Industri asuransi jiwa tumbuh 21,7% sepanjang 2017

Capaian itu, empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 5,19%.

Pengurus AAJI menyampaikan capaian kinerja asuransi jiwa sepanjang 2017/dokumentasi AAJI

Pertumbuhan pendapatan industri asuransi jiwa nasional tercatat sebesar 21,7%. Capaian itu, empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 5,19%. Hal tersebut menjadi gambaran, industri asuransi jiwa merupakan salah satu elemen penting dalam pilar perekonomian Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim, menyampaikan, keseluruhan total pendapatan industri asuransi jiwa di kuartal keempat 2017 tumbuh positif. “Total pendapatan (income) industri asuransi jiwa pada kuartal keempat 2017 tercatat bertumbuh sebesar 21,7%, menjadi Rp254,22 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 208,92 triliun," kata dia, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (16/3). 

Total pendapatan premi merupakan kontributor terbesar atas total pendapatan industri (income) industri asuransi jiwa, yakni sebesar 77,0%”.  Total pendapatan premi sendiri tumbuh sebesar 17.2%. Dari Rp167,04 triliun di 2016 menjadi Rp 195,72 triliun pada kuartal keempat tahun 2017. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya total premi bisnis baru dan premi lanjutan masing-masing sebesar 22.4% dan 8.4%. 

Terkait total pendapatan premi, pertumbuhan premi didorong meningkatnya pendapatan premi dari saluran distribusi bancassurance yang meningkat sebesar 24,1% dan berkontribusi sebesar 45,9%. Dari saluran keagenan turut meningkat sebesar 11,8% dengan kontribusi sebesar 37,1%, selanjutnya saluran distribusi alternatif yang juga meningkat 12,1% dan berkontribusi sebesar 17,0%. Sementara pendapatan premi dari saluran distribusi telemarketing pun mengalami pertumbuhan sebesar 4,9%.

Jumlah investasi di kuartal keempat 2017, turut mengalami peningkatan sebesar 22,8% menjadi Rp 486,20 triliun dibanding periode yang sama 2016 sebesar Rp. 395,96 triliun. Tentunya, kenaikan di sejumlah indikator ini turut mempengaruhi pertumbuhan pada total asset sebesar 24,6% atau menjadi Rp 542,61 triliun. Dibandingkan pada periode yang sama  2016 yakni sebesar Rp. 435,53 triliun.