sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Piala Asia U-23: Tanpa beban, Garuda Muda punya kans

Footystats memperkirakan pola dinamis pemain di lapangan selama pertandingan.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Kamis, 25 Apr 2024 19:11 WIB
Piala Asia U-23: Tanpa beban, Garuda Muda punya kans

Jika tim nasional Indonesia U-23 bermain tanpa beban dan merasa tidak takut kalah sebelum pertandingan, harapan besar Garuda Muda bisa menahan Korea Selatan U-23. Kedua kesebelasan akan bertemu di perempat final Piala Asia U-23 Qatar 2024, Jumat (26/4) dini hari WIB, di Abdullah Bin Khalifa Stadium, Doha.

Sebaliknya kekalahan akan terjadi bila Rizky Ridho dkk menanggung beban berat dan merasa takut tidak menang sebelum peluit berbunyi. Kalau begitu, Taegeuk Warriors pasti mudah meremukkan Indonesia U-23. Efeknya niscaya lebih buruk dari telur busuk yang dilemparkan ke muka Shin Tae-yong (STY), enam tahun silam.

Menurut Footystats, Korea U-23 mendulang poin per laga +67% lebih baik ketimbang Indonesia U-23. Cetakan gol Taegeuk Warriors +55% juga lebih besar daripada Garuda Muda dengan mereka mencetak 3,1 gol per pertandingan dibandingkan Indonesia yang mengemas 2 gol per pertandingan. Statistik kebobolan lebih tajam lagi, di mana Korea U-23 mencatat angka +133% lebih baik dalam hal ini.

Kekurangan mencolok Garuda Muda terdapat di rusuk kanan pertahanan. Di mana koordinasi dua lapis pemain yang mengawal teritorial itu menjadi titik lemah paling mengkhawatirkan.

Dari tiga laga di fase grup, STY telah mencoba empat pilar mengisi posisi tersebut. Ketika versus Qatar, Rio Fahmi dan Muhammad Ferarri bermain penuh tanpa tergantikan. Terlepas dari serangan Qatar kurang mengeksploitasi ruang di rusuk kanan pertahanan Indonesia U-23, keduanya tampil cukup solid.

Saat menghadapi Australia, STY memasang Muhammad Ferarri dan Fajar Fathur Rahman (dengan Fajar berada lebih ke depan, berfungsi sebagai gelandang kanan). Hasilnya, enam upaya berbahaya Australia nyaris berbuah gol melalui serbuan gencar dari sayap kiri mereka.

Pertama, kebocoran segera terjadi di menit ke-23, striker Australia Mohamed Toure lepas dari penjagaan dan menemukan ruang kosong untuk menembak ke gawang. Tembakannya menyenggol tangan Komang Teguh, akibatnya fatal: Penalti.  

Kedua, pada tiga menit kemudian, dari skema sepak pojok, Australia hampir mencetak skor. Tatkala pemain bertahan di rusuk kanan pertahanan Indonesia gagal mengantisipasi lawan di tiang jauh. Beruntung tendangan pemain Australia masih dapat ditepis penjaga gawang Ernando Ari.

Ketiga, menit ke-31, Toure kembali lolos memanfaatkan celah di rusuk kanan yang sama. Namun, sepakannya mampu ditapis oleh kaki kiri belakang kapten Rizky Ridho. Australia pun gagal mendapat rezeki nomplok.

Keempat, di menit ke-52, kombinasi pendek Australia di right-flank juga sangat membahayakan pertahanan Indonesia. Di mana lapisan Ferarri dan Fajar buyar begitu mudah.

Kelima, pada menit ke-74 alur serangan serupa lagi-lagi berhasil menusuk bahkan sampai dekat garis belakang. Fajar kemudian digantikan oleh Rio Fahmi (77'). Bahaya terakhir, menit ke-87, kembali lagi Australia mencecar dengan cara yang sama sehingga menciptakan kemelut di mulut gawang.

Laga terakhir melawan Yordania, STY tetap menduetkan Ferarri dan Fajar. Menit ke-9 mereka langsung jadi sasaran serangan. Umpan silang lawan dari lingkaran tengah lapangan ke sudut kotak penalti hanya berhasil diamankan oleh kiper Ernando yang maju meninggalkan gawangnya.

Ferarri dan Fajar ditukar STY dengan Komang dan Rio (71'). Tapi rusuk kanan pertahanan Indonesia U-23 bukannya membaik. Gol Yordania justru muncul di menit 79. Kedua pemain pengganti hanya terpaku membuat low-block defensif. Komang yang tampak out-of-position seperti hilang akal untuk berbuat sesuatu. Posisinya malah mengganggu pandangan Ridho dan Ernando.

Gelandang bertahan Ivar Jenner mencoba menghalangi pergerakan bola, diiringi manuver Nathan Tjoe-A-On membaca situasi berbahaya. Namun, upaya bertahan kedua pemain ini sia-sia saja. Terlalu banyak tumpukan pemain bertahan, sehingga tembakan keras memasuki jalur jalan buntu, lalu membentur Justin Hubner, tak pelak berbelok masuk ke gawang.

Di atas lapangan, kans Indonesia U-23 mempertahankan skor imbang hingga akhir waktu normal kontra Korsel U-23 dipersulit kelemahan sektor rusuk kanan pertahanan. Di atas kertas, lapisan area ini harus diperketat, tidak boleh tidak, atau selamat tinggal mimpi Olimpiade.

Sementara kelebihan mencolok Taegeuk Warriors terdapat di sayap kiri depan. Di mana koordinasi dua lapis penyerang yang menyerbu teritorial itu sebagai senjata ganda menjadi otot paling kuat mereka.

Laga ini naga-naganya berlangsung sederhana belaka. Sayap kiri Korea U-23 adu kekuatan dengan rusuk kanan pertahanan Indonesia U-23. Di sinilah kedua tim memiliki titik temu paling panas yang akan sangat kental mewarnai pertarungan.

Footystats memperkirakan pola dinamis pemain di lapangan selama pertandingan. Terlihat barisan 7 kesatria Taegeuk di sentral akan melumat habis 2 paruh Garuda.

Korea Selatan U-23 (1-7-2)
Kiper: Jong-Bum Baek. Bek: Tae-Seok Lee. Gelandang: Hyun-Taek Cho, Si-Hoo Hong, Jae-Won Lee, Si-Young Jang, Kang-Hee Lee, Kang-min Choi, Dong-Jin Kim, Penyerang: Sang-Bin Jeong, Yun-Sang Hong.

Indonesia U-23 (5-2-3)
Kiper: Ernando Ari Sutaryadi. Bek: Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, Rizky Ridho Ramadhani, Pratama Arhan, Muhammad Ferarri. Gelandang: Witan Sulaeman, Ivar Jenner. Penyerang: Muhammad Fajar Fathur Rahman, Marselino Ferdinan, Rafael Struick.

Berita Lainnya
×
tekid