sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gerontokrasi dan 'efek kakek' Prabowo 

Ada kecenderungan publik lebih suka memilih politikus gaek sebagai pemimpin ketimbang yang lebih muda meskipun punya gagasan serupa.

Christian D Simbolon
Christian D Simbolon Sabtu, 27 Jan 2024 14:57 WIB
Gerontokrasi dan 'efek kakek' Prabowo 

Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) pada 2024 hampir pasti bakal jadi laga ulang antara presiden petahana Joe Biden dan penantangnya, Donald Trump. Peluang Trump untuk mengantongi tiket dari Partai Republik kian terbuka setelah Trump memenangi pemilihan pendahuluan di Negara Bagian New Hampshire, Selasa (23/1) lalu. 

Di New Hampshire, Trump unggul atas pesaing terdekatnya di Partai Republik, Nikki Haley. Sebelumnya, Trump juga merengkuh Iowa. Keunggulan Trump bakal melebar lantaran Haley juga dilaporkan tak akan bertarung di kaukus Nevada yang bakal digelar dua pekan depan. 

"Ketika Anda menang di Iowa dan memenangi New Hampshire, Anda tidak pernah mengalami kekalahan. Tidak pernah mengalami kekalahan. Jadi, kami tidak akan menjadi yang pertama," ujar Trump di depan para pendukungnya setelah dinyatakan memenangi primary New Hampshire. 

Di lain kubu, Biden sudah mengumumkan bakal maju kembali di Pilpres AS pada April 2023. Survei YouGov--digelar sebelum pengumuman itu--menemukan sekitar 47% warga AS yang terafiliasi dengan Partai Demokrat ingin Biden kembali maju. 

Jika laga ulang itu terealisasi, Pilpres AS bakal jadi kompetisi dua capres tertua sepanjang sejarah. Saat pencoblosan pada 5 November 2024, Biden bakal genap berusia 81 tahun. Trump yang lahir pada 14 Juni 1946 bakal berusia 77 tahun. 

Saat memenangi Pilpres AS pada 2016, Trump mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai presiden tertua di negara adidaya itu. Rekor itu dipecahkan oleh Biden pada 2020. Sebelum Trump dan Biden, Ronald Reagan tercatat jadi presiden tertua AS, berkuasa saat usianya 69 tahun. 

Di AS, eksistensi politikus gaek tak hanya terasa kuat di lembaga eksekutif saja. Dalam beberapa dekade terakhir, Kongres AS juga terus menua. Pada 2022, dari total 535 orang, tercatat sekitar 23% anggota Kongres AS berusia di atas 70 tahun. Pada dekade 1800-an hingga awal 1900-an, jumlah politikus gaek rerata di bawah 10%. 

Menguatnya tren gerontokrasi di dunia politik mendorong seruan untuk membatasi umur politikus di Negeri Paman Sam. September lalu, anggota Kongres AS John James mengusulkan legislasi untuk melarang mereka yang sudah berusia 75 tahun maju menjadi calon presiden, calon wakil presiden, atau anggota kongres. 

Sponsored

"Bagi demokrasi, secara umum, sangat baik jika terjadi pergantian (para pemimpin) secara berkala," kata Daniel Stockemer, pakar politik dari University of Ottawa, seperti dikutip dari Financial Times. 

Gerontokrasi berasal dari kata geront. Dalam bahasa Yunani, geront berarti orang tua atau orang lanjut usia. Secara sederhana, gerontokrasi berarti keadaan ketika dunia politik dan pemerintahan dikuasai orang-orang yang lebih tua dibandingkan rata-rata populasi dewasa. 

Gaeknya para pemimpin dunia saat ini direkam riset Pew Research Center pada Maret 2023. Mengompilasi data dari 187 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pew menemukan median usia pemimpin dunia sekitar 62 tahun. Berusia 90 tahun, Presiden Kamerun Paul Biya jadi yang paling uzur. Gabriel Boric, Presiden Cile yang berusia 37 tahun saat riset Pew dirilis jadi yang termuda. 

Berbasis data Freedom House, Pew juga menunjukkan korelasi antara kondisi demokrasi dan pilihan pemimpin di negara-negara tersebut. Negara yang cenderung otoriter dan tidak bebas umumnya dipimpin politikus gaek. Median usia pemimpin di negara-negara otoriter mencapai angka 69 tahun. 

Di negara-negara yang setengah bebas, median usia para para pemimpinnya 61 tahun. Di negara-negara yang sangat demokratis, terkecuali AS dan Namibia, median usia pemimpinnya jauh lebih muda, yakni 58 tahun. 

Preferensi politik para pemilih tentunya jadi salah satu faktor pembuka jalan bagi para politikus gaek berkuasa. Terkecuali di negara nondemokrasi, semua pemimpin negara harus melewati kompetisi elektoral untuk jadi penguasa. 

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menampilkan aksi joget gemoy dalam kampanye di Majalengka, Jawa Barat, Januari 2024. /Foto Instagram @prabowo

Efek kakek-kakek

Dalam "Young voters, older candidates and policy preferences: Evidence from two experiments" yang terbit International Political Science Review pada Desember 2022, Charles Lees dan Rodrigo Paino menemukan efek kakek-kakek (grandfather effect) jadi salah satu faktor penyebab terpilihnya para politikus gaek sebagai pemimpin negara. 
 
Dalam risetnya, Lees dan Rodrigo melibatkan sebanyak 1.000 partisipan berusia muda. Pada dua eksperimen, para partisipan dikondisikan untuk menunjukkan preferensi politik mereka terhadap politikus muda dan politikus gaek yang punya gagasan-gagasan yang relatif sama. 

"Kami menemukan bahwa para pemilih muda lebih cenderung mendukung para kandidat yang lebih tua jika mereka mengetahui bahwa kandidat-kandidat ini mengusung kebijakan-kebijakan sayap kiri, tapi situasinya tidak sama bagi kandidat yang lebih muda," jelas para peneliti. 

Bukan berarti preferensi pemilih muda bisa dipukul rata. Di beberapa negara, dukungan politik para pemilih muda untuk kandidat yang sama-sama muda juga kuat. Terpilihnya kembali Jacinda Adern sebagai Perdana Menteri Selandia Baru pada 2020, misalnya. Adern kelahiran 26 Juli 1980. 

Namun, riset Lees dan Rodrigo setidaknya bisa jadi penjelas kenapa politikus gaek seperti Trump dan Bernie Sanders di AS atau Jeremy Corbyn di Inggris punya banyak pendukung di kalangan anak muda. Sanders ialah politikus independen yang menjabat sebagai anggota Kongres AS sejak 1991 hingga 2007, sedangkan Corbyn ialah politikus Partai Buruh di Inggris yang menjabat sebagai anggota parlemen sejak 1983. 

Di Jerman, gerontokrasi bisa dikata diwakili Hans-Christian Ströbele. Lahir pada 7 June 1939, Ströbele ialah anggota parlemen Jerman periode 2002-2017. Meskipun berasal dari partai hijau dan sudah kakek-kakek, ia sangat populer di kalangan publik Jerman.

Gerontokrasi juga terasa di Indonesia. Berbasis hasil Pemilu 2019, hanya sekitar 6% anak muda yang duduk sebagai legislator di Senayan. Mayoritas anggota DPR berusia 51-60 tahun. Sebagaimana direkam Statista, median usia rata-rata penduduk Indonesia pada 2025 diperkirakan berada kisaran 30,4 tahun. 

Pada ranah Pilpres 2024, Prabowo Subianto, 72 tahun, seolah jadi "wajah" gerontokrasi Indonesia. Kompetitor Prabowo, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo masing-masing berusia 54 tahun dan 55 tahun. Jika memenangi Pilpres 2024, Prabowo bakal jadi presiden tertua di Indonesia sepanjang sejarah. 

Survei dari beragam lembaga kredibel menunjukkan Prabowo juga digemari kaum muda, khususnya gen Z. Survei Indikator Politik Indonesia yang digelar pada periode 27 Oktober-1 November 2023, misalnya, menemukan pasangan Prabowo-Gibran dipilih 52,4% responden dari kalangan gen Z, jauh mengungguli pasangan Ganjar-Mahfud (27,9%) dan Anies-Muhaimin (17,3%). 

Di kalangan milenial, Prabowo-Gibran juga unggul.
 
Peneliti program Indonesia di S. Rajaratnam School of International Studies, Alexander R Arifianto mengatakan tim kampanye Prabowo memang berupaya mengubah citra Prabowo yang sangar menjadi kakek yang tak berbahaya. 

"Terutama (ketika membidik) anak-anak muda yang tak punya pengetahuan mengenai apa yang diperbuat Prabowo... lakukan di masa lalu," kata Arifianto. 

Sebelum jadi Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo ialah mantan Danjen Kopasus. Prabowo dipecat dari militer di tengah dugaan keterlibatannya dalam penculikan belasan aktivis pada 1998. Di Pilpres 2024, meskipun belakangan sering marah-marah lagi, Prabowo dikenal dengan gimik si gemoy alias menggemaskan. 

Jika acuannya elektabilitas dan kesukaan anak-anak TikTok terhadap "kakek" Prabowo, citra gemoy itu terbilang sukses. Di beragam papan survei, Prabowo-Gibran mendominasi dengan elektabilitas pada kisaran 43-48%. Dengan dukungan jor-joran dari Presiden Jokowi, besar kemungkinan si kakek gemoy itu akhirnya bisa merasakan empuknya kursi RI 1.

Berita Lainnya
×
tekid