PDI-P sasar kantong pemilih Gerindra
PDI-P bakal berupaya meningkatkan elektabilitas di kalangan pemilih terpelajar yang saat ini masih didominasi Gerindra.
Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) bakal berupaya meningkatkan elektabilitas di kalangan pemilih terpelajar. Sesuai dengan hasil survei LSI Denny JA, kantong pemilih terpelajar saat ini masih dikuasai Gerindra.
"Kami akan kejar apa yang menjadi kekurangan dan akan meningkatkan kembali elektabilitas dari caleg muda dan generasi milenial untuk mengejar elektabilitas dari kalangan terpelajar yang belum maksimal," ujar Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI-P Eriko Sotarduga di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (21/2).
Dari enam kategori kantong pemilih, menurut survei yang digelar LSI Denny JA pada Januari, PDI-P mendominasi di kantong pemilih Muslim, minoritas, milenial, wong cilik dan emak-emak. PDI-P hanya kalah dari Gerindra pada segmen kalangan pemilih terpelajar.
Di kantong pemilih terpelajar, menurut LSI Denny JA, Gerindra paling unggul dengan perolehan suara 23,9%. PDI-P membuntuti di posisi runner up dengan elektabilitas 15,9%.
Meskipun menang di lima kantong suara, elektabilitas PDI-P turun. Pada survei serupa yang digelar Desember 2018, elektabilitas PDI-P sebesar 27,7% sedangkan pada Januari elektabilitasnya 23,7%. Di sisi lain, elektabilitas Gerindra justru naik dari sebesar 12,9% pada Desember 2018 menjadi 14,6% pada Januari 2019.
Menanggapi turunnya elektabilitas PDI-P, Eriko mengatakan akan ada evaluasi internal dari partai. "Sebenarnya wajar saja dalam pemilu ada fluktuasi karena terkadang evaluasi terlalu tinggi membuat kami jadi lemah dan ini menjadi catatan kami untuk meningkatkan pemilih Muslim," kata Eriko.
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menyebut dukungan dari kalangan terpelajar kepada Gerindra sebagai sesuatu yang wajar. "Kalau intelektual memang orang pintar bisa membedakan mana bohong, mana tidak," ujarnya.
Namun demikian, ia meminta agar publik tidak terlalu percaya terhadap hasil survei. Pasalnya, hasil survei tidak selalu akurat dan cenderung mengakomodasi kepentingan pemesan jasa lembaga survei.
"Kalau yang bayar si A tentu akan bergantung pada kepentingan si A. Faktanya banyak lembaga survei salah. Saat Anies Baswedan- Sandiaga Uno melawan Basuki Tjahja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat di Pilgub DKI Jakarta, lembaga survei memenangkan Ahok," kata dia.
Terkait dengan posisi Gerindra sebagai partai terbesar kedua dari segi elektabilitas, Riza mengatakan, hal itu sudah diketahui sejak 2015. "Jadi, Partai Gerindra sudah naik satu tingkat mengalahkan Golkar dan itu berdasarkan hasil survei pada 2015 oleh Poltracking Indonesia yang dipimpin oleh Hanta Yudha," ucapnya.