sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

The Fed akan setop naikkan suku bunga acuan, positif bagi rupiah?

The Fed diyakini mempertahankan bahkan menurunkan suku bunganya di kisaran 5,25% karena dihadapkan pada dua pilihan.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 18 Apr 2023 17:21 WIB
The Fed akan setop naikkan suku bunga acuan, positif bagi rupiah?

Bank Indonesia (BI) memperkirakan agresivitas Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve atau The Fed) dalam mempertahankan suku bunga acuan akan berhenti lama. Pada Februari 2023, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25% menjadi di kisaran 4,75% hingga 5%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan bertahan di kisaran 5,25% hingga tahun depan.

"Based line kami masih memakai 5,25% Fed Fund Rate di pick bulan Mei ini. Tapi, akan hold lebih lama dan kita perkirakan akhir tahun akan turun. Tapi, sepertinya kemungkinan tahun depan masih 5,25%," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG), Selasa (18/4).

Menurut Perry, hal tersebut bisa terjadi lantaran The Fed akan menimbang antara inflasi yang masih tinggi dan stabilitas sisi keuangan pasca-kegagalan tiga bank, yakni Sillicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank. Apalagi, adanya kabar Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) akan memangkas produksi minyaknya.

"Jadi, nanti kita akan lihat apakah The Fed lebih mempertimbangkan masalah inflasi inti yang tinggi atau stabilitas sisi keuangannya atau balance," katanya.

Hal serupa juga disampaikan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti. Menurutnya, The Fed takkan terlalu agresif menaikkan suku bunga ke depannya karena terlihat dari indeks, di mana The Fed terus mengalami penurunan.

"Sekarang indeksnya ada di level 101 hingga 102 dibandingkan saat mereka bullish di sekitar 110. Kemudian, juga kita lihat di bond yield-nya untuk 10 tahun. Sekarang sudah di level 3,6," tuturnya.

Dengan bertahannya suku bunga The Fed dalam waktu lama, Destry berpendapat, ini akan berdampak positif bagi emerging market seperti Indonesia. Pangkalnya, tekanan terhadap mata uang regional berkurang.

Sponsored

"Menurut kami, tetap waspada karena ketidakpastian masih ada. Tapi, tidak separah seperti beberapa waktu lalu," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid