Menakar eksistensi jubir dan jurkam muda di Pilpres 2024
Kehadiran juru bicara dan juru kampanye dari kalangan kaum muda seolah jadi keharusan di pentas Pilpres 2024. Masing-masing kubu menurunkan sosok-sosok muda di garda terdepan kampanye politik. Selain dari kalangan politikus dan pengusaha, putra-putri para kandidat juga ikut didapuk jadi jubir.
Awal November lalu, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, misalnya, membentuk Tim Pemenangan Muda Ganjar-Mahfud. Tim itu diketuai Dharmaji Suradika atau Aji, seorang pengusaha yang juga pernah jadi aktivis. Duduk di jajaran jubir, ada politikus muda PDI-P Seno Baskoro, alumni Univesitas Indonesia (UI) Gita Permata, dan Ketua DPP Perindo Michael Sianipar.
Juru bicara TPN Ganjar-Mahfud Aris Setiawan Yodi mengatakan jubir-jubir muda dihadirkan untuk menjaring simpati kaum milenial dan gen Z. Selain para jubir, pengusaha muda yang juga politikus PPP Sandiaga Uno serta aktivis Yenny Wahid juga akan dikerahkan demi merebut suara milenial dan gen Z.
"Kami punya Pak Sandiaga Uno serta Yenny Wahid dan juga Mas Alam. Tapi, Mas Alam tidak kami komando. Memang kami beri kebebasan untuk menyerap aspirasi pemilih muda," ujar Aris kepada Alinea.id, Kamis (7/12).
Alam yang dimaksud Aris ialah Muhammad Zinedine Alam Ganjar, putra semata wayang Ganjar Pranowo. Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Alam rutin tampil di siniar podcast dan Youtube untuk mempromosikan program-program sang ayah.
Adapun di kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Tim Kampanye Nasional (TKN) Fanta (Pemilih Muda). Tim itu diketuai Arief Rosyid Hasan, eks aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang juga pernah jadi komisaris BSI.
Pada jajaran kursi jubir, ada nama politikus muda Syariah Abdul Azzam Latif, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi, eks Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti Fauzan Raisal Misri, dan sosok-sosok muda lainnya.
Serupa, kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar juga merekrut sosok-sosok pemuda untuk jadi jubir. Di antara lainnya, ada nama aktivis Youth Power Indonesia Usamah Abdul Aziz dan Ais Shafiyah yang juga akrab disapa Ning Ais. Baru berusia 21 tahun, Ais ialah pemegang gelar master dari Cardiff University.
Belakangan, Mutiara Annisa Baswedan, putri pertama Anies juga terekam ikut dalam beragam kegiatan kampanye untuk pasangan AMIN. Dalam waktu dekat, Mutiara dan Alam rencananya bakal dipertemukan dalam sebuah forum adu gagasan.
Analis politik dari Citra Institute, Yusak Farchan menyebut masing-masing kubu punya komposisi jubir muda yang mumpuni. Namun, sejauh ini, Yusak memandang tim muda Prabowo-Gibran dan jajaran jubirnya tergolong lebih unggul dalam mengemas isu yang "mengena" di kalangan milenial dan gen Z.
Selain karena kreativitasnya membuat konten, kehadiran Gibran sebagai pendamping Prabowo juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih mula. Saat ini, Gibran baru berusia 36 tahun dan dianggap lebih memahami persoalan-persoalan kaum muda ketimbang Mahfud MD atau Muhaimin.
"Gibran yang mewakili karakter gen Z dan milenial jika dibanding dengan dua cawapres lainnya. Jadi, wajar penerimaan milenial dan gen Z terhadap Prabowo-Gibran lebih tinggi," ucap Yusak kepada Alinea.id, belum lama ini.
Menurut Yusak, pemilih milenial dan generasi Z memiliki tiga ciri utama. Pertama, mereka rata-rata kreatif. Kedua, punya kepercayaan diri yang tinggi. Ketiga, terkoneksi secara digital dengan dunia di sekitarnya alias hobi bermedsos.
Di ranah digital, tim Prabowo-Gibran cukup berhasil memainkan joget gemoy menjadi sebuah gimmick politik dan menyebarluaskan jargon politik riang gembira di Pilpres 2024. "Yang terlalu serius ini juga terkadang membosankan," imbuh Yusak.
Meski begitu, Yusak menilai pertarungan untuk merebut suara milenial dan gen Z belum usai. Di kubu Ganjar-Mahfud dan AMIN, masih ada figur-figur yang bisa mencuri simpati kaum muda. Ia mencontohkan nama Yenny Wahid yang berjejaring dengan kaum Gusdurian dan Sandiaga yang punya popularitas tinggi di kalangan milenial.
"Di kubu Anies-Muhaimin, kalau bicara tim, mereka adalah orang- orang hebat dan intelektual muda. Problemnya, mampu tidak mereka menerjemahkan dengan baik kampanye itu ke gen Z? Sekarang ini, di ruang virtual, saya kira, Pak Anies juga diterima dengan baik. Tinggal persoalan kemasan dan memperluas skalanya," ucap Yusak.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Djati sepakat masing-masing kubu punya jurkam dan jubir muda yang mumpuni. Supaya efektif, Wasisto menyarankan agar jubir-jubir diturunkan pada segmen pemilih yang sesuai dengan kepakaran masing-masing jubir.
"Secara umum, komposisi jurkam muda tentu berupaya disesuaikan dengan segmen-segmen pemilih. Secara lebih spesifik, pemilih muda seperti apa yang tiap paslon itu mau sasar," kata Wasisto kepada Alinea.id.
Tak hanya kampanye "hura-hura", Wasisto berharap jubir-jubir muda turun dengan membawa program-program konkret dari masing-masing pasangan yang mereka dukung. Persoalan sehari-hari pemilih milenial dan gen Z harus jadi perhatian utama saat kampanye.
"Kualitas kampanye, bagi milenial dan gen Z, itu penting. Tentu yang menjadi fokus adalah visi dan misi paslon serta langkah-langkah konkret apa yang mau dilaksanakan jika (paslon) terpilih nantinya," ucap Wasisto.


