close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sebuah mobil BYD Seal mengeluarkan asap setelah ditinggal pemiliknya selama tiga hari di garasi rumah di Jalan Katalis, Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Mei 2025. /Foto dok. Damkar Jakarta Barat.
icon caption
Sebuah mobil BYD Seal mengeluarkan asap setelah ditinggal pemiliknya selama tiga hari di garasi rumah di Jalan Katalis, Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Mei 2025. /Foto dok. Damkar Jakarta Barat.
Peristiwa
Minggu, 13 Juli 2025 10:19

Kebakaran Wuling dan BYD: Apa yang bisa dipelajari?

Perawatan mobil listrik berbeda dengan mobil konvensional. Masyarakat perlu diedukasi.
swipe

Insiden terbakarnya mobil listrik Wuling Air EV di Bandung, Jawa Barat, masih dalam proses investigasi kepolisian dan tim perusahaan. Dari hasil penyelidikan awal, Wuling memastikan sumber api bukan berasal dari baterai atau motor listrik mobil tersebut.

"Dari hasil investigasi dilihat juga memang baterai masih diketemukan dalam kondisi utuh dan juga drive motor masih dalam kondisi utuh," kata Marketing Operation Director Wuling Motors, Ricky Christian kepada wartawan di Cikarang, Jawa Barat, belum lama ini.

Sebelumnya, diberitakan sebuah Wuling Air EV terbakar di Jalan Soekarno Hatta arah Moh Toha, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (5/7) malam. Mobil itu terbakar setelah menabrak mobil lainnya. Kepolisian menduga kebakaran disebabkan korsleting pada sistem kelistrikan. 

Mei lalu, insiden mobil listrik terbakar juga dilaporkan terjadi di Jakarta. Kala itu, sebuah BYD Seal diberitakan mengeluarkan asap setelah ditinggal selama tiga hari di garasi rumah di Jalan Katalis, Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat. 

PT BYD Motor Indonesia mengklaim kerusakan bukan pada baterai mobil, tetapi pada sistem kelistrikan. Itu pun terjadi karena ada gangguan dari eksternal. Namun, BYD tak mengungkap lebih rinci apa pengaruh eskternal itu. 

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan dua insiden kebakaran mobil listrik yang terjadi harus jadi perhatian publik dan perusahaan. Apalagi, dua peristiwa itu terjadi pada periode waktu yang berdekatan. 

"Kasus kebakaran Wuling Air EV di Bandung dan insiden BYD pada Mei lalu menunjukkan bahwa risiko kebakaran pada kendaraan listrik tetap ada, meskipun menggunakan baterai LFP (lithium iron phosphate) yang relatif lebih stabil," ujar Yannes kepada Alinea.id di Jakarta, Rabu (9/7). 

Ia menambahkan, meskipun probabilitas kebakaran EV lebih rendah dibanding mobil berbahan bakar minya, hal ini tidak boleh diabaikan. Menurut Yannes, kompleksitas kelistrikan yang tinggi pada EV memerlukan pendekatan yang berbeda dalam perawatan dan penanganan insiden dibandingkan dengan mobil konvensional bermesin pembakaran internal (ICE). 

"EV memiliki kompleksitas kelistrikan yang tinggi, sehingga perlu ada edukasi publik khususnya yang berkaitan dengan metode perawatan dan cara menghadapi kasus sejenis pada EV yang berbeda dengan mobil ICE konvensional," jelasnya.

Yannes menekankan bahwa edukasi terkait itu krusial agar masyarakat, khususnya para pemilik EV, memahami cara perawatan yang tepat dan prosedur darurat jika terjadi insiden. 

 

img
Adityia Ramadhani
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan