sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bangun citra antiasing, kenapa Prabowo tiru slogan Donald Trump?

"Selama ini retorika pak Prabowo itu selalu antiasing. Tetapi, justru mendadak menyontek slogan Amerika."

Robi Ardianto
Robi Ardianto Jumat, 12 Okt 2018 16:31 WIB
Bangun citra antiasing, kenapa Prabowo tiru slogan Donald Trump?

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mempertanyakan alasan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, meniru slogan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Padahal, Prabowo kerap kali membangun citra sebagai sosok yang antiasing.

Slogan yang dimaksud adalah 'Make America Great Again", diganti dengan "Make Indonesia Great Again", yang disampaikan Prabowo dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pada Kamis (11/10).

"Selama ini retorika pak Prabowo itu selalu antiasing. Tetapi, justru mendadak menyontek slogan Amerika. Apalagi, yang dicontek adalah Donald Trump pula," kata Sekjen PSI, Raja Juli Antoni, kepada wartawan, Jumat (12/10).

Antoni mengatakan, Donald Trump selama ini memicu kontroversi dan masalah dengan kebijakannya terkait rasisme, imigrasi, dan antimuslim. Maka itu, dia mengatakan Prabowo tidak memahami konteks yang dia nyatakan. 

Menurut Antoni, slogan 'Make America Great Again" yang digunakan Trump pada Pilpres AS 2016 lalu, sangat kental dengan nuansa rasisme di Amerika Serikat. 

"Itu supremasi kulit putih sebenarnya. Jadi, ingin membuat tembok di Mexico, supaya imigran tidak datang. Begitu juga dengan imigran muslim," katanya. 

Wakil sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) itu pun menuding ucapan Prabowo tersebut memiliki dua kemungkinan. Pertama, Prabowo memiliki pemikiran rasis seperti Donald Trump, atau kedua, Prabowo tidak memahami makna slogan tersebut. 

"Apa pak prabowo ingin ada supremasi kulit di sini? suku apa? agama apa? Apa itu tujuannya?," tanya Antoni.

Sponsored

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, juga mengkritisi pernyataan Prabowo dalam acara LDII itu, terkait kondisi ekonomi saat ini. Menurut Prabowo, sistem perekonomian saat ini merupakan ekonomi kebodohan.

"Ini menurut saya bukan ekonomi neolib lagi, ini lebih parah dari neolib. Ini menurut saya ekonomi kebodohan. The economics of stupidity. Ini yang terjadi," kata Prabowo.

Menurut Hasto, pernyataan Prabowo tersebut ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Bagi Hasto, Prabowo berpura-pura lupa dengan sejarah saat menyampaikan pernyataan tersebut.

"Beliau pura-pura lupa dengan sejarah, lalu menimpakan hal tersebut sebagai kesalahan Presiden Jokowi. Padahal, dari aspek elementer saja, Pak Prabowo tidak bisa membedakan antara penganiayaan dan operasi atau mark-up wajah," kata Hasto.

Berita Lainnya
×
tekid