kecemasan. Nah, stres yang dihasilkan harus dikelola untuk mengurangi kecemasan.

Menurut Tara, mengetahui penyebab stres merupakan hal penting untuk mengatasi stres. Mengelola stres dengan baik bisa dengan relaksasi, menjalankan hobi, atau melakukan kegiatan yang bermanfaat dengan orang terdekat.

"Dengan melakukan aktivitas tersebut, maka akan menghasilkan dopamine dan endorphin yang bisa meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia sehingga bisa membuat otot semakin relaks, membantu tidur, dan meningkatkan motivasi pada diri

Berita Lainnya
×
tekid