Target nol emisi dan ceruk baru bisnis pengisian daya kendaraan listrik

Peningkatan penggunaan kendaraan listrik sejalan dengan kebutuhan stasiun pengisian daya.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mencapai target net zero carbon emission atau nol emisi pada 2060. Salah satunya adalah dengan akselerasi elektrifikasi kendaraan. Targetnya, Indonesia diharapkan mampu menurunkan tingkat karbondioksida (CO2) hingga 4,6 juta ton berkat peningkatan penggunaan mobil listrik dan 1,42 juta CO2 untuk motor listrik pada 2035.

Komitmen untuk mencapai target tersebut ditunjukkan pemerintah dengan adanya peraturan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di seluruh instansi pemerintahan. Diharapkan pada 2030 nanti, akan ada pembelian 135 ribu mobil listrik dan 400 motor listrik dari instansi pemerintah.

“Untuk mempercepat popularisasi, pemerintah akan menetapkan peraturan penggunaan EV di instansi pemerintahan. Ini juga untuk mempercepat dan mendukung target penurunan emisi karbon,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat (15/10) lalu.

Di saat yang sama, pemerintah pun menargetkan produksi BEV (Battery Electric Vehicle) hingga 600 ribu unit untuk roda 4 atau lebih dan sebesar 2,45 juta unit BEV untuk kendaraan roda dua pada 2030. Adapun dari produksi kendaraan listrik, Agus berharap dapat menurunkan emisi CO2 hingga 2,7 juta ton untuk kendaraan listrik roda 4 atau lebih dan 1,1 juta ton CO2 untuk kendaraan roda dua.

Terlepas dari target tersebut, tren penjualan kendaraan listrik memang terus mengalami kenaikan selama beberapa tahun terakhir. Ini sejalan dengan pertumbuhan penjualan EV di dunia. Menurut catatan Badan Energi Internasional (The International Energy Agency/IEA), penjualan EV secara global tumbuh hingga 43% dari tahun sebelumnya dan akan semakin masif di tahun-tahun mendatang. Bahkan, IAE juga memproyeksikan jumlah kendaraan listrik pada 2030 akan mencapai 145 juta unit.