Faisal Basri: Penyebab defisit perdagangan bukan mafia migas

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri membantah pernyataan Jokowi yang menyebut mafia minyak dan gas (migas) berada di balik defisit.

Ekonom Faisal Basri (kanan) dan ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini, menyampaikan materi saat Seminar Nasional V yang diselenggarakan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (14/11). / Antara Foto

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri membantah pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut mafia minyak dan gas (migas) berada di balik jebolnya neraca perdagangan.

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi itu menilai kenaikan impor migas dari tahun ke tahun didorong oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Padahal, lanjutnya, produk migas nasional terus mengalami penurunan.

Dia pun membantah bahwa kenaikan impor migas tersebut dimainkan oleh "mafia migas" seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu di Istana Negara.

"Pak Jokowi marah-marah ada mafia yang doyan impor migas. Terlepas ada atau tidak (mafia), impor niscaya akan naik terus. Jumlah mobil dan sepeda motor naik, produksi minyak turun. Ini tidak ada kaitannya dengan mafia," katanya di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (18/12).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas pada November 2019 meningkat 21,60% menjadi US$2,13 miliar dibandingkan Oktober sebesar US$1,75 miliar. Impor migas berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan sebesar US$1,33 miliar.