close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Cawapres Gibran Rakabuming Raka (kiri) bersama capres Prabowo Subianto (kanan) saat menghadiri HUT ke-13 Mata Najwa di Jakarta, November 2023. /Foto Instagram @prabowo
icon caption
Cawapres Gibran Rakabuming Raka (kiri) bersama capres Prabowo Subianto (kanan) saat menghadiri HUT ke-13 Mata Najwa di Jakarta, November 2023. /Foto Instagram @prabowo
Politik
Kamis, 30 November 2023 06:28

Di balik langkanya Gibran di forum debat

Gibran disebut-sebut masih 'dilarang' untuk tampil di forum debat publik. Kenapa?
swipe

Pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) jadi pasangan yang paling sering absen dalam forum publik yang digelar berbagai institusi pendidikan dan lembaga think-thank. 

Dari sekitar 19 forum dialog dan adu gagasan, Prabowo-Gibran tercatat absen hingga 10 kali. Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin sama-sama hanya absen sekali. Di beberapa forum, Prabowo juga kerap tampil solo.  

Teranyar, Prabowo hadir sendirian dalam dialog publik bertajuk "Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Jawa Timur, Jumat (24/11). Gibran tak kelihatan. 

"Hari ini saya minta maaf. Saudara Gibran Rakabuming Raka tidak bisa hadir karena justru ada acara lain yang bersamaan waktunya. Di Jawa Timur juga," kata Prabowo ketika itu. 

Meski sedang berada di Jawa Timur, Gibran lebih memilih menghadiri acara yang digelar PP Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto. Gibran mengambil cuti untuk hadir di acara tersebut. 

Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid berdalih acara di Ponpes Amanatul Ummah tak kalah penting ketimbang dialog di UNS. "Bagi kami, dua acara ini sama pentingnya dan pembagian tugas ini adalah jalan tengahnya,” kata Nusron.

Absensi Gibran yang merah di forum debat sempat jadi olok-olok warganet di Twitter. Tifauzia Tyassuma, pemilik akun @DokterTifa, jadi salah satu warganet yang paling aktif mengomentari ketidakhadiran Gibran. 

“Bran @gibran_tweet, kamu memecahkan rekor! Rekor tidak hadir debat!” tulis Dokter Tifa di akun Twitter (sekarang X), @DokterTifa, Sabtu, (25/11).

Dalam unggahannya, @DokterTifa juga menyertakan data kehadiran pasangan capres-cawapres di belasan forum debat. Gibran tercatat absen hingga 9 kali. Ketika itu, tagar #GibranTakutDebat juga sempat trending di X. 

Analis politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto menganggap wajar jika Gibran sering absen di forum adu gagasan yang digelar berbagai institusi pendidikan dan lembaga riset. Ia menduga Gibran masih "dilarang" untuk tampil di debat-debat publik. 

"Selain itu, dilihat dari kemampuan debat, memang dia tidak memiliki cukup banyak pengalaman. Tampaknya dia punya keterbatasan tentang itu sehingga dikhawatirkan oleh tim suksesnya kalau dia muncul ke permukaan dan menyampaikan sesuatu yang berisiko menurunkan kredibilitas," kata Agus kepada Alinea.id, Rabu (29/11). 

Absennya Gibran dalam dialog publik di UMS, menurut Agus, merupakan indikasi bahwa putra sulung Presiden Joko Widodo itu tidak siap "dikuliti" sebagai cawapres. Ia melihat Gibran belum punya pengetahuan mumpuni untuk memahami isu-isu kenegaraan yang jauh lebih rumit ketimbang persoalan-persoalan perkotaan. 
 
Ke depan, Agus menduga Gibran bakal lebih banyak absen dalam debat-debat publik. Apalagi jika forum debat itu didesain untuk membuat Gibran harus berhadapan dengan cawapres Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar. Di antara ketiga cawapres, Gibran paling minim pengalaman di birokrasi pemerintahan. 

"Salah satu yang membuat ketakutan dia adalah karena keterbatasan pengalaman dan gagasan, termasuk juga keterbatasan dalam mengartikulasikannya. Seandainya dia berproses dulu, menjadi gubernur dulu atau menteri, itu bagus. Karena proses itu tidak dilakukan, dia tidak mampu untuk menyampaikan ide-ide dan gagasan," kata Agus.

Lantas bagaimana dengan klaim kesuksesan Gibran memoles Surakarta menjadi lebih metropolitan? Soal itu, Agus berpendapat tidak semua kemajuan di Surakarta merupakan hasil kerja keras Gibran. Kebanyakan proyek pembangunan di Surakarta digarap pemerintah pusat.

"Ketika dia tiba-tiba naik ke pentas nasional dengan kapasitas yang belum berpengalaman, itu bakal mengganggu elektabilitas. Sebetulnya Wali Kota Solo itu bukan Gibran. Dia hanya simbol, tapi yang kerja adalah pemerintah pusat. Banyak proyek-proyek pemerintah pusat di Solo untuk menaikkan Gibran supaya terlihat pemimpin yang responsif," kata Agus.

Prabowo, kata Agus, juga setali tiga uang. Dalam sejumlah debat publik, Agus menilai mantan Danjen Kopassus itu lebih sering menampilkan gimmick politik ketimbang gagasan-gagasan konkret untuk membangun negara. 

"Mirip sekali dengan pemenangan Bong-bong Marcos di Filipina itu yang dilakukan untuk menarik pemilih pemula. Politik riang gembira itu lebih ditonjolkan agar tidak fokus pada gagasan dan visi-misi," kata Agus. 

Bong-bong atau Ferdinand Romualdez Marcos ialah putra dari mantan diktator Filipina, Ferdinand Marcos. Berkuasa selama 21 tahun, Ferdinand menjalankan pemeritahan di Filipina secara otoriter. 

Persoalan elektabilitas

Pendapat serupa diutarakan analis politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Idil Akbar. Idil melihat ada gelagat dari Gibran dan timnya berupaya untuk menghindari forum-forum debat terbuka di ruang publik. 

"Dia terlihat ingin menghindar agar tidak berdampak negatif pada elektabilitasnya. Saya juga agak menyayangkan sekelas Gibran yang sudah jadi cawapres tidak datang memenuhi undangan Muhammadiyah," kata Idil kepada Alinea.id

Menurut Idil, undangan diskusi dari Muhammadiyah tidak semestinya dianggap enteng. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang memiliki rekam jejak yang panjang dalam mengurusi persoalan publik. Selain itu, Idil melihat diskusi publik yang digaggas Muhammadiyah tidak memiliki tendensi terhadap calon tertentu. 

"Dari pertanyaan-pertanyaannya, saya lihat juga tidak menyerang. Selain itu, yang mengundang juga bukan organisasi kaleng-kaleng. Bahkan, ini organisasi yang memiliki pengaruh di masyarkat. Saya pikir itu kan merupakan kesempatan untuk memberikan citra yang baik," ujar Idil.
 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan