BI rate diyakini tidak naik

BI akan menggunakan cara lain untuk memacu intermediasi perbankan. Khususnya dengan pengendalian inflasi dan koordinasi dengan OJK

Ilustrasi/shutterstock

BI 7 days repo rate diprediksi tetap dilevel 4,25%. Faktor eksternal dan internal dinilai menjadi penyebabnya. 

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25bps pada Mei mendatang. Melanjutkan pengetatan moneter sebelumnya. Hal ini berpengaruh terhadap naiknya yield surat utang dan sentimen investor untuk mengalihkan uang ke aset dengan return yang lebih besar.  "Potensi pelemahan nilai tukar pada Mei harus diantisipasi BI," jelas Bhima kepada Alinea.id, Kamis (19/4). 

Adanya gejolak geopolitik yakni meningkatnya tensi di timur tengah akibat konflik Suriah. Ketidakpastian perang dagang AS-China diyakini juga dapat mengganggu kinerja perekenomian domestik khususnya dari sisi ekspor.

Di sisi lain, harga minya dunia diperkirakan naik US$ 75 per barel untuk jenis Brent pada  Mei. Saat ini, harga minyak ada dikisaran US$ 70-73 per barel. Kenaikkan harga minyak mentah mempengaruhi inflasi dari sisi adminstered price, terutama harga BBM non subsidi.

Sementara dari sisi internal, inflasi volatile food terutama jelang Ramadan perlu mendapat perhatian utama. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, beberapa komoditas seperti bawang merah mengalami kenaikkan harga 32,6% (mtm), daging ayam naik 4,8%, bawang putih naik 1,19% dan daging sapi tercatat naik 0,04%.