Industri mobil listrik (electric vehicle/EV) memiliki dampak positif dan negatif yang signifikan. Dampak positifnya yakni penurunan polusi udara, efisiensi energi lebih tinggi, dan dorongan ekonomi melalui investasi dan inovasi. Namun di sisi lain memiliki tantangan seperti emisi karbon selama produksi dan pengelolaan limbah baterai. Sumber energi yang belum terbarukan, serta perubahan besar bagi industri komponen otomotif tradisional.
Berikut lima bahaya utama terkait dengan industri mobil listrik dikutip dari earth.org.
Dampak lingkungan dari produksi dan pembuangan baterai
Meskipun EV menghasilkan emisi gas buang nol, namun proses manufaktur baterai litium-ionnya boros energi dan memiliki jejak lingkungan yang signifikan. Selain itu juga menyebabkan penipisan dan polusi sumber daya. Ekstraksi bahan baku seperti litium, kobalt, dan nikel dapat menyebabkan penipisan dan kontaminasi air, degradasi tanah, dan perusakan habitat. Di beberapa wilayah, penambangan kobalt juga dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk pekerja anak.
Selanjutnya, tantangan pembuangan. Pembuangan baterai EV yang tidak tepat dapat melepaskan bahan kimia berbahaya dan korosif ke dalam tanah dan air, yang menimbulkan risiko ekologis jangka panjang. Saat ini, hanya sebagian kecil baterai EV yang didaur ulang secara efektif, dengan infrastruktur global yang tidak memadai untuk memproses baterai akhir masa pakainya.
Bahaya kebakaran dan keselamatan
Meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan kebakaran pada mobil berbahan bakar bensin, kebakaran baterai EV menghadirkan tantangan yang unik dan serius ketika terjadi. Yakni, peluru panas. Kerusakan pada sel baterai dapat menyebabkan reaksi berantai yang berkelanjutan (pelarian panas), menghasilkan panas yang intens (di atas 1000°C) dan sulit dipadamkan dengan metode konvensional, seringkali membutuhkan ribuan galon air dan peralatan khusus.
Kemudian, asap beracun dan tegangan tinggi. Kebakaran baterai melepaskan gas dan asap yang sangat beracun, menimbulkan risiko kesehatan fatal bagi petugas tanggap darurat dan orang di sekitar. Sistem tegangan tinggi pada EV yang rusak juga menimbulkan risiko sengatan listrik bagi petugas darurat dan teknisi perbaikan jika tidak ditangani dengan pelatihan dan peralatan khusus.
Beban pada infrastruktur fisik dan listrik
Meningkatnya adopsi kendaraan listrik (EV) memberikan beban baru pada infrastruktur yang ada. Sebut saja, keausan jalan dan tabrakan. Bobot baterai EV yang signifikan membuat kendaraan lebih berat daripada kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE). Penambahan massa ini dapat mempercepat kerusakan jalan, jembatan, dan garasi parkir yang tidak dirancang untuk menahan beban yang meningkat. Bobot ini juga dapat meningkatkan kekuatan benturan saat terjadi tabrakan, sehingga menimbulkan risiko yang lebih besar bagi penumpang kendaraan yang lebih ringan.
Selain itu, kapasitas jaringan. Sejumlah besar EV yang mengisi daya secara bersamaan dapat membebani jaringan listrik lokal, terutama jika listriknya masih sebagian besar dihasilkan dari bahan bakar fosil, yang meniadakan beberapa manfaat lingkungan dari kendaraan tersebut.
Kerentanan rantai pasok
Ketergantungan pada bahan baku tertentu untuk produksi baterai, yang seringkali bersumber dari sejumlah negara terbatas, menciptakan kerentanan rantai pasokan. Ketidakstabilan geopolitik, kebijakan perdagangan, dan keterbatasan sumber daya ini dapat menyebabkan volatilitas harga dan potensi kemacetan produksi, yang memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan industri.
Disrupsi ekonomi dan sosial
Peralihan ke EV dapat menyebabkan disrupsi signifikan terhadap industri dan tenaga kerja yang sudah mapan. Seperti, hilangnya pekerjaan. EV memiliki lebih sedikit komponen bergerak, lebih mudah dibuat, dan membutuhkan lebih sedikit perawatan daripada kendaraan berbahan bakar bensin (ICE), yang dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan substansial di sektor manufaktur, pasokan suku cadang, dan perbaikan otomotif tradisional.
Juga, keselamatan pejalan kaki. Pengoperasian kendaraan listrik yang hampir tidak terdengar suaranya alias senyap pada kecepatan rendah menimbulkan risiko keselamatan bagi pejalan kaki, terutama individu dengan gangguan penglihatan. Peraturan saat ini mewajibkan EV untuk mengeluarkan suara buatan pada kecepatan rendah untuk mengurangi masalah ini, tetapi kesadaran masih menjadi perhatian.